[caption id="attachment_214840" align="aligncenter" width="550" caption="Gerbang Menteng, pintu masuk sektor 7 (dok pribadi)"][/caption]
Pertama kali membeli rumah di Bintaro Jaya tahun 1990, tergoda iklannya dengan slogan Bintaro Kota Taman. Pada waktu itu belum langsung ditempati karena masih tinggal di rumah dinas di Darmawangsa. Paling-paling seminggu sekali ditengok, atau week-end di Bintaro. Saya baru menetap akhir tahun 2000, setelah pensiun. Sesuai dengan iklannya, Bintaro Jaya memang layak disebut sebagai kota taman. Dimana-mana hijau dan indah. Mungkin karena belum banyak lahan yang terjual, jadi sementara dibuat taman sekalian untuk menarik penghuni baru.
[caption id="attachment_214841" align="aligncenter" width="567" caption="Ruko depan Bintaro Plasa (dok pribadi)"]
Di depan mal Bintaro Plasa(BP) tanah yang tersisa dibuat taman. Di sektor 7 disediakan lahan yang cukup luas untuk driving range golf, betul-betul menarik. Lahan dekat jalan tol Serpong dijadikan hutan cemara dan pohon bintaro. Sepanjang jalan Bintaro Utama dari sektor 3 sampai sector 5, sesuai peruntukkannya, berderet rumah tinggal semua. Sekarang setelah lebih 20 tahun berlalu, pemandangannya berubah total, susah sekali menemukan taman atau jalur hijau. Yang paling pesat pertumbuhannya adalah rumah toko (ruko).
[caption id="attachment_214842" align="aligncenter" width="578" caption="sepanjang jalan Bintaro Utama yang sudah menjadi tempat usaha (dok pribadi)"]
Komplek ruko terletak di seberang BP, Victoria sektor 5, Ruko Menteng sektor 7, Bintaro Trade Center sektor 7, Ruko sektor 9.Jalan Bintaro Utama juga telah berubah peruntukkannya, hampir 90 % berubah menjadi tempat usaha. Penghuni rumah tinggal yang tersisa mungkin sudah kurang nyaman tinggal disana, karena jalanan menjadi sangat ramai dan macet. Disisi lain, mungkin terlalu banyak godaan untuk menjual rumahnya karena harga tanah melonjak drastis.
[caption id="attachment_214845" align="aligncenter" width="576" caption="deretan resto ini dulunya taman didepan mal BP (dok pribadi)"]
Desain awal Mal BP adalah bangunan induk pertokoan, kemudian halaman depan taman, dan samping serta belakang areal parkir. Sekarang halaman depan telah hilang diganti dengan jajaran restoran. Menurut survey yang datang kea mal memang lebih banyak yang untuk cari makan daripada belanja, sehingga kebutuhan lahan untuk restoran meningkat.
[caption id="attachment_214846" align="aligncenter" width="596" caption="deretan resto didepan mal BP (dok pribadi)"]
Ruko sector 9 termasuk ruko yang paling awal di Bintaro Jaya. Desain awalnya juga cukup bagus, Ruko-ruko dibangun dibangun dipinggir lahan mengelingi ruang tengah yang dibiarkan kosong untuk parkir dan taman. Taman inipun sekarang juga sudah hilang diganti warung-warung makan permanent yang terkenal dengan nama Bintaro 9-walk.
[caption id="attachment_214847" align="aligncenter" width="597" caption="Pusat jajan Bintaro 9-walk (dok pribadi)"]
Tragisnya, sebagian ruko-ruko di sektor 9 sudah tutup karena kalah dengan ruko-ruko lainnya yang lokasinya lebih strategis.
[caption id="attachment_214848" align="aligncenter" width="574" caption="rukoruko lama sektor 9 yg sudah tutup (dok pribadi)"]
Walaupun warga Bintaro Jaya pernah rame-rame mengajukan petisi supaya driving range dapat dipertahankan, tetapi hasilnya sia-sia. Sekarang areal driving range telah berubah menjadi pertokoan Lotte Mart dan Bank CIMB-Niaga.
[caption id="attachment_214849" align="aligncenter" width="600" caption="Driving range yang sudah berubah menjadi mal (dok pribadi)"]
Ditengah central business district (CBD) dulu ada rotunda, jaitu junction dengan areal atau taman ditengahnya. Jadi, jalan rayanya mengelingi taman ini. Rotunda ini sekarang juga sudah lenyap diganti dengan Bintaro fly-over, yang membuat kota ini menjadi kurang ramah.
[caption id="attachment_214850" align="aligncenter" width="593" caption="Rotunda yang sekarang menajdi fly-over (dok pribadi)"]
[caption id="attachment_214857" align="aligncenter" width="586" caption="rencana lahan super mal Bintaro (dok pribadi)"]
Sedikit hutan cemara yang tersisa