Hai.. hai kompasiana
Pagi ini begitu indah, walau masalah masih berjejer rapi memenuhi kehidupan ku saat ini.
Tepat pukul 4 pagi aku terbangun selesai sholat subuh, aktifitas dalam rumahpun ku mulai.
Dari merapikan perabotan yang berserakan sampai membuka beberapa bagian jendela .
Tepat didepan sebuah cermin, Nampak wajah kunan hambar pucat tak berwarna. Coba ku simpul sebuah senyum, namun terlihat basi dan tak berasa.
Apa mungkin aku masih bisa tersenyum…? Guman ku dengan kerut didahi penuh Tanya.
Getar dan gemuruh hatiku kembali menguap ,bathin ku ingin meyapa mu dengan kalimat
“selamatpagi abang….”
Luruh didalam sanubari menusuk kedalam hati paling dalam diruangbathin yang pengap dan sempit ribuan kali ku ucapkan
“maafkan aku ya bang……”
Mata ini kembali berembun.
Tuhan .. aku bersalah bahkan betapa besarnya salah ku ini, aku sadar itu.
Masih berdiri didepan cermin.
Tulang leher ku terlihat menonjol, beberapa bagian dari tubuh ku terlihat penyusut, aku merasa berat badan ku turun drastis.
Aku stres aku tertekan aku gundah tak berujung.
Aku marah terhadap keadaan aku benci kepada kenyataan .
Sulit ku berdamai dengan situasi saat ini,seakan merayut persahabatan dengan kegelapan danperasaan bersalah bahkan nyaris putus asa.
Setiap detik ku ingat betapa bodoh nya diri ku ini.
Oh… Tuhan aku percaya pada Mu, tak mungkin kau tempatkan aku dikeadaan yang sungguh terlalu ini bila tak mampu ku menghadapinya.
Keadaan ini adalah inginku, selalu ku bisikan pada Mu, ‘beri aku jalan yang Engkau ridhoi”dan ini lah ridho Mu.
Masih terbawa perasaannamun aku berusaha kuat dan tegar
Dengan lesu kuucapkan “Pagi ini begitu indah”.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H