Mohon tunggu...
Choirul Huda
Choirul Huda Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasianer sejak 2010

Pencinta wayang, Juventini, Blogger. @roelly87 (www.roelly87.com)

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Trofi Piala Dunia, Antusiasme Masyarakat, dan Impian 2018

10 Januari 2014   06:11 Diperbarui: 19 April 2017   02:02 465
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_289302" align="aligncenter" width="491" caption="Seorang ibu dan anaknya berpose di depan trofi Piala Dunia (www.kompasiana.com/roelly87)"][/caption] Trofi Piala Dunia akhirnya tiba di Indonesia. Setelah mengarungi perjalanan keliling dunia menempuh 149 ribu kilometer, piala karya pematung asal Italia, Silvio Gazzaniga turut menyambangi Jakarta. Pameran bertajuk "Coca-Cola FIFA World Cup Trophy Tour" ini merupakan edisi ketiga mengelilingi dunia. Untuk Jakarta, ini menjadi yang kedua setelah Piala Dunia 2010. Kebetulan, Rabu (8/1) saya bersama kekasih turut menyaksikan pameran trofi itu di Jakarta Convention Center (JCC). Saat itu, terlihat jelas antusiasme dari masyarakat Indonesia untuk menyaksikan piala berbahan emas dengan 18 karat tersebut. Itu terbukti, meski sejak pagi hari hujan terus mengguyur Ibu Kota, tidak menyurutkan minat ribuan orang untuk memadati JCC. Apalagi, syarat mendapatkan tiket masuknya lumayan mudah. Yaitu, pengunjung cukup membawa dua label kemasan minuman ringan (Coca-Cola) berukuran 1 liter yang dapat ditukarkan dengan selembar tiket. Setelah, itu kami dapat menyaksikan berbagai peragaan dan pernak-pernik Piala Dunia. Mulai dari deretan bola resmi sejak 1970, cuplikan video tim yang menjadi juara, hingga foto bareng di samping trofi Piala Dunia. Saya pribadi, tentu tidak melewatkan tiga kesempatan tersebut. Khususnya semua tentang Italia. Mulai dari foto bersama Adidas Teamgeist yang merupakan bola resmi Piala Dunia 2006 saat Italia menjadi juara. Atau menyaksikan cuplikan video parade pemain terbaik dunia saat mengangkat trofi Piala Dunia buatan Gazzaniga sejak 1974 hingga 2010. Termasuk, aksi memukau deretan pemain terbaik di kolong langit itu saat berlaga di final. Mulai dari legenda hidup Jerman, Franz Beckenbauer, Diego Maradona (Argentina), dan Iker Casillas (Spanyol). Namun, di antara legenda tersebut, bagi saya yang berkesan ketika dua penggawa Italia, Paolo Rossi mengangkat trofi pada 1982 dan Alessandro Del Piero (2006). Selain itu, target utama tentu berfoto bersama trofi Piala Dunia yang 12 Juni nanti diadakan di Brasil. Persis di sebelahnya! Ya, meski piala seberat 6,2 kilogram itu tertutup kaca kedap air dan anti peluru sebagai penghalang. Tapi, kenangan foto bersama itu sudah lebih dari cukup untuk memuaskan rasa penasaran saya. Sebab, berdasarkan regulasi Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA), kecuali tim yang menjuarai Piala Dunia. Di dunia ini hanya kepala negara saja yang dapat menyentuh trofi tersebut. Sedangkan perangkat lainnya setingkat menteri, ketua federasi sepak bola lokal, pelatih, pemain dari negara asal tur, tidak boleh menyentuhnya. Itu juga berlaku di Indonesia, ketika hanya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang boleh memegang trofi tersebut. Bahkan, Menteri Sekretaris Negara (Mensegneg) Sudi Silalahi pun sempat ditegur perwakilan FIFA karena mencoba untuk memegangnya saat hendak difoto. "Don't touch, dont touch..." ujar seorang staf FIFA meminta Sudi menyingkirkan tangannya, seperti dikutip dari laman Liputan6.com. "Protokolernya memang seperti itu. Ini berlaku untuk 90 negara yang dikunjungi. Hanya Kepala Negara dan mantan pemenang Piala Dunia yang boleh menyentuh trofi itu," kata Anna Maria Gazda, perwakilan Coca-Cola Company Global, selaku pihak sponsor. Aturan itu juga yang membuat saya sempat melihat puluhan orang meradang ketika ingin menyentuhnya. Maklum, sebagai masyarakat awam, mereka tentu tidak mengetahui adanya peraturan tersebut. Apalagi, selama ini trofi Piala Dunia hanya bisa dilihat di media elektronik, cetak, dan internet. Meski begitu, bagi saya sudah foto bersama di samping trofi Piala Dunia sudah sangat bersyukur. Sebab, momentum itu hanya bisa terjadi empat tahun sekali. Lantaran, pameran tersebut hanya diadakan setahun sebelum Piala Dunia berlangsung. Jadi, saya dan ribuan masyarakat lainnya baru bisa merasakan foto bersama trofi itu lagi pada 2018 mendatang. Tepatnya, saat Piala Dunia digelar di Rusia.

*      *     *

Mendapati kenyataan seperti itu, imajinasi saya langsung membayangkan empat tahun dari sekarang, Indonesia tidak sekadar menjadi persinggahan trofi saja. Melainkan turut serta dalam memperebutkannya. Alias, Indonesia dapat lolos ke Piala Dunia 2018 sebagai salah satu wakil Asia. Tentu, itu akan membuat saya dan ratusan juta rakyat lainnya benar-benar bangga. Mungkin, sama bangganya dengan peristiwa bersejarah saat Susi Susanti dan Alan Budikusuma meraih medali emas di Olimpiade 1992 Barcelona. Mimpi. Mungkin iya. Tapi, bukankah sebuah prestasi diawali dari impian. Seperti yang dilakukan Del Piero saat masih balita mengangkat replika trofi Piala Dunia dari boneka. Atau, ketika Maradona remaja bergaya bak peraih trofi Piala Dunia di depan kawan-kawan sepermainannya di kawasan kumuh Buenos Aires, Argentina. Itu terjadi pada pertengahan 1970-an ketika Pele mengangkat trofi Jules Rimet yang akhirnya digantikan dengan trofi Piala Dunia. 16 tahun kemudian, Maradona berhasil sejajar dengan Pele sebagai salah satu Pemain Terbaik Abad Ini usai membawa Argentina menjuarai Piala Dunia 1986. Dan, itu semua berawal dari impian. Italia bisa, Argentina dapat. Kenapa, Indonesia yang memiliki 200 juta lebih rakyatnya dan mempunyai skuat hebat dalam timnas U-19 yang digawangi Evan Dimas dan kawan-kawan tidak mampu?

*      *      *

[caption id="attachment_289303" align="aligncenter" width="491" caption="Pemutaran video cuplikan tim yang juara Piala Dunia"]

1389304115543525326
1389304115543525326
[/caption]

*      *     *

[caption id="attachment_289305" align="aligncenter" width="491" caption="Dua mahasiswi yang rela menyaksikan trofi Piala Dunia meski harus hujan-hujanan"]

13893042011231365544
13893042011231365544
[/caption]

*      *     *

Foto-foto merupakan koleksi pribadi (www.kompasiana.com/roelly87)

*      *     *

Sebelumnya: - Antara Turin dan Resolusi Luar Biasa - Kasus Del Piero, Ketika Loyalitas Tak Dianggap - Del Piero, Sosok Pemain Sepak Bola Paling Konsisten yang Menjadi Panutan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun