Mohon tunggu...
Choirul Huda
Choirul Huda Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasianer sejak 2010

Pencinta wayang, Juventini, Blogger. @roelly87 (www.roelly87.com)

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Resensi Novel Dian Kelana: Seorang Balita di Tengah Pergolakan PRRI

23 Februari 2015   07:55 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:41 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14246276141868290890

[caption id="attachment_352544" align="aligncenter" width="277" caption="Cover "][/caption]

ENTAH dari mana saya akan memulai resensi novel ini. Jujur saja, hingga tiga bulan lebih setelah memilikinya, seperti belum ada kata selesai. Padahal, saya sudah empat kali membacanya sampai khatam. Namun, nyaris tidak ada kata cukup untuk menyudahinya. Itu karena saya seperti masuk ke dalam dunia dari penulis bernama lengkap Nadzif Hasjmi Maksum SP ini.

Ya, novel berjudul "Seorang Balita di Tengah Pergolakan PRRI" merupakan buku perdana dari sosok yang biasa saya panggil Pak Dian Kelana -yang merupakan nama populernya- dari total empat edisi (tetralogi). Sejak pertama kali membacanya pada Kamis (13/11) dini hari WIB, saya seperti terhanyut dalam kisaran perang yang telah merenggut kebahagiaan dari masa kecilnya.

230 halaman tidak pernah bosan saya bolak-balik hingga meski baru tiga bulan, tapi lembaran demi lembarannya seperti sudah usang akibat sering terjamah tangan. Kendati saya bukanlah orang yang melankolis, namun membaca "Seorang Balita di Tengah Pergolakan PRRI" ini tak kuasa membuat apa yang ada di sekitar saya menjadi hening. Tak lama kemudian, gelap gulita yang akhirnya dikagetkan rentetan bunyi senjata. Dor... dor... dor!

Novel yang dieditori rekan Kompasianer Thamrin Sonata ini berkisah tentang masa lalu Dian Kelana di ranah Minang. Ya, pria yang identik dengan kamera ini lahir di sebuah desa di Sumatera Barat pada 10 Desember 1955. Tanpa didampingi ayah kandung tercinta yang meninggalkan enam bersaudara. Meski begitu, kasih sayang sang ibu, mampu membuatnya besar dan jadi orang berguna.

Hanya, kasih sayang dari sosok yang melahirkannya itu tidak lama. Sebab, Indonesia yang saat itu tengah dilanda perang turut memisahkan Dian Kelana dangan sang bunda. Lantaran, Umi -sang ibu- ditangkap tentara akibat difitnah anggota OPR binaan PKI yang saat itu erat dengan Presiden Soekarno (Sukarno).

Tidak hanya itu, bahkan, Umi diciduk di hadapan anak-anaknya yang disertai todongan senjata! Jelas, insiden itu mengubah segalanya dalam kehidupan Dian Kelana yang saat itu masih balita. Namun, benar kata pepatah bahwa, batu giok, meski berada di dasar sumur, tetaplah permata. Alias, orang yang memiliki karakter kuat, kendati berada dalam tekanan sesulit apapun tetap mampu melewatinya.

Itulah yang terjadi pada Dian Kelana. Perjalanan masa kecilnya yang buram karena berbagai kejadian memilukan akibat peperangan, tidak membuatnya menyerah. Sebaliknya, mantan jurnalis Haluan Padang ini mampu melewatinya dengan baik. Bahkan, tetap ceria layaknya anak kecil pada umumnya hingga saat ini.

*        *        *

Sejatinya, saya tidak asing lagi dengan Dian Kelana yang saya panggil "pak" bukan hanya usianya lebih tua. Melainkan karena sikapnya yang layak jadi anutan. Beliau merupakan pribadi yang ringan tangan membantu siapa saja tanpa pamrih. Saya beruntung bisa mengenalnya dalam empat tahun terakhir ini.

Itu semua berawal ketika mengikuti launching Kompas TV bersama rekan-rekan Kompasianer lainnya di JCC, 9 September 2011. Setelah itu,  kami kian intens karena kerap bertemu dalam berbagai acara blogger. Misalnya, ketika Amprokan Blogger selama dua hari di Bekasi hingga ketika menjadi volunteer di SEA Games 2011 yang disponsori Indosat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun