Mohon tunggu...
Choirul Huda
Choirul Huda Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasianer sejak 2010

Pencinta wayang, Juventini, Blogger. @roelly87 (www.roelly87.com)

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Ironi Seorang Kupu-kupu Malam...

17 Maret 2011   21:28 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:42 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dosakah yang ia kerjakan sucikah mereka yang datang kadang dia tersenyum dalam tangis kadang dia menangis didalam senyuman...

Jakarta, Maret 2011 Irma tersenyum senang, saat salah satu pelanggan setianya, Pak Rizal memberi segepok uang ratusan ribu rupiah. Dengan sumringah ia berkata "Terima kasih Om, atas kunjungan yang luar biasa ini, semoga Om Rizal senang dengan apa yang saya berikan malam tadi..." Pak Rizal pun melayangkan pujian kepada Irma, dan sebelum ia pergi tak lupa mengecup pipi kiri dari Irma, sembari berkata "He he he, saya suka dengan service yang kamu berikan. Lusa nanti saya akan balik lagi, kalau bisa lebih hot daripada malam ini. Ok." Dengan langkah lebar, Rizal keluar dari kamar hotel dan segera pergi ke kantornya di kawasan Sudirman untuk kembali bekerja seperti biasa. Sedangkan Irma, hanya bisa memandang kearah pintu hotel dengan bibir tersenyum, tetapi tatapan matanya kosong: menerawang jauh kedepan...

* * *

Jakarta, Desember 2009. Awal mulanya, Irma tidak percaya akan sikap Ardi, kekasih yang sangat dicintai sejak 2 tahun lamanya. Dengan mudahnya, Ardi meninggalkan Irma disaat usia kandungannya sudah mendekati 7 bulan. Padahal, akibat pergaulan bebas mereka berdua yang kebablasan, Irma sudah banyak menderita lahir maupun batin. Seperti dikeluarkan dari Kampus, dijauhi teman teman sepergaulan, dan yang lebih parah adalah diusir oleh Orang tuanya, ketika mengetahui Irma hamil sebelum menikah. Saat itu perasaan Irma sangat hancur, dan hampir bunuh diri kalau saja tidak dicegah oleh Ardi. Ardi pula yang meyakini bahwa ia siap bertanggung jawab dengan menjadi Ayah dari bayi yang dikandungnya itu. Tapi itu dahulu, sekarang sikap Ardi sudah berubah seratus delapan puluh derajat. Dengan teganya, Irma dicampakkan bagai seonggok sampah yang sudah terbuang di pinggir jalan. Irma hanya bisa mengelus dada, saat itu pikiran utamanya adalah bagaimana ia dapat menghidupi bayi yang dikandungnya, dan ketika ia melahirkan nanti. Ia harus mencari nafkah sendiri, karena Orang tua maupun keluarga sudah menutup pintu untuk menerimanya kembali. Hingga akhirnya ia gelap mata, dan memulai suatu tindakan yang sangat tidak disetujui oleh nuraninya: Yaitu, menjadi seorang Pelacur...

* * *

Tiada pilihan lagi, karena berbagai cara sudah dilakukan Irma demi sesuap nasi. Ia pernah melamar menjadi sekretaris di berbagai perusahaan, karena ia mempunyai bekal pernah kuliah. Tetapi satupun tiada yang diterima, mungkin karena melihat penampilannya yang sudah berbadan dua. Dan tidak memungkinkan untuk melakukan pekerjaan. Ia juga pernah menghubungi Ardi dan mendatangi rumahnya, sayang keluarga Ardi sudah pindah ke luar kota, karena tidak mau mendapat aib darinya. Bahkan untuk menghidupi dirinya sehari - hari ia sering mendatangi teman-teman lama yang simpati kepadanya, dan meminjam uang dari mereka. Tapi itu hanya sememntara, dan tidak bisa berlangsung lama. Sampai suatu ketika, ia bertemu dengan Neyla, teman sejak sekolah menengah dulu, yang juga bernasib sama dengannya. Kemudian Neyla memberikan sebuah Alternatif untuk bertahan hidup dari kerasnya kota Jakarta ini, yaitu sebagai Kupu-kupu malam... Meskipun, awalnya Irma tidak ingin, tetapi setelah berpikir panjang dan merenungkan bagaimana caranya supaya nanti ia bisa mempunyai uang untuk biaya persalinan kelak...

1300396140319971186
1300396140319971186
kupu-kupu liarku terbanglah kepadaku hinggaplah dihatiku dan hisap sari cintaku biar indah tubuhku dijamah-dijamah orang-orang tapi cinta tulusmu harus jadi milikku... * * * Bersambung...
____________________________________________________________________________ Lirik Lagu: Peterpan dan Slank Gambar: Google *Tulisan ini tidak bermaksud untuk Memvonis atau menyerang pribadi tertentu. Hanya curahan hati dari seorang kawan yang kini terperosok dalam lembah hitam. ____________________________________________________________________________ Tulisan-tulisan terkait: - Ironi Seorang Kupu-kupu Malam II (Metafora Kerlap-kerlip lampu jalanan)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun