BALAIRUNG istana Mithila menjadi ramai ketika menyaksikan pemuda tampan yang mencoba mengangkat busur. Sorak sorai bergemuruh dari jutaan rakyat yang dipimpin raja Janaka. Mereka harap-harap cemas menyaksikan pemuda tersebut untuk mengangkat gendewa. Sambil merapalkan doa, sosok yang kemudian diketahui bernama Rama Wijaya menatap ke arah singgasana.
Dari kejauhan, tampak Janaka mengangguk. Sementara, putrinya, Rakyan Wara Sinta, tersenyum manis. Ya, di kolong langit ini, gadis mana yang menolak disunting Rama? Pria tampan yang memesona, pangeran dari kerajaan Ayodhya yang kaya raya.
Setelah memegang sejenak busur tersebut, Rama menoleh ke sebelah kiri. Saat itu adiknya, Laksmana bersama resi Wiswamitra memberi isyarat. Tanpa ragu, Rama langsung mengangkat busur hingga di atas kepalanya.
Selanjutnya, putra raja Dasarata dari kerajaan Kosala mematahkan busurnya jadi tiga. Sontak, jutaan rakyat Mithila memberi aplaus. Maklum, sebelumnya sudah banyak kaum ksatria yang gagal saat mencobanya. Bisa dipahami mengingat busur itu bukan sembarangan. Melainkan busur pusaka anugerah Batara Guru. Hanya ksatria tertentu yang mampu mengangkatnya.
Padahal, jika ada yang mampu mengangkatnya, akan dipilih sebagai menantu Janaka. Ya, sayembara ini memang untuk mencari calon suami bagi Sinta, inkarnasi Laksmi, dewi keberuntungan yang juga istri dari Dewa Wisnu yang kelak bakal menitis pada Rama.
"Selamat nak Rama. Anda berhasil memenangkan sayembara ini," kata Dasarata usai menyaksikan ketangkasan Rama. Dia lalu turun dari singgasana untuk menghampiri ketiga tamu agung tersebut. Dengan terharu, Dasarata kembali memberi pengumuman.
"Wahai rakyatku sekalian. Ketahuilah, kini kita telah mendapat calon pewaris kerajaan ini yang berasal dari negeri agung, Kosala. Ini merupakan hari yang sangat menggembirakan. Tidak hanya untukku pribadi, istana, atau kerajaan. Melainkan juga untuk Sinta yang telah mendapat suami yang tepat. Selanjutnya, aku bisa menyerahkan kalian semua kepada Rama. Hormatilah dirinya seperti kalian menghormatiku."
Â
Rama yang disanjung seperti itu girangnya bukan main. Apalagi, Dasarata dikenal sebagai raja yang berwibawa dan menyayangi rakyatnya. Setelah melakukan sembah kepada calon mertuanya itu, Rama menghampiri Laksmana dan Wiswamitra untuk menghaturkan terima kasih.
Dalam rapat tertutup di istana yang hanya dihadiri berbagai menteri, pejabat eselon satu, ketua Dewan Perwakilan Wayang, dan diplomat dari negeri sebelah, ditetapkan tanggal pernikahan Rama dengan Sinta. Pengumuman itu diberikan kepala humas istana yang langsung menyampaikan kepada ratusan media di seantero kerajaan dan wartawan undangan negeri tetangga.
Wajar, mengingat ini merupakan Royal Wedding yang kedua di dunia wayang sejak Arjuna Sasrabahu meminang Dewi Citrawati (kelak, acara meriah ini diikuti Baladewa-Erawati dan Arjuna-Sembadra). Jadi, seluruh negeri enggan ketinggalan mengirimkan diplomat dan wartawannya. Termasuk, Alengka yang dipimpin Rahwana.