Mohon tunggu...
Choirul Huda
Choirul Huda Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasianer sejak 2010

Pencinta wayang, Juventini, Blogger. @roelly87 (www.roelly87.com)

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Palagan Pamungkas Prabowo: Menyelami Hati, Pikiran, dan Tindakannya

29 Januari 2024   06:31 Diperbarui: 29 Januari 2024   06:32 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

DEBAT ketiga calon presiden (capres) 2024, telah rampung, kemarin. Tepatnya, berlangsung di Istora Senayan, Jakarta Pusat, Minggu (7/1).

Bagi saya pribadi, tema debat ini menarik. Yaitu, Pertahanan dan Keamanan, Hubungan Internasional dan Globalisasi, serta Geopolitik dan Politik Luar Negeri.

Sebagai penggemar Prabowo Subianto, tentu saya berharap debat ketiga ini jadi panggungnya. Maklum, pada edisi perdana, Ketua Umum Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) ini tampil di bawah performa.

Tepatnya, dihajar habis-habisan oleh dua rivalnya, Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo. Selengkapnya, ada dalam artikel saya 13 Desember lalu berjudul Prabowo Kembali ke Setelan Pabrik  (http://www.roelly87.com/2023/12/prabowo-kembali-ke-setelan-pabrik.html).

Faktanya? Yeeeeeeeeeeeee.

Masih jauh api dari panggang!

Tapi, ya sudahlah. Memang kalo soal debat, Prabowo kurang mumpuni.

Btw, ini merupakan artikel perdana saya pada 2024. Keenam sih, jika menilik draft.

Maklum, lima lainnya masih belum dipublish karena kesibukan sehari-hari sebagai ojek online (online). Eaaa!

Hanya, artikel ini bukan soal debat kemarin. Sudah basi.

Melainkan, terkait situasi Prabowo saat ini. Sosok yang digadang-gadang sebagai suksesor Presiden Joko Widodo (Jokowi).

*       *       *

CAO Cao hanya bisa menghela napas usai menaklukkan Kota Luo Yang, markas rivalnya, Yuan Shao. Ini saya kutip dari novel Roman Kisah Tiga Negara (Romance of the Three Kingdoms/ Sam Kok/ San Guo Yan Yi).

Bukan sekadar geregetan akibat lamanya durasi pertempuran yang tergolong melelahkan hingga menghabiskan mayoritas logistik. Khususnya, dalam "Battle of Guandu".

Melainkan, akibat Cao Cao mengetahui beberapa bawahannya, seperti jenderal hingga penasihat, yang diketahui melakukan korespondensi dengan Yuan Shao.

Maklum, saat itu, posisi Yuan Shao jauh di atasnya. Kendati, Cao Cao memegang legitimasi Dinasti Han sebagai Perdana Menteri.

Namun, dari segi prajurit dan logistik, ketika itu Yuan Shao lebih unggul. Bahkan, Cao Cao nyaris enggan membuka konfrontasi dengan mengalihkan ke Selatan lebih dulu.

Hingga, akhirnya peperangan dahsyat itu pun terjadi. Selanjutnya, sejarah yang bicara.

Apa yang dilakukan Cao Cao ketika mengetahui bawahannya yang melakukan "hubungan gelap" dengan pihak Yuan Shao?

Mengeksekusi?

Babat rumput hingga akar-akarnya?

Mutasi ke daerah terpencil?

Ya... Salah!

Yang dilakukan Cao Cao adalah... Membakar seluruh surat-surat tersebut!

Yuppiii...

Semudah itukah tindakan dari Pendiri Negara Wei tersebut. Padahal, Cao Cao dikenal sebagai sosok yang biasa membunuh orang tanpa berkedip.

Namun, sosok bermarga asli Xiahou itu punya sisi lain yang positif. Selain meritokrasi juga bijaksana.

Cao Cao bergeming dengan keadaan para bawahan yang kemungkinan bakal membelot. Sebaliknya, dia justru menutupi agar pasukannya tidak tahu.

Sebab, jika tersebar bakal menurunkan moral prajurit. Sementara, Cao Cao sedang bersiap untuk invasi ke selatan demi menyatukan Cina.

Nah, apa korelasinya dengan Prabowo?

Ga ada!

Iseng aja mengaitkannya kejadian dua milenium tersebut dengan kondisi sekarang. Btw, saya pernah mencuit di X twitter pada 22 September lalu terkait tiga capres, yaitu:

"Keberadaan 3 Bakal Calon Presiden 2024 jadi inget Kisah Tiga Negara (Samkok/Romance of the Three Kingdoms).

Liu Bei: Prabowo

Cao Cao: Ganjar

Sun Quan: Anies

Di antara ketiga tokoh ini, siapakah yang akan dapat MANDAT LANGIT?

Atau, NEXT jangan2 muncul sosok seperti Sima Yi?!"

*       *       *

PILPRES 2024 berlangsung kurang dari sebulan lagi. Di antara tiga capres, sudah pasti Prabowo yang disorot.

Maklum, ini merupakan edisi ketiganya sejak 2014 dan 2019. Sementara, pada 2009, Prabowo sebagai calon wakil presiden bersama Megawati Soekarnoputri.

Berdasarkan analisis sotoy saya, detik-detik jelang pencoblosan 14 Februari nanti jadi yang paling mendebarkan bagi Prabowo. Maklum, pilpres ini merupakan palagan pamungkasnya.

Saya enggan menyematkan frasa "terakhir". Sebab, jika tahun ini kalah, Prabowo masih bisa ikut kompetisi pada 2029 mendatang.

Namun, situasi nanti sangat berbeda. Tidak ada dukungan besar-besaran dari partai politik dan relawan seperti sekarang.

Kelak, lima tahun mendatang, sulit bagi Prabowo untuk mengejar presiden incumbent. Bisa Anies atau Ganjar.

Alhasil, 2024 ini jadi palagan pamungkasnya. Jika menang, Prabowo punya kans besar lanjut pada 2029.

Andai kalah, kemungkinan bakal pensiun setelah merampungkan jabatan Menteri Pertahanan. Bisa jadi, Prabowo akan bertani, berkebun, atau berkuda, mengisi hari-hari nanti.

Itu mengapa, putra dari Begawan Ekonomi Soemitro Djojohadikoesoemo ini harus memaksimalkan kesempatan 2024. Dukungan banyak partai besar, relawan, hingga langsung dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) jadi amunisi tambahan.

Tak heran jika berbagai survei menempatkan Prabowo selalu di posisi puncak. Jauh meninggalkan Anies dan Ganjar yang saling tikung.

Namun, ini juga bak dua sisi mata uang. Selalu ada harga mahal yang harus dibayar dalam mendapatkan dukungan tersebut.

Sebagai penggemarnya, saya berusaha menyelami apa yang dirasakan Prabowo sekarang.

Gamang.

Yupz... Serius.

Prabowo sekarang bergulat dengan perang batinnya. Antara meneruskan egonya yang memang sangat tinggi atau berusaha menginjak bumi.

Menurut saya, Prabowo merupakan sosok yang Megalomania. Jujur, saya harus menyematkan kata tersebut.

Faktanya, beragam survei tinggi itu bukan karena dirinya saja. Melainkan, faktor Jokowi.

Ya, keberadaan Gibran Rakabuming Raka yang merupakan putranya membuat Jokowi berusaha untuk memenangkan Prabowo. Itu harga mati.

Aliran darah tidak bisa dibohongi. Meski, Jokowi berkali-kali menegaskan netral dengan mendukung seluruh capres.

Fakta di lapangan? Tidak perlu jadi genius seperti Albert Einstein untuk mengetahui kondisi saat ini.

Di satu sisi, dukungan dari Jokowi itu jadi beban bagi Prabowo. Khususnya, slogan keberlanjutan yang digaungkannya.

*       *       *

MENURUT saya, Prabowo bakal merasa, jika menang ini berkat campur tangan Jokowi. Tentu, dia harus "membayarnya" nanti dengan harga yang tidak murah.

Sudah pasti, Jokowi tidak meminta apa pun. Saya percaya itu. 100 persen.

Sebab, usai purna tugas sebagai presiden, Jokowi berkali-kali menegaskan bakal kembali ke Solo. Kumpul dengan keluarga sekaligus mengasuh cucu.

Apalagi, keberadaan Gibran sebagai RI 2, sudah cukup membuat Jokowi bangga. Tidak ada lagi keinginan lainnya.

Hanya, Prabowo tentu ingin membayar lunas kepercayaan tersebut. Gengsi baginya, jika tidak memberikan sesuatu kepada Jokowi.

Terlebih, Prabowo merupakan sosok yang selalu menepati janji. Sekaligus tidak enakan kepada orang lain.

Apakah itu?

Entahlah. Yang pasti, tidak ada makan malam gratis.

Selain itu, Prabowo juga harus membayar kepercayaan kepada partai, relawan, dan berbagai pihak yang mendukungnya. Kecuali Gerindra, tentu beberapa partai besar pada minta jatah di kabinet.

Golkar sudah pasti. Maklum, partai kuning ini sudah mendukung Prabowo sejak 2014 bersama Partai Amanat Nasional (PAN).

Apalagi, kedekatan personalnya dengan Aburizal Bakrie yang memimpin Golkar pada 2009-2014. Sebagai individu yang tidak pernah lupa sahabat, tentu Prabowo akan memberikan kue yang terlezat.

Pun demikian dengan relawan. Khususnya, yang pindah haluan dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), yaitu, Budiman Sudjatmiko dan Maruarar Sirait.

Saya berani bertaruh, Prabowo bakal memberi kue spesial kepada keduanya. Menteri?

Sudah pasti.

Ga mungkin sekelas Budiman atau Ara, hanya diberi jatah wamen. Apalagi, sekedar jabatan di BUMN seperti komisaris atau direksi.

No!

Hanya, ini juga jadi dilema. Sebab, bakal menimbulkan kecemburuan internal.

Jangan lupakan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang kadernya mati-matian membela setelah dulu sempat mencela. 180 derajat.

Runyam euy!

Namun, ya terserah. Itu urusan Prabowo.

Saya ogah menyelaminya.

Yang pasti, terkait kegamangan. Jika jadi Prabowo, tentu saya sadar diri.

Usia sudah kepala tujuh. Tepatnya, 72 tahun.

Tentu saja kita paham, bahwa, rezeki, jodoh, dan ajal, di tangan Tuhan. Andai menang 14 Februari mendatang, ada kesempatan bagi Prabowo untuk melanjutkannya pada 2029.

Jika tidak?

Ini hanya andai-andai. Namun, jika (lagi) saya sebagai Prabowo, tentu saya sudah menyiapkan berbagai rencana.

Plan A, B, C, hingga Z!

Yaitu, menjadikan Gibran sebagai penggantinya... Diikuti Agus Harimurti Yudhoyono.

Serius?

Sekali lagi, ini hanya andai-andai.

Namun, beralasan.

Jika Prabowo merasa fisiknya tak sanggup karena faktor usia, maka Gibran yang akan melanjutkan estafet kepemimpinan.

Rencana ini gampang dibaca.

Apalagi, kalau mencermati kepribadian Prabowo yang sangat menjunjung sikap ksatria. Tentu, doi sangat legawa memberi mandat kepada Gibran.

Sekaligus, balas jasa terhadap Jokowi yang dalam lima tahun ini sangat membantunya. Termasuk, usai debat yang justru sibuk wara-wiri adalah presiden.

Ya, bahkan Jokowi sampai pasang badan menanggapi tudingan Anies dan Ganjar. Sumpah, pilpres 2024 ini paling kompleks yang pernah saya ikuti.

He he he.

Saya mencoba menyelami perasaan Prabowo dari lubuk hatinya yang terdalam. Hanya, interpretasi setiap orang tentu berbeda.

Ada "garis batas" yang tidak bisa diungkapkan. Ya, lebih baik saya T2P2T2 alias TTPPTT.

Tahu tapi pura-pura tidak tahu.

Bahkan, saya percaya, mayoritas masyarakat, khususnya pembaca blog ini pun TST: Tahu sama tahu.

Ah... Sungguh, saya berharap Prabowo bisa menaklukkan palagan pamungkas di Pilpres 2024.

*       *       *

SELANJUTNYA, bagaimana?

Jika terpilih jadi presiden, apa yang akan dilakukan Prabowo?

Terus, begini aja?

*       *       *

- Jakarta, 29 Januari 2024 (Diedit sejak 2, 5, 7, dan 13/1)

*       *       *

Artikel Sebelumnya:

- Prabowo Presiden 2024, Ganjar Mendagri, Anies Menlu, dan AHY Menhan

- Prabowo Kembali ke Setelan Pabrik

- Prabowo Gemoy, tapi Tangannya Berlumuran Darah

- Prabowo dan Kedaulatan Selera

- 9 Naga dan 3 Capres

- Prabowo: Sang Penculik yang Berharap Mandat Langit

- Soe Hok Gie: Prabowo Cerdas tapi Naif

- Dhani, Rizieq, dan Ahok Bersatu demi Indonesia (Bumi 378)

- Manusia Lebih Anjing daripada Anjing

.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun