Namun, dalam hidup, apa pun bisa terjadi. Khususnya, untuk kontestasi pilpres yang menyisakan jarak dua bulan lagi.
Maklum, sepanjang lebih dari sepertiga abad berada di muka bumi ini, saya memang jarang percaya penuh kepada seseorang. Apalagi, kali terakhir saya percaya, saya nyaris kehilangan segalanya.
Itu mengapa, saya mentok di angka 99% untuk mencoblos Prabowo. Sisanya, terbagi antara Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo.
Untuk Anies, saya sudah kenal lama. Maklum, KTP saya DKI Jakarta.
Bahkan, 2017 lalu saya mencoblosnya. Itu berkat adanya Prabowo di belakang Anies.
Meski, secara hati, saya cenderung memilih Basuki Tjahaja Purnama. Bisa dipahami mengingat saya juga penggemar Ahok.
Bahkan, saya menilai, meski singkat, Â kepemimpinan Basuki di ibu kota sangat bagus. Tegas dan betul-betul kerja.
Bukan berarti periode Anies jelek. Sebab, banyak juga inovasi dari sepupu Novel Baswedan ini yang sangat saya apresiasi.
Mulai dari integrasi angkutan umum, seperti Jaklingko, hingga dihapusnya larangan sepeda motor melintasi Jalan Sudirman-Thamrin.
Sementara, untuk Ganjar, terus terang saya kurang begitu mengenalnya. Kendati untuk partainya, PDI Perjuangan, saya turut mengapresiasi.
Khususnya, tiga kader. Yaitu, Effendi Simbolon, Adian Napitupulu, dan Bambang "Pacul" Wuryanto. Â