Di Kompasiana, apa yang kamu cari? Demikian judul artikel yang pernah saya tulis 2,5 tahun lalu. Tepatnya, 23 Maret 2013 seusai mengikuti nonton bareng (nobar) film Negeri 5 Menara.Â
Memang, apa sih yang saya sudah dapat dari Kompasiana yang pada 11 Oktober mendatang genap lima tahun bergabung? Jawabannya, mudah saja. Cukup satu kalimat dengan lima enam kata: BANYAK!
Ya, kalau mau jujur-jujuran, banyak yang saya dapat atau temukan selama bergabung, tepatnya nulis di Kompasiana. Secara material, mungkin 10 jari saya tidak bisa menghitungnya lagi. Itu karena saya sudah beberapa kali mendapatkan doorprize, livetweet, menang lomba, diberi kepercayaan menulis review, dan sebagainya.Â
Lalu, beberapa artikel saya juga berhasil menembus Kompas cetak seperi Freez dua kali, Kompas.com, buku antologi, baik yang disusun admin maupun rekan Kompasianer lainnya.
Itu belum termasuk menjalin hubungan pertemanan dengan sesama Kompasianer tanpa memandang usia, status, jenis kelamin, dan sebagainya. Bahkan, pernah mendapat gebetan! Wow...
Kalau mau dipaparkan lebih luas, karena Kompasiana, saya mendapat banyak hal yang jika ditulis bisa sampai ratusan lembar. Ini fakta dan tidak berlebihan. Setidaknya, versi saya pribadi.
Di antara sekian banyak keuntungan saya bergabung di Kompasiana, jelas saya bersyukur karena bisa belajar reportase. Ya, karena Kompasiana, saya dipercaya untuk melakukan liputan pada SEA Games 2011 di Jakarta. Itu merupakan salah satu momentum paling berkesan sepanjang seperempat abad lebih hidup saya. Sama girangnya ketika pertama kali artikel saya tentang Museum Wayang diapresiasi admin untuk masuk Freez.
Ya, berkat belajar reportase di Kompasiana, setiap jalan-jalan, wisata, pesiar, tamasya, dan sebagainya, saya selalu berusaha untuk menuliskannya. Mengenai artikel itu dapat highlight, terekomendasi, Head Line (HL), feature article, dan sebagainya, atau tidak, itu soal lain. Yang penting, bagi saya, ya nulis, nulis, dan nulis.
Dalam periode itu juga, saya jadi hobi "blusukan". Tak jarang, saya kerap bertemu dengan beberapa tokoh penting di negeri ini yang langsung saya tuangkan dalam bentuk reportase. Seperti, mantan presiden BJ Habibie, mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono, presiden Joko Widodo, dan publik figure lainnya.
Bahkan, adakalanya, saya sampai "niat" untuk blusukan sendiri saat senggang. Mulai dari meliput kebakaran, mengunjungi makam pahlawan, ke museum, konser, tawuran antarpelajar, mengunjungi markas Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres), dan sebagainya yang terdapat dalam 553 artikel saya. Tak heran jika Kepala BNN Anang Iskandar -kini Kabareskrim- setiap bertemu saya selalu tersenyum sambil berseloroh, "Kamu lagi, Kompasianer ya..."
Tanpa pernah bergabung di Kompasiana, belum tentu saya bisa seperti sekarang dalam menulis reportase. Itu fakta yang tak terbantahkan.