[caption id="attachment_364868" align="aligncenter" width="461" caption="Yellowjacket sebelum ditabrak kereta mainan Thomas! (DailyMail.co.uk)"][/caption]
ANTUSIASME menyambut Avengers: Age of Ultron (AoU) masih ramai. Terbukti, di berbagai daerah di Indonesia, masih banyak bioskop yang menyediakan film yang disutradari Joss Whedon tersebut. Bahkan, saya sampai menyaksikan di sebuah teater di kawasan selatan Jakarta, enam dari delapan studionya menayangkan AoU semua!
Bagaimana hype AoU di negara asalnya, Amerika Serikat (AS)? Tentu saja sangat tinggi. Maklum, di "Negeri Paman Sam" itu AoU baru genap sepekan setelah tayang perdana pada 1 Mei lalu. Itu berbeda dengan di Indonesia yang sudah rilis sejak 22 April lalu.
Sambutannya? Ya, relatif. Banyak yang menilai sosok antagonis, Ultron-nya kurang badass, hingga judul "Age of Ultron" yang dirasa ekspekstasinya ketinggian. Namun, tak sedikit pula yang mengagumi sekuel dari The Avengers yang tayang sejak 2012 lalu ini sebagai film bercita rasa istimewa. Terutama kehadiran kakak-beradik Maximoff (Quicksilver-Scarlet Witch) dan tentu saja: Vision!
Oke, artikel ini tidak bermaksud me-review AoU meski saya sudah empat kali menonton langsung demi mengetahui isi ceritanya. Melainkan, postingan di awal Mei ini untuk menyambut film penutup dari fase kedua dari Marvel Cinematic Universe (MCU): Ant-Man.
Ya, Ant-Man merupakan salah satu film yang paling saya tunggu sepanjang 2015. Terutama di daftar film Marvel seperti AoU dan juga Fantastic Four yang kebetulan beda studio, karena dimiliki 20th Century Fox. Sementara, Aou dan Ant-Man yang akan rilis pada 17 Juli mendatang dari Marvel Studio.
Namun, harus diakui bahwa gaung Ant-Man tidak seperti AuO. Bahkan, di berbagai forum luar negeri, film yang berbujet 170 juta euro (sekitar Rp 2,5 triliun) ini tertutup oleh gemerlap sekuel ketiga Captain America: Civil War, yang ironisnya tayangnya masih lama. Alias, baru dirilis 6 Mei 2016 dengan kehadiran salah satu aktor kawakan asal Indonesia, Ray Sahetapy, yang sukses berperan di The Raid: Redemption sebagai bos mafia bernama Tama.
Meski begitu, bagi saya, Ant-Man ini tidak kalah serunya. Lantaran dalam versi komik, tokoh utamanya, Hank Pym merupakan salah satu pendiri kelompok superhero terkenal di dunia: The Avengers! Hanya, untuk di filmnya, Ant-Man diperankan generasi kedua, Scott Lang, yang awalnya mencuri kostum dari Hank Pym demi mengobati anaknya yang sakit. Namun, setelah hendak dikembalikan, Hank Pym malah memberikannya karena mengetahui Scott Lang memiliki hati yang baik dan pantas jadi pahlawan dengan mengenakan kostum Ant-Man.
Saya sendiri baru sekali menyaksikan trailernya di laman youtube resmi Marvel Entertainment. Untuk saat ini, saya tidak tertarik mengikuti perbincangan tentang Ant-Man di berbagai forum dan blog. Kenapa? Sebab, saya takut kecewa karena memasang ekspekstasi yang terlalu tinggi, tapi setelah menyaksikan filmnya malah biasa saja.
Itu terjadi setelah saya menyaksikan AoU yang memiliki tiga trailer yang terkesan "dark" dengan Ultron dan pasukannya yang kuat hingga tameng Captain America terbelah. Namun, apa lacur, setelah menyaksikannya malah tertawa sendiri. Sebab -spoiler- tameng Captain America pecah hanya dalam mimpi akibat perbuatan Scarlet Witch dan bukan nyata.
Jujur saja, saya malah berharap Ant-Man ini tidak begitu dikenal luas. Namun, setelah tayang menjadi populer layaknya Guardians of the Galaxy yang awalnya sempat saya anggap pesimistis, tapi setelah ditonton malah bikin tergila-gila berkat unsur komedi yang kental dan ceritanya bisa diterima semua kalangan. Baik itu penggemar komik Marvel atau masyarakat umum yang sekadar penikmat film saja.