Yang Liu. Begitu penuturan gadis berkuning langsat itu kepadaku dalam sebuah pertemuan di toko buku. Aku sempat terhenyak mendengar namanya yang sedikit asing, Yang Liu. Entah itu nama samaran atau aslinya bermarga Yang. Namun, yang kutahu dia hanya tersenyum seolah membaca pikiranku yang seakan hendak bertanya.
"Ya. Namaku Yang Liu. Ada yang salah?"
Hingga beberapa bulan selanjutnya saat liburan ke Kota Kembang, aku baru tahu arti nama tersebut dari seorang famili. Ternyata, itu hanya nama pena. Alias. Berbeda dengan satu nama lagi yang dulu terdengar asing, namun asli, Liong Wei atau akrab kupanggil Lenny.
Yang Liu adalah nama lain dari suatu bumbu dalam masakan Cina. Aku sendiri tentu tidak tahu. Namun, famili dan leluhur keluargaku yang berasal dari Yunnan, jelas mengetahuinya. Ada apa dengan (nama) Yang Liu?
* Â Â Â * Â Â Â *
"Jangan pernah bermain api kalau tidak ingin terbakar. Saat kecil, api itu kawan. Ketika besar berbalik jadi lawan," Laras, rekan kerjaku coba mengingatkan.
"Hanya mengagumi. Untuk saat ini tidak lebih dari itu," tuturku mencoba berkilah.
"Hai, 'untuk saat ini' kan? Bagaimana kalau besok, lusa, minggu depan, atau selanjutnya kamu malah tertarik kepadanya?"
"Entahlah. Tapi, aku berharap lebih baik perasaan ini terhadapnya padam daripada memudar."
"Jangan berandai-andai. Gadis itu seperti bunga yang dipenuhi duri penuh racun. Cepat atau lambat, kamu akan tertusuk duri hingga keracunan."
"Mungkin, ga sejauh itu kali. Bukankah kalian hampir mirip satu sama lain."