[caption id="attachment_243728" align="aligncenter" width="491" caption="Boy Rafli Amar saat melakukan diskusi (www.kompasiana.com/roelly87)"][/caption] "Melindungi, melayani, dan mengayomi masyarakat. Itulah tugas dari kami, jajaran kepolisian. Tapi, jangan lupa dan tidak perlu takut untuk mengawasi serta melaporkan jika ada di antara kami yang bertindak menyimpang," kata  Kepala Biro Penanganan Masyarakat Polri, Boy Rafli Amar. Ungkapan itu berulang-ulang saya dengar dari pria berusia 49 tahun itu saat menghadiri acara kopi darat (kopdar) silaturahmi jajaran Polri bersama masyarakat. Bertempat di Wisma Bhayangkari, kompleks Polri, Jalan Sanjaya, Jakarta Pusat, Kamis (16/5) Rafli menegaskan perlunya kemitraan yang terjalin baik antara aparat keamanan, khususnya Divisi Humas dengan khalayak ramai. Itu tidak lain agar masyarakat mengetahui bahwa Polri bersikap terbuka jika ada keluhan, kritik, atau bahkan laporan yang masuk untuk ditindaklanjuti. Maklum, beberapa bulan terakhir, instansi yang bermarkas di JalanTrunojoyo tersebut "kerap" digoyang berbagai isu, rumor, atau pemberitaan tak sedap. Alhasil, Rafli yang mempunyai pangkat bintang satu, atau Brigadir Jenderal (Brigjen) Polisi ini, turut "turun tangan" untuk terjun bersama masyarakat, khususnya untuk menjelaskan langsung mengenai kinerja aparat kepolisian kepada kalangan pengguna internet seperti facebook dan blogger. Sosok yang kerap menjadi juru bicara (jubir) kepolisian ini juga menyebut tidak semua jajarannya bertampang "seram" dengan kumis melingkar hingga membuat takut masyarakat. Tapi, banyak di antara mereka yang masih muda dan siap membantu melayani masyarakat. Itu diungkapkan Rafli saat menunjukkan beberapa polisi muda wanita yang jauh terkesan "sangar", bahkan masih muda dan cantik. Termasuk sosok Briptu Dara Intan yang sangat ramah dan selalu menyunggingkan senyum sepanjang acara. Kebetulan, saya yang menghadiri acara tersebut bersama beberapa kawan blogger Kompasiana, termasuk Opa Jappy. Meski awalnya sempat merasa bosan karena menganggap kopdar tersebut bersifat kaku, atau hanya ajang "pencitraan" belaka. Namun, setelah beberapa jam mengikuti diskusi dengan jajaran petinggi Polri lainnya, stigma negatif itu sirna. Itu berdasarkan penilaian pribadi saya sebagai orang awam yang seumur-umur baru menginjakkan kaki di Mabes Polri. Ya, memang tidak semua polisi itu berprilaku kurang baik. Masih banyak dari mereka yang sungguh-sungguh menjalankan tugasnya dengan amanah, ikhlas, dan sepenuh hati. Hanya, memang saya menyadari beberapa dari mereka berprilaku menyimpang (konon, katanya oknum?). Itu seperti yang terjadi saat melakukan tilang di jalan raya, mengurus surat di kantor polisi termasuk pembuatan SIM, atau ketika laporan yang kita buat didiamkan. "Jika ada anggota yang seperti itu, mohon agar masyarakat melaporkannya langsung kepada kami untuk ditindak lanjuti. Agar diketahui, kami tidak memungut bayaran sepeserpun," kata Hari Harnowo. Itu diungkapkan Kabid Propam Polda Metro Jaya secara tegas ketika saya menyindir beberapa tindakan anggotanya yang terkesan cuek terhadap masyarakat. Saat itu, saya tidak mengajukan pertanyaan yang berat-berat seperti kasus penimbunan solar, Densus 88, rekening gendut Polri, maupun persoalan berat. Sebab, itu bukan bidang saya sebagai masyarakat awam. Melainkan, yang saya utarakan salah satunya mengenai maraknya aksi balapan liar yang melibatkan beberaap geng motor seperti kasus di Sumatera Selatan di beberapa titik Jakarta pada malam hari, terutama malam Minggu. Selain kerap memakan korban hingga meninggal, ironisnya, aksi tersebut terjadi di kawasan Istana Negara yang merupakan "daerah sakral" karena ditempati Presiden negeri ini. Mendengar hal tersebut, Hari dan Jairus Saragih yang menjabat sebagai Kepala Pengawas Penyidikan Direktur Reserse Kriminal Umum (Direskrim) akan melakukan razia secara intens. Bahkan, seusai acara Hari meminta saya untuk berkunjung ke kantornya di Polda Metro Jaya. Saya sendiri, berharap diskusi yang berlangsung hampir seharian ini tidak terhenti hanya pada tanya jawab. Melainkan juga, ada tindak nyata dari jajaran kepolisian agar slogan Melindungi, melayani, dan mengayomi masyarakat itu bisa dibuktikan di lapangan.
* Â Â Â * Â Â Â *
[caption id="attachment_244060" align="aligncenter" width="491" caption="Dua petinggi polri, Hari Harnowo dan Julius Saragih"]
* Â Â Â * Â Â Â *
[caption id="attachment_244062" align="aligncenter" width="491" caption="Brigjen Rafi bersama beberapa blogger dan facebooker, termasuk Opa Jappy"]
* Â Â Â * Â Â Â *
[caption id="attachment_244063" align="aligncenter" width="369" caption="Dara Intan yang membuktikan tidak semua polisi seram"]
* Â Â Â * Â Â Â *
Artikel Terkait Tentang Polisi dan Masyarakat
-Â Ketika Kawasan Istana Jadi Arena Balap -Â Tidak Semua Polisi Berperilaku Kurang Baik -Â Balap Liar, Sensasi Mengejar Gengsi di Balik Maut -Â Mau Dibawa Ke Mana Aksi Nekat Suporter Kita -Â Benarkah Polisi Segan dengan Dosen, Tentara, dan Wartawan? -Â Ketika Polisi Juga Manusia Biasa Seperti Kita -Â Masyarakat Tidak Boleh Melewati Jalur Busway, Kalau Aparat?
* Â Â Â * Â Â Â *