Mohon tunggu...
Choirul Huda
Choirul Huda Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasianer sejak 2010

Pencinta wayang, Juventini, Blogger. @roelly87 (www.roelly87.com)

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Percakapan di Angkot

22 Januari 2014   03:45 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:36 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setidaknya, membayangkan fanatisme suporter Persib tatkala menyaksikan PBR diperkuat Bepe yang merupakan ikon Persija Jakarta. Terlebih, ketika Ucok dengan khatam-nya menceritakan secara detail persaingan Persib-PBR yang memikat warga Bandung. Fakta itu membuat saya yakin bahwa Ucok juga mengerti soal sepak bola. Itu yang membuat saya tertarik untuk memancingnya berbicara soal sepak bola.

Khususnya, karena provinsi kelahirannya pun memiliki tim yang tak kalah hebat, PSMS Medan. Ya, mumpung baterai ponsel habis hingga tidak bisa digunakan untuk browsing internet dan perjalanan masih lumayan karena sering berhenti. Saya pun agak terhibur mendengarkan cerita pria yang mengaku hijrah ke Bandung sejak muda.

“Saya sendiri, meski orang (suku) Batak yang fanatik PSMS. Tapi tetap dukung Persib. Beberapa tahun lalu, saya sempat mengajak anak sulung saya ke Stadion Siliwangi menyaksikan pertadingan Persib,” tutur sopir yang memasang mengidolai Panbers ini.

“Pengennya sih, saya nonton Persib di kontrakan. Tapi, berhubung saya dapat aplusan sore (narik angkot dari pukul 18.00-24.00 WIB) terpaksa ga nonton. Semoga aja, Persib menang, hujan berhenti dan penumpang ramai lagi,” Ucok, menambahkan.

Hampir setengah jam saya manggut-manggut mendengar ceritanya yang terkadang berapi-api saat membicarakan Persib dan PSMS. Terutama saat kedua tim melakoni final Perserikatan di Stadion Gelora Bung Karno (GBK) pada 23 Februari 1985. Saat itu, Ucok remaja termasuk salah satu dari 150 ribu penonton yang konon jadi rekor pertandingan amatir paling banyak ditonton orang di dunia.

“Gila itu. Kalo ngebayangin sekarang, bulu kuduk jadi merinding. Saya yang waktu itu masih ingusan liat pertandingan di GBK benar-benar terkesan,” Ucok mengungkapkan. Sayangnya, lampu merah di perempatan Kiara Condong sudah terlihat yang berarti saya harus melanjutkan perjalanan menaiki angkot berikutnya.

*      *      *

- Cibiru, 22 Januari 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun