[caption id="attachment_189743" align="aligncenter" width="461" caption="Salah satu kegiatan remaja di malam hari saat membangunkan sahur (dok. pribadi)"][/caption] JAKARTA –  Memasuki hari keenam puasa di bulan Ramadhan, tentunya banyak kegiatan yang dilakukan sebagian besar umat Muslim dengan beribadah semaksimal mungkin. Tidak terkecuali dengan kalangan remaja dan anak-anak yang merupakan bagian dari keluarga atau lingkungan di sekitar kita. Sholat Tarawih, Tadarusan di Masjid atau Musholla, hingga Pesantren kilat di Sekolah, merupakan kegiatan yang rutin dilakukan setiap tahunnya. Selain itu juga bagi anak-anak dan kalangan remaja yang berusia belasan tahun, bulan Ramadhan adalah momen yang sangat mereka tunggu. Sebab, tidak seperti bulan-bulan biasanya, di bulan Ramadhan, waktu malam terasa panjang untuk digunakan dengan berbagai rutinitas di Masjid dan rumah. Apalagi banyak orang tua yang memberi kelonggaran pada anaknya untuk melakukan kegiatan yang bermanfaat saat tengah malam, seperti mengaji atau membangunkan sahur keliling kampung/ kompleks perumahan. Namun, adakalanya kegiatan yang harusnya positif itu terkadang disalah gunakan oleh sang anak, terutama yang masih remaja, untuk melakukan hal-hal yang menyimpang. Hanya saja, sedikit baik dan buruknya dapat dimaklumi, karena sebagai seorang yang masih muda tentu kelakuannya masih labil. Seperti yang saya ketemukan dalam rentang lima hari puasa, dari mulai hari pertama, Sabtu, hingga hari kelima puasa, pada Rabu (25/7). Tanpa bermaksud menggurui, beberapa kejadian yang saya tuliskan ini berdasarkan beberapa pengalaman sendiri dengan tujuan saling mengingatkan bahwa mereka ada di sekitar kita... - Tawuran Sudah bukan rahasia umum lagi, jika kebanyakan anak muda yang berusia remaja sering melakukan tawuran justru di bulan Ramadhan. Waktunya sendiri biasanya berkisar mulai pukul 00:00 wib dinihari hingga selesai Sholat Subuh menjelang pagi hari. Seperti yang terjadi di dekat tempat tinggal saya di kawasan Jakarta Barat, saat tengah malam acapkali jalanan dipenuhi remaja dan anak-anak yang bermain bola sambil menyalakan petasan. Sayangnya, terkadang sering timbul gesekan antar pemain tersebut yang biasanya berasal dari daerah berbeda. Entah bermain kasar atau tekel yang dianggap keras dari sang lawan, membuat suasana menjadi panas. Ujung-ujungnya adalah saling ejek yang berakhir dengan lempar-lemparan batu dan benda apa saja disekitarnya. Atau bisa juga tawuran terjadi akibat remaja yang membangunkan sahur namun bukan hanya di daerahnya sendiri, melainkan sudah berkeliling daerah lain. Sebenarnya, tradisi membangunkan sahur ini sangat baik, selain niatnya mulia untuk membangunkan orang yang masih terlelap tidurnya, juga bermanfaat untuk saling mengenal antar penghuni di luar kampung atau daerahnya. Tetapi ketika penghuni kampung ada yang merasa terganggu saking bisingnya bedug yang ditabuh oleh remaja dan anak-anak tersebut, membuat kegiatan membangunkan sahur menjadi ricuh sebagaimana yang terjadi di sebuah kawasan di perbatasan Jakarta Barat dan Jakarta Pusat menjadi tawuran. Kebetulan lokasinya di dekat sebuah pusat penjualan ponsel terbesar di Indonesia itu tidak terlalu jauh dari tempat tinggal saya. - Balapan liar Jika di hari biasa, ajang balapan liar hanya terjadi di malam minggu atau libur. Ketika bulan puasa, justru marak terjadi balapan liar di beberapa kawasan tertentu, terutama di sepanjang jalan Letjend S. Parman, Grogol. Saya yang hampir setiap malam melewati jalan tersebut, di bulan Ramadhan ini menjadi ajang unjuk gigi dari pembalap jalanan tersebut. Patut disayangkan jika acara balapan liar itu justru memakan korban dari pelakunya sendiri, entah menabrak kendaraan lain atau menabrak sisi pembatas jalan. Terlebih lagi adalah jika sang pembalap liar itu meninggal sia-sia, hingga hilanglah harapan dari keluarganya untuk berkumpul bersama di hari Idul Fitri... - Ajang mesum Panjangnya waktu di bulan Ramadhan, malah dimanfaatkan dengan melakukan hal negatif yaitu berpacaran hingga dinihari, dan baru pulang sesaat menjelang sahur. Di beberapa lokasi seperti taman dan komplek di suatu kawasan Jakarta, saya sendiri sering melihat "ritual" seperti ini. Hanya saja, itu kembali pada diri masing-masing, sebab yang namanya anak muda terutama remaja justru semakin menjadi-jadi bila dilarang dengan keras. Untuk itu, seyogyanya orang tua dan pihak keluarga untuk lebih menerapkan aturan yang ketat namun tidak serta merta mengikat kepada sang anak. Sebab jika mereka merasa di awasi terlalu jauh dengan tidak boleh melarang keluar malam atau terlalu protektif, ditakutkan malah mencari pelampiasan saat diluaran. - Budi, buka diam-diam Kalau kejadian yang seperti ini, biasanya terjadi khusus kepada anak yang masih duduk di Sekolah Dasar (SD). Budi, atau akronim dari buka diam-diam, di kalangan anak SD sudah bukan rahasia umum lagi. Saya sendiri baru mengetahuinya saat Ramdhan tahun lalu, ketika mendengar penuturan dari seorang sepupu mengenai kelakuan beberapa kawannya di sekolah. Namun, bukan berarti semua anak SD melakukan budi, kemungkinan hanya segelintir saja yang melakukannya karena terpaksa akibat teriknya siang hari yang membuat mereka kehausan dan tidak kuat untuk melanjutkan puasanya.
* Â Â * Â Â *
26 Juli 2012
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H