[caption id="attachment_182148" align="aligncenter" width="461" caption="Cover Tembang Cinta Para Dewi (dok. pribadi)"][/caption] Dalam kisah cinta dunia wayang, salah satu yang terpatri di ingatan semua orang, pastinya lakon percintaan abadi Rama - Shinta. Sebuah kisah percintaan yang berasal dari India dan disadur pujangga Jawa melalui kakawin Ramayana.  Cerita yang memuat perebutan seorang gadis bernama Dewi Shinta, antara Sri Rama dengan Rahwana, maharaja Alengka. Selain itu, dari epos Mahabharata sendiri, melalui kisah Pandawa dan Kurawa, kurang begitu terdengar gaungnya. Hanya menyisakan jalan berliku dari Arjuna sebagai sosok playboy yang dikelilingi perempuan cantik dari berbagai kalangan, baik manusia maupun dewata. Atau di pedalaman Jawa, masih terdengar tentang kisah perwayangan dewa Kamajaya dan Kamaratih yang sangat melegenda hingga kini. Dalam novel Tembang cinta para Dewi yang dituliskan kembali oleh Naning Pranoto berdasarkan kisah asli perwayangan dari berbagai versi. Terdapat empat kisah dari dua zaman berbeda, yakni jauh sebelum era Pandawa - Kurawa dan pada masa perang Bharatayuda. 1. Luka Hati Dewayani Berkisah mengenai seorang gadis bernama Dewayani, yang tinggal bersama Ayahnya, Begawan Sukro, seorang tokoh pertapa sakti mandraguna sekaligus musuh para Dewata. Keduanya bernaung di kerajaan raksasa Wrishaparwa, yang berperang dengan para dewa di khayangan Suralaya. Begawan Sukro, mempunyai kedudukan sangat tinggi melebihi sang raja raksasa sendiri, karena mempunyai ilmu ghaib Sanjiwani, yang mampu menghidupkan orang mati. Sayang, beda Ayah dan juga anaknya, Dewayani yang bernasib tragis dalam percintaan. Benih-benih cintanya dengan Kacha, seorang pangeran utusan dewata sekaligus musuh Ayahnya semakin menjadi-jadi. Tulusnya cinta Dewayani yang putih bersih ternyata tidak diimbangi oleh Kacha, yang beberapa kali ketahuan berbuat serong, justru bersama Sarsmitha, putri raja Wrishaparwa. Ketika api asmara mulai terjalin diantara ketiganya secara berlainan, naas untuk Dewayani. Karena ia harus merelakan dikhianati oleh suami tercinta, sekaligus kawan terdekatnya, Sarsmitha. Hingga dengan perasaan mendalam, harus merelakan keduanya berpautan asmara, walau dalam diri Dewayani terluka. 2. Dendam Abadi Seorang Dewi Bermula dari pengembaraan seorang Bisma muda, pewaris tahta kerjaan Hastinapura sekaligus Kakek buyut Pandawa - Kurawa. Karena terikat sumpah untuk tidak mempunyai istri selamanya, menjadikan Bisma harus menerima kenyataan getir dalam hidupnya. Dewi Amba, gadis yang ditolak Bisma, tidak kuasa meredam kekecewaannya sebagai seorang perempuan bersih yang pernah disia-siakan. Dengan amarah yang menggelora, Dewi Amba pun terpaksa melakukan tindakan nekat demi mempertahankan kesuciannya selama ini dengan bunuh diri. Ketika letupan api berkobar, sesaat sebelum menghembuskan nafas terakhirnya, Dewi Amba pun bersumpah untuk bisa membunuh Bisma pada penitisannya di masa mendatang, melalui diri Srikandi. Dan, sumpah yang berat dari sang Dewi, akhirnya dapat terlaksana saat perang Bharatayuda, Bisma tewas oleh panah penitisan Amba sekaligus istri Arjuna. 3. Ketika Srikandi Jatuh Cinta Gagah perkasa, keturunan seorang raja, mempunyai istri tercantik di alam raya dan mendapat julukan Lelalaning Jagat, atau pria tertampan di dunia. Tiada yang kurang dari sosok bernama Arjuna, tokoh penengah Pandawa sekaligus suami dari Dewi Wara Sumbadra dan sepupu Sri Kresna yang merupakan penitisan Dewa Wisnu. Namun, sama halnya dengan para dewa di dunia perwayangan, semuanya tiada yang sempurna. Termasuk dengan Arjuna, yang harus jatuh bangun mengejar impiannya: Mempersunting Srikandi. Srikandi, - berbeda dengan epos asli dari India, yang merupakan Putri ketiga kerajaan Cempalareja terkenal dengan kemahirannya dalam memanah. Meski menyadari bahwa Arjuna telah mempunyai istri yang teramat cantik jelita, Wara Sumbadra. Percintaannya yang terlarang dengan sosok playboy tersebut menjadi bahan pergunjingan khalayak ramai, mulai dari Pandawa, Kurawa hingga para Dewata. Tetapi, karena kisah cinta Arjuna - Srikandi bukan sekadar percintaan lahiriah saja, meski secara normal keduanya saling suka sama suka. Melainkan adanya peranan dari para dewa untuk kemenangan Pandawa di medan perang Kurusetra melawan Kurawa melalui penitisan Dewi Amba. 4. Mengejar Bayang-bayang Merah "Ketika cinta membutakan segalanya, maka apa yang kau punya menjadi sirna." Wejangan Prabu Kurundageni dari kerajaan Tirtakandasan kepada anaknya, Kertawiyoga. Demi memperistri sang gadis dari kerajaan Mandaraka, Dewi Erawati, Kertawiyoga nekat mempertaruhkan segalanya yang ia punya. Sang putera mahkota kerjaaan Tirtakandasan itu, hanya bisa menyesali nasib ketika penculikannya kepada Dewi Erawati, akibat rasa cintanya berubah menjadi bencana. Istananya luluh lantak hingga rata dengan tanah akibat serangan dari Prabu Baladewa dan kerajaan Mandaraka. Sementara tubuhnya hancur berkeping-keping dihajar Arjuna, sang penengah Pandawa yang harus membasahi tangannya dengan darah demi menyelamatkan Dewi Erawati dari cengkraman Kertawiyoga. Kendati demikian, rasa cintanya pada sang Dewi Erawati tidaklah padam meski api penasaran terus menggelayuti dirinya. Perlakuan baik dan sopan dengan tidak menyentuh sama sekali, selama sang Dewi diculik dalam istananya, merupakan sebuah kisah satir tentang cinta bertepuk sebelah tangan. Seperti halnya metafora kehidupan yang semu, usaha cintanya yang tulus dan murni tidak menggoyahkan perasaan sang gadis pujaannya. Hingga ia sendiri harus menanggung derita, demi sebuah cinta...
* Â Â * Â Â *
Membaca novel Tembang cinta para dewi, yang didapat sejak tahun 2004 lalu. Menambah pengetahuan lebih dalam mengenai sisi lain dari kisah perwayangan yang terkadang samar. Tidak hanya konflik menang - kalah, berhasil atau menjadi pecundang, juga ada tabir kehidupan misteri yang menjadi cerminan dari manusia. Novel "jadul" ini, setidaknya mengingatkan akan sebab-akibat tentang suatu usaha, bahwa sebuah proses (perjalanan) jauh lebih berarti ketimbang hanya mementingkan suatu hasil, termasuk dalam hubungan sosial kepada lawan jenis.
* Â Â * Â Â *
Judul : Tembang Cinta Para Dewi Penulis : Naning Pranoto Penerbit : Balai Pustaka Tahun Terbit : 1987 (Cetakan Pertama) Jumlah Halaman : 140 ISBN : 979-407-070-X
* Â Â * Â Â *
Jakarta, 12 Juni 2012
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H