Mohon tunggu...
Choirul Huda
Choirul Huda Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasianer sejak 2010

Pencinta wayang, Juventini, Blogger. @roelly87 (www.roelly87.com)

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Jatuh Cinta pada Gadis Berinisial A

3 Juni 2012   21:26 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:25 1398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1338757974197863102

[caption id="attachment_180717" align="aligncenter" width="524" caption="Ilustrasi dok. pribadi"][/caption] Jatuh cinta? Hampir semua orang merasakan dan pernah jatuh cinta. Entah itu nyata, khayalan atau malah bertepuk sebelah tangan. Namun, bagaimanakah bila kita sendiri sebagai sosok aku mengalami yang namanya jatuh cinta? "Jatuh cinta itu gampang, temen. Cuma mengutarakan perasaan loe pada dia, masalah ditolak apa nggak, itu urusan belakangan. Yang penting, coba aja dulu tembak..." ucap seorang Sahabat pernah menasehatiku. Simple. Sesimple sebuah kalimat pendek darinya. Tapi, benarkah begitu? Sebagai penikmat literatur kuno, termasuk sejarah dan kisah fiktif dari cerita silat, tentu merasa tidak semudah yang diucapkan sang kawan. Aku teringat dengan sosok Oey Yok Shu, yang dijuluki sesat timur dalam dunia persilatan. Sosok tangguh dan mahasakti karangan dari Jin Yong, nyatanya pernah mengalami perasaan jatuh cinta pada seorang gadis. Namun, tatkala cinta yang dipupuknya sedemikian besar melambung tinggi. Timbul prahara, istri dari kekasih yang baru saja dinikahinya itu meninggalkan dirinya untuk selamanya. Lalu, sebagaimana seorang lelaki, ia tetap keukeuh pada pendiriannya. Cinta pertama berarti adalah cinta terakhir… Atau, yang terlabih mengenaskan adalah kisah cinta Yo Ko, pendekar bertangan satu dari abad ke 13. Ketika demi cintanya pada seorang gadis yang juga adalah Guru, yang berusia jauh diatasnya mengalami penolakan dari adat yang berlaku saat itu. Prahara demi prahara pun timbul, dengan harus berpisah selama 16 tahun lamanya demi menyatakan cinta kepada Siauw Lionglie, Guru sekaligus kekasihnya itu. Selesai? Tentu saja belum. Yo Ko harus mengalami kegetiran dalam hidup, ketika tahu Siauw Lionglie ternyata sudah tidak perawan lagi! Sosok Adik seperguruan Ayahnya, yang membuat kesucian sang gadis pujaan Yo Ko menjadi hilang. Namun, atas nama cinta mereka berdua, tidak satupun alasan yang bisa menggoyahkan hubungan Yo Ko dengan Siauw Lionglie.

*      *      *

Gadis Berinisial A... Sosok misterius untukku, sama misteriusnya dengan kisah cinta Dhanapati kepada Kiran. Atau malah melebihi aura mistis percintaan berliku Pendekar Misterius kepada Nyai Daunilalang yang pernah mengucapkan sebuah kalimat legenda: Kalian salah memilih musuh! Sungguh, sosok gadis berinisial A, telah menguraikan benang kusut yang menghinggapi relung hatiku. Sedikit senyumannya (waktu itu) bahkan sanggup menghapus kenangan dari nostalgia sapu tangan bersulam angsa. Tatapan matanya yang sayu, dapat menghilangkan jejak "gadis berbaju biru". Dan, suaranya yang lemah lembut, bahkan mampu melupakan tingkah imut dari gadis belia bernama Sella... Sayang seribu sayang, adakalanya terdapat sesuatu di dunia ini yang tidak dapat dicapai sama sekali. Seperti halnya kisah cinta Cao-cao pada dua permaisuri kerajaan Wu, dari zaman tiga negara. Bertepuk sebelah tangan? Bisa iya bisa tidak, atau lebih ke arah kemungkinan. Seorang Kawan pernah menyindir sembari menghibur diriku, kala mengatakan "laki-laki itu harus jentelmen, jangan terlalu terbawa perasaan. Alih-alih malah menjadi sosok yang Melankolis!" Begitu ucapnya dahulu, kala kami bersua di bulan Phalguna, yang jatuh tempo pada awal Februari-Maret lalu. Aku hanya bisa berkata iya, untuk mengangguk tanda sepakat - untuk tidak sepakat. Kalau di dunia ini tiada seorang lelaki yang melankolis, untuk apa lahir kisah fiktif tentang Oey Yok Shu dan juga Dhanapati, yang harus kehilangan istri dan anaknya karena dibantai kawan sendiri. Ibarat mengejar bayang-bayang merah, adakalanya seorang lelaki harus memiliki jiwa melankolis. "Ingatkah kawan, tembang wayang yang sedari kecil kita dendangkan. Sosok Kertawiyoga, dari kerajaan Tirtakandasan harus mengalami kehancuran hingga rata ke tanah akibat tekadnya memboyong Dewi Erawati, yang seharusnya milik Prabu Baladewa. Atau, kisah percintaan Arjuna dengan Srikandi -versi Jawa- karena atas dasar suka sama suka, harus mengalami pahit getir kehidupan. Sebelum mereka benar-benar dapat bersatu dalam ruang pelaminan. Ah kawan, dirimu hanya mengenal cinta dari media sosial dan teknologi canggih yang didapat di gadgetmu yang modern. Sementara, pertautan sejarah dan masa lalu, tidak pernah kamu sandingkan dengan kecanggihan masa kini. Dirimu, tahunya cinta itu tembak, putus, tembak, putus dan cari lagi, serta cari lagi. Tahukah Kawan, makna jatuh cinta yang hakiki?" ucap diriku dalam hati, yang tentu saja tidak dapat diungkapkan padanya. Memang benar, mencintai bukan berarti (harus) memiliki. Sama halnya dengan kisah Dhanapati, Sekar Wangi dan Karin, yang justru terpisahkan dan disatukan oleh yang namanya "Cinta". Namun, mengucapkan kata cinta, meski hanya dalam hati. Sebagaimana yang diucapkan oleh seorang tokoh yang pernah ku kenal. Maka, biarlah sosok gadis bernisial A, menjadi imajinasi liar...

*      *      *

Jakarta, 4 Juni 2012

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun