[caption id="attachment_187443" align="aligncenter" width="640" caption="ilustrasi/admin"][/caption] Bagaimana pilunya ketika seorang gadis berusia 12 tahun telah terjerumus dalam lembah hitam dengan berkawan obat terlarang dan pergaulan bebas, sementara Ayahnya adalah salah satu pemimpin Yakuza terbesar di Jepang? Di dalam kehidupan masyarakat Jepang, tiada satupun yang ingin terlahir sebagai seorang Yakuza atau menjadi bagian dari keluarga mereka. Meski dari luar kehidupan Yakuza sangatlah penuh kemewahan sebagaimana mafia lainnya di dunia, seperti kisah sekelompok mafa La Cosa Nostra di Italia, serta Triad di China dan Hongkong atau juga penjahat bak kerah berdasi di Amerika seperti Al Capone. Semua itu tampak "wah" dan bergelimpang kemewahan serta di hormati lawan dan kawan dalam lingkup organisasi mereka. Namun pada akhirnya harus mendekam di penjara seperti yang dialami Al Capone ketika menjalani sisa hidupnya di sebuah ruangan kecil dalam penjara Al Catraz. Tetapi jika kehidupannya beruntung lolos dari tangkapan aparat keamanan, hukuman datang dari orang-orang terdekatnya yang juga topeng dari musuh mereka. Ayah Shoko Tendo, pengarang buku Yakuza Moon harus mengalami mimpi terpahit dalam hidup beserta seluruh keluarga. [caption id="attachment_176414" align="aligncenter" width="461" caption="Cover Yakuza Moon (dok. pribadi)"]
* Â Â Â * Â Â Â *
Apa salahnya menjadi Yakuza? Kegelisahan yang terus mendalam di usia yang masih kecil dan dalam masa transisi untuk memulai peralihan ke dunia remaja membuatnya berontak untuk menunjukkan kepada setiap orang, bahwa ia ada! Kehidupan menjadi Yanki terus dijalaninya hingga berusia 16 tahun, dengan mengalami berbagai macam rintangan dari anggota Yakuza dalam organisasinya. Hingga tak jarang ia kerap menerima kasus pelecehan dan hinaan bahkan beberapa kali di perkosa oleh orang yang jauh lebih dewasa. Awal dekade 1990, ketika ekonomi Jepang semakin maju dengan gencarnya invasi yang dilakukan mereka ke berbagai negara tetangga, termasuk Indonesia yang terus di masuki berbagai macam barang, elektronik, kendaraan bermotor hingga peralatan rumah tangga. Waktu itu, saat remaja Indonesia sangat mengagumi karya dari Jepang seperti kartun Doraemon, Dragon Ball, Salior Moon dan juga Ksatria Baja Hitam. Di Jepang sendiri anak-anak remajanya berada dalam kondisi gamang akibat mudahnya mendapatkan uang yang malah menjerumuskan mereka ke lembah hitam. Shoko Tendo dan beberapa remaja Jepang justru mengalami dampak negatif dari meningkatnya taraf hidup di negeri Sakura yang membuat mereka mencari tambahan uang demi memenuhi gaya hidup mereka saat itu. Hingga ketika Shoko Tendo telah kehilangan kedua orang tua yang sangat disayanginya, membuat ia tersadar dan berubah haluan. Pernikahannya dengan Takayama, seorang yang bahkan rela berhenti menjadi mafia demi menemani hari-hari penuh kegelapan dari Shoko Tendo, sedikitnya menjadi sebuah dukungan moral. Takayama, seorang pria setia yang penuh simpatik, adalah sedikit sosok yang mampu merubah jalan hidupnya dari seorang Yakuza menjadi manusia biasa pada umumnya. Walau jalan tersebut harus ditebus dengan kehilangan jari kelingkingnya demi memenuhi sumpah untuk keluar dari lingkaran Yakuza. "Aku harus melakukannya. Aku tidak sanggup menjadi seorang Yakuza jika aku tidak dapat melakukan apa-apa untuk menyelamatkan seorang perempuan yang sangat aku sayangi. Tidak seorang pun merendahkan Yakuza," pungkas Takayama penuh keyakinan untuk menyelamatkan Shoko Tendo dari kehancuran. Awal 2000, ketika Shoko Tendo bangkit dari keterpurukan dengan beralih profesi dari seorang hostes menjadi penulis lepas. Itu semua berkat dukungan dari seorang Takayama, walau pernikahan diantara mereka tidak begitu lama.
* Â Â Â * Â Â Â *
Yakuza Moon: Memoar Seorang Putri Gangster Jepang Membaca buku setebal 245 halaman ini, bukan hanya dapat melihat kisah riwayat seorang putri mafia saja, melainkan juga mendapatkan gambaran nyata dari prilaku anak remaja di negara Jepang. Sama seperti di Indonesia, kehidupan di Jepang yang merupakan sebuah negara maju tidak lepas dari yang namanya intrik. Tentang bagaimana dramatisnya jalan kehidupan seseorang yang berliku hingga menapaki pencerahan pada usia dewasa setelah mengalami masa suram sejak remaja. Mendapatkan kiriman buku Yakuza Moon bersama dwilogi novel karya Anchee Min pengarang Empress Orchid dan The Last Empress, dari "seorang sahabat" di seberang menjadikan saya semakin menghargai betapa peliknya kehidupan dapat diubah menjadi sebuah kebahagiaan jika telah menjalaninya...
* Â Â Â * Â Â Â *
Jakarta, 10 Mei 2012
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H