Mohon tunggu...
Choirul Huda
Choirul Huda Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasianer sejak 2010

Pencinta wayang, Juventini, Blogger. @roelly87 (www.roelly87.com)

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Yakuza Moon, Potret Nyata Kehidupan Gadis Jepang

10 Mei 2012   07:10 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:29 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_187443" align="aligncenter" width="640" caption="ilustrasi/admin"][/caption] Bagaimana pilunya ketika seorang gadis berusia 12 tahun telah terjerumus dalam lembah hitam dengan berkawan obat terlarang dan pergaulan bebas, sementara Ayahnya adalah salah satu pemimpin Yakuza terbesar di Jepang? Di dalam kehidupan masyarakat Jepang, tiada satupun yang ingin terlahir sebagai seorang Yakuza atau menjadi bagian dari keluarga mereka. Meski dari luar kehidupan Yakuza sangatlah penuh kemewahan sebagaimana mafia lainnya di dunia, seperti kisah sekelompok mafa La Cosa Nostra di Italia, serta Triad di China dan Hongkong atau juga penjahat bak kerah berdasi di Amerika seperti Al Capone. Semua itu tampak "wah" dan bergelimpang kemewahan serta di hormati lawan dan kawan dalam lingkup organisasi mereka. Namun pada akhirnya harus mendekam di penjara seperti yang dialami Al Capone ketika menjalani sisa hidupnya di sebuah ruangan kecil dalam penjara Al Catraz. Tetapi jika kehidupannya beruntung lolos dari tangkapan aparat keamanan, hukuman datang dari orang-orang terdekatnya yang juga topeng dari musuh mereka. Ayah Shoko Tendo, pengarang buku Yakuza Moon harus mengalami mimpi terpahit dalam hidup beserta seluruh keluarga. [caption id="attachment_176414" align="aligncenter" width="461" caption="Cover Yakuza Moon (dok. pribadi)"]

1336628917930316616
1336628917930316616
[/caption] Kegagalan dalam menjalankan bisnis gelap di ranah Jepang, harus membuatnya terlunta-lunta di kejar hutang dari para rentenir yang ironisnya dahulu adalah kawan seperjuangannya. Bunga pinjaman sebesar 10 persen harus dibayarkan sang Ayah dalam setiap 10 hari, yang membuat keluarga Shoko Tendo bangkrut seketika. Keadaan bertambah pelik ketika sang Ayah terjerumus dalam suatu perkara internal dan membuatnya mendekam dalam penjara. Sontak kehidupan Shoko Tendo berubah drastis, tadinya dalam garasi mereka dipenuhi oleh berderet mobil Eropa keluaran terbaru seperti sebuah showroom yang selalu berganti setiap bulan sekali. Namun setelah sang Ayah mendekam dalam penjara dan terus ditagih hutang oleh kelompok mafia lainnya, membuat garasi menjadi kosong melompong begitu juga dengan isi rumah yang tersisa hanya ada rice cooker sebagai penyambung kehidupan mereka. Dalam keadaan kalut seperti itu, Shoko Tendo pun turut terjerumus dalam lembah hitam dengan menjadi seorang Yanki, atau anak berandalan yang hidup di jalan. Semua itu terjadi karena ia tidak tahan dengan kehidupan normalnya yang selalu di ejek sebagai anak seorang Yakuza yang bangkrut. Di Sekolah semua kawan Shoko Tendo memandangnya nyinyir dengan wajah menjijikan, seolah-olah ia terlahir sebagai seorang pecundang akibat kesalahan orang tuanya. "Ayahmu serem," olok-olok mereka mengejek sambil menertawai Shoko Tendo yang saat itu baru berusia 12 tahun dan dikucilkan dari pergaulannya di sekolah. Bahkan guru-gurunya pun "bermuka dua", satu sisi menjauhinya saat di belakangnya, namun berubah manis dan perhatian ketika saling berhapan dengannya karena takut dengan latar belakang Ayahnya seorang Yakuza.

*      *      *

Apa salahnya menjadi Yakuza? Kegelisahan yang terus mendalam di usia yang masih kecil dan dalam masa transisi untuk memulai peralihan ke dunia remaja membuatnya berontak untuk menunjukkan kepada setiap orang, bahwa ia ada! Kehidupan menjadi Yanki terus dijalaninya hingga berusia 16 tahun, dengan mengalami berbagai macam rintangan dari anggota Yakuza dalam organisasinya. Hingga tak jarang ia kerap menerima kasus pelecehan dan hinaan bahkan beberapa kali di perkosa oleh orang yang jauh lebih dewasa. Awal dekade 1990, ketika ekonomi Jepang semakin maju dengan gencarnya invasi yang dilakukan mereka ke berbagai negara tetangga, termasuk Indonesia yang terus di masuki berbagai macam barang, elektronik, kendaraan bermotor hingga peralatan rumah tangga. Waktu itu, saat remaja Indonesia sangat mengagumi karya dari Jepang seperti kartun Doraemon, Dragon Ball, Salior Moon dan juga Ksatria Baja Hitam. Di Jepang sendiri anak-anak remajanya berada dalam kondisi gamang akibat mudahnya mendapatkan uang yang malah menjerumuskan mereka ke lembah hitam. Shoko Tendo dan beberapa remaja Jepang justru mengalami dampak negatif dari meningkatnya taraf hidup di negeri Sakura yang membuat mereka mencari tambahan uang demi memenuhi gaya hidup mereka saat itu. Hingga ketika Shoko Tendo telah kehilangan kedua orang tua yang sangat disayanginya, membuat ia tersadar dan berubah haluan. Pernikahannya dengan Takayama, seorang yang bahkan rela berhenti menjadi mafia demi menemani hari-hari penuh kegelapan dari Shoko Tendo, sedikitnya menjadi sebuah dukungan moral. Takayama, seorang pria setia yang penuh simpatik, adalah sedikit sosok yang mampu merubah jalan hidupnya dari seorang Yakuza menjadi manusia biasa pada umumnya. Walau jalan tersebut harus ditebus dengan kehilangan jari kelingkingnya demi memenuhi sumpah untuk keluar dari lingkaran Yakuza. "Aku harus melakukannya. Aku tidak sanggup menjadi seorang Yakuza jika aku tidak dapat melakukan apa-apa untuk menyelamatkan seorang perempuan yang sangat aku sayangi. Tidak seorang pun merendahkan Yakuza," pungkas Takayama penuh keyakinan untuk menyelamatkan Shoko Tendo dari kehancuran. Awal 2000, ketika Shoko Tendo bangkit dari keterpurukan dengan beralih profesi dari seorang hostes menjadi penulis lepas. Itu semua berkat dukungan dari seorang Takayama, walau pernikahan diantara mereka tidak begitu lama.

*      *      *

Yakuza Moon: Memoar Seorang Putri Gangster Jepang Membaca buku setebal 245 halaman ini, bukan hanya dapat melihat kisah riwayat seorang putri mafia saja, melainkan juga mendapatkan gambaran nyata dari prilaku anak remaja di negara Jepang. Sama seperti di Indonesia, kehidupan di Jepang yang merupakan sebuah negara maju tidak lepas dari yang namanya intrik. Tentang bagaimana dramatisnya jalan kehidupan seseorang yang berliku hingga menapaki pencerahan pada usia dewasa setelah mengalami masa suram sejak remaja. Mendapatkan kiriman buku Yakuza Moon bersama dwilogi novel karya Anchee Min pengarang Empress Orchid dan The Last Empress, dari "seorang sahabat" di seberang menjadikan saya semakin menghargai betapa peliknya kehidupan dapat diubah menjadi sebuah kebahagiaan jika telah menjalaninya...

*      *      *

Jakarta, 10 Mei 2012

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun