[caption id="attachment_135895" align="aligncenter" width="614" caption="Saat Diskusi Berlangsung Dengan Tema: Pencaplokan Wilayah Indonesia"][/caption] Sabtu kemarin, setelah mendapat konfirmasi dari pihak Kompas.com bahwa saya termasuk satu dari 25 Kompasianer yang diundang untuk menghadiri Tapping program acara "Big Baz" di Kompas TV. Sorenya sekitar jam 17.00 wib saya langsung menuju lokasi yang bertempat di Belezza Shopping Arcade, kawasan Permata Hijau, Jakarta Selatan. Sesampainya disana, saya langsung bertemu dengan Pak Thamrin Dahlan dan juga Joshua, Kompasianer muda nan energik. Kami lalu mengobrol dengan santai, tentang masalah isu perbatasan dan juga diberikan sodoran dari Kru Kompas TV untuk membuat satu pertanyaan dalam acara yang berlangsung. Tidak lama berselang, datanglah kompasianer Bang Deqz dan juga Bang Arie, yang melengkapi jumlah undangan dari pihak Kompasiana. Acara sendiri berlangsung pukul 19:00 wib, dengan sapaan khas dari Mas Baz panggilan akrab Pak Budiarto Shambazy. Dan, tak lupa sebelumnya diiringi dengan Do'a bersama, agar selama proses acara dapat berjalan dengan lancar. Kemudian setelah itu datanglah empat orang narasumber yang berasal dari berbagai bidang masing-masing yang sejalur dengan tema acara malam itu tentang "Pencaplokan Wilayah Indonesia". Beberapa Narasumber yang hadir adalah: - Sutrisno (Badan Nasional Pengelolaan Perbatasan) - TB Hasanuddin (Wakil Ketua Komisi I DPR, sekaligus sosok utama yang menghembuskan isu pencaplokan ini) - Karim Raslan (Warga negara Malaysia, sekaligus Pemerhati hubungan bilateral Indonesia - Malaysia) - Marcella Zallianti (produser film “Cerita dari Tapal Batas” sekaligus pemenang Festival Film Indonesia tahun 2005) - Dan beberapa narasumber lagi yang berkompeten di bidangnya.
* * *
Diskusi berjalan dengan menarik dan sangat menggugah kesadaran akan nasionalisme. Karena seperti kata Mas Baz sendiri yang mengatakan kalau Bangsa Indonesia baru terlihat kebakaran jenggot, setelah wilayahnya diserobot negara lain. Padahal sebelumnya, sangat adem ayem saja. Masing-masing dari narasumber yang hadir mulai mengemukakan tentang masalah pencaplokan tersebut. Dimulai dari Pak Sutrisno, yang membahas tentang sisi lain dari rumitnya mengelola perbatasan sekaligus sebagai tantangan karena BNPP sendiri baru saja didirikan satu tahun lalu. Dalam sesi ini, ada salah seorang perwakilan dari Kompasianer yang bernama Deqz, yang turut mengajukan pertanyaan tentang masalah perbatasan nan pelik. Kemudian berlanjut kepada Pak TB Hasanuddin, nah di sesi inilah terlihat peserta yang hadir terlihat sangat antusias untuk menyimaknya. Karena seperti yang dikemukakan oleh nya, bahwa isu pencaplokan Tanjung Datu dan Camar Bulan, berawal dari kunjungannya ke daerah itu sekitar empat bulan lalu. Yang langsung saja cepat ditanggapi oleh rakyat, terutama dari media massa yang langsung menghembuskan sebagai isu nasional. Padahal menurut beliau sendiri, bukan pencaplokan yang di dengung-dengungkan, melainkan tentang patok-patok batas yang banyak bergeser. Entah disebabkan oleh alam atau rakyat sendiri disana yang banyak membuka ladang. Lalu setelah itu ada Pak Karim Ruslan, warga negara Malaysia yang juga sering bolak-balik Jakarta - Kuala Lumpur, untuk mengamati hubungan bilateral Indonesia dengan Malaysia, khususnya dalam hal perbatasan. Pembahasan di sesi ini menjadi unik, karena menurut penelusurannya sendiri warga yang bermukim di perbatasan itu sama sekali tidak terpengaruh dengan isu pencaplokan. Sebab mereka merasa sebagai satu keluarga dengan warga Malaysia yang juga bersebelahan dengan tempat mereka tinggal. Seperti ketika banyak warga yang melangsungkan pernikahan di Indonesia, penduduk dari seberang perbatasan (Malaysia) ikut berbondong-bondong menghadiri resepsi tersebut. Begitu juga ketika ada warga Malaysia yang mengundang mereka untuk menghadiri kenduri, mereka pun turut hadir disana melintasi perbatasan tersebut. Kemudian di sesi terakhir ada Kak Marcella Zalianty, salah satu artis senior yang juga pemenang dari Festival Film Indonesia tahun 2005. Ia juga yang turut memproduseri dua buah film tentang perbatasan, yakni "Cerita Dari Tapal Batas" sebuah film dokumenter dan juga film layar lebar "Batas" yang banyak bercerita tentang keadaan langsung penduduk yang tinggal di daerah perbatasan. Dimana masih banyak yang minim fasilitas yang diberikan oleh negara, namun tetap mencintai Indonesia dan menghormati bendera Merah Putih walau dalam keaadan sesulit apapun. Sebuah rasa Nasionalisme yang tinggi dan sangat dibanggakan dari warga perbatasan yang tinggal terpencil jauh dari Ibukota.
* * *
Acara berlangsung hingga sekitar pukul 21.00 wib, dengan beberapa pernyataan dari narasumber tentang masalah perbatasan yang ditutup oleh Mas Baz melalui sebuah kalimat: "Indonesia Sangat Mencintai Perdamaian, Tetapi Lebih Mencintai Kedaulatannya Sendiri..." Setelah itu kami disuguhi penampilan menarik dari band lokal yang melantunkan tembang "Kincir-kincir". Akhirnya kami, seluruh undangan dari Kompasiana berfoto bersama sebelum pulang ke rumah masing-masing. Sungguh pengalaman yang sangat berkesan sekaligus mengharukan, karena dapat menghadiri program acara ini yang sangat inspiratif sekaligus menggugah kesadaran akan Nasionalisme Bangsa Indonesia...
* * *
[caption id="attachment_135897" align="aligncenter" width="614" caption="Bellezza Shopping Arcade, tempat acara berlangsung"][/caption]
* * *
[caption id="attachment_135898" align="aligncenter" width="614" caption="Tampak Joshua, Bang Deqz dan Bang Arie. Minus Pak Thamrin Dahlan yang sedang Sholat Maghrib."][/caption]
* * *
[caption id="attachment_135899" align="aligncenter" width="614" caption="Tampak Produser acara, Ibu Astrid sedang memberi pengarahan kepada Marcella Zalianty"][/caption]