Mohon tunggu...
Choirul Huda
Choirul Huda Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasianer sejak 2010

Pencinta wayang, Juventini, Blogger. @roelly87 (www.roelly87.com)

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Cengli, Kunci Keberhasilan Pedagang Etnis Tionghoa

23 Maret 2012   22:37 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:34 1412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sambil menuliskan bon, penjual tersebut mengucapkan kata cengli dan cincay seraya berkata lagi bahwa barang tersebut memang terjualnya sangat murah dan lagi ia hanya untung sedikit dari hasil penjualannya. Namun ia juga mengatakan bahwa apa yang dilakukannya semata-mata demi memuaskan saya sebagai  pembeli dan berharap agar besoknya ketika ingin membeli suatu perlengkapan komputer saya datang lagi ke toko beliau. Syukur-syukur kalau saya dapat memberitahu kawan ataupun tetangga mengenai pelayanan yang diberikan serta harga murah dengan barang orisinil.

Mendengar ucapannya itu saya pun jadi paham akan taktik dari sang penjual, seperti hukum jual beli yang saya ketahui bahwa penilaian yang di berikan konsumen (pembeli) adalah nomer satu dan sebagai raja. Karena kalau konsumen itu puas maka ia akan mengatakan pada tujuh orang yang dikenalnya. Sebaliknya apabila konsumen itu tidak puas alias kecewa, maka ia pun akan memberitahu kekecewaan itu pada 40 orang yang dikenalnya. Dan memang benar, karena saya puas atas pelayanan yang diberikannya itu, jadinya sejak kemarin saya pun merekomendasikan tokonya tersebut kepada beberapa kawan lainnya apabila hendak membeli suatu perlengkapan komputer.

Lalu ia pun berkata bahwa harga yang telah diberikan olehnya sudah sangat cengli bagi kami berdua selaku pembeli dan penjual dan tidak ada yang dirugikan sama sekali. Kendati hanya meraup untung sedikit, namun  setidaknya masih ada selisih dengan modal yang dibelinya pertama kali di sebuah distributor. Dan itulah yang membuat tokonya bertahan sejak awal tahun 2000 hingga kini, sementara banyak toko lainnya saling berganti pemilik akibat persaingan yang ketat antar sesama pedagang di Glodok.

Lagipula dalam dunia bisnis keuntungan itu bukanlah yang utama, karena meskipun hanya mendapatkan balik modal atau bahkan merugi sekalipun, itu tidak menjadi soal. Sebab kerugian itu bisa mendatangkan untung yang berlipat di kemudian hari, seperti halnya yang dilakukan pada saya. Karena ia selalu berpikir positif bahwa kalau pembeli puas akan barang dan pelayanan yang di dapat dari tokonya, maka tidak mustahil akan menjadi pelanggan setia dan mengajak beberapa orang yang dikenal untuk membeli di tokonya. Itulah yang dimaksud oleh sang pemilik toko yang enggan dipanggil "engkoh" dan lebih memilih di panggil "Pak" oleh saya agar lebih familiar.

Menyaksikan hal seperti itu, saya pun akhirnya tersadar akan etos kerja dari pemilik toko dan juga pedagang etnis Tionghoa lainnya. Bagi mereka berjualan itu bukan sekadar meraup untung belaka, melainkan juga untuk menjalin hubungan dengan pembeli agar satu sama lain tidak saling dirugikan dan sama-sama untung alias Cengli...

*     *     *

Djembatan Lima, 24 Maret 2012

- Choirul Huda

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun