Lagi-lagi saya menuliskan tentang Pelabuhan Sunda Kelapa, yang tentunya sudah sering kita dengar bahkan kunjungi kesana. Apalagi hari minggu lalu pun saya juga telah menulis mengenai banyaknya sampah dan limbah yang terdapat di pelabuhan terkenal seantero dunia itu. Tapi, memang pesona kawasan Pelabuhan Sunda Kelapa sangatlah menarik dan sayang untuk dilewatkan begitu saja, meski jaraknya hanya sepelemparan batu dari pusat kota. Bukan apa-apa, sebagai rakyat Indonesia, terutama warga DKI Jakarta dan sekitarnya tentu sangat menyayangkan apabila pelabuhan tertua di Indonesia ini terbengkalai begitu saja tanpa adanya perhatian dari Pemerintah. Padahal di kawasan ini banyak terdapat tempat wisata menarik yang bisa kita kunjungi, bahkan wisatawan luar negeri terutama bule pun sering berdatangan kesini untuk memotret matahari terbenam atau sekadar napak tilas pada zaman dahulu. Sebab di kawasan pelabuhan Sunda Kelapa terdapat peninggalan sejarah yang tak ternilai harganya, sejak era kerajaan Nusantara hingga masa-masa diduduki penjajah macam Portugal dan Belanda. Mulai dari menara Syahbandar yang menjulang tinggi nan kokoh namun terlihat kumuh dengan tangganya yang agak rapuh dan berbahaya. Belum lagi didekat menara terdapat beberapa meriam dan juga prasasti serta lukisan jadul tentang masa-masa keemasan dari pelabuhan Sunda Kelapa dahulu yang menjadi pusat persinggahan pedagang Nusantara, Eropa, China, Arab dan Gujarat (India). Selain itu juga ada Museum Bahari yang sayangnya sudah tutup saat saya hendak masuki, serta Galangan VOC dimana dahulu digunakan oleh Belanda untuk kepentingan mereka bongkar muat hasil tanaman bangsa kita yang dijual kembali ke negaranya. Tidak kalah seru adalah saat kita menginjak langsung dari ujung pelabuhan Sunda Kelapa, dimana banyak aktivitas bongkar muat dari berbagai pulau di Indonesia untuk didistribusikan di kawasan Jabodetabek, seperti mie, beras, tepung, semen, hingga barang pecah belah. Menyaksikan kegiatan mereka semua dari jarak dekat, sangatlah mempunyai kenangan tersendiri, sebab kita bisa tahu bahwa barang-barang yang kita makan seperti nasi dan mie, melalui proses yang lumayan panjang. Ada beberapa pekerja yang sanggup mengangkat dua karung beras seberat 40 kg di kanan kiri bahunya, lalu mengulanginya lagi dengan tanpa beban. Juga kita bisa berfoto ria di areal pelabuhan untuk kenang-kenangan atau koleksi pribadi, sambil menghadap ke arah matahari terbenam pukul 18 lewat. Tidak lupa, kalau ada yang ingin bertualang bak Captain Jack Sparrow bisa juga menyewa perahu kecil seharga rp 30.000 hingga 50.000/ orang. Tetapi disarankan sebelum pukul 17 sore, sebab kalau lebih takutnya terjadi apa-apa karena banyak perahu yang ingin sandar menjelang maghrib. Untuk orang yang hobi bertualang dan sudah bosan dengan keriuhan dari mengunjungi kawasan rekreasi di Jakarta yang itu-itu saja. Pelabuhan Sunda Kelapa bisa dijadikan sebagai tempat melepas kepenatan sembari memandangi lalu-lalang kapal dan menikmati indahnya bibir kota Jakarta dengan gratis tanpa membayar tiket masuk sepeser pun. Hanya satu halangannya, yaitu debu yang berterbangan serta air di pinggiran laut banyak sampah, tetapi itu tidak mengurangi keindahan dari pelabuhan Sunda Kelapa yang sangat terkenal dari dulu.
* Â Â * Â Â *
[caption id="attachment_162622" align="aligncenter" width="614" caption="Menyaksikan sudut pelabuhan Sunda Kelapa dari lantai tiga menara Syahabandar"][/caption]
Dengan menaiki menara Syahbandar kita dapat melihat deretan kapal, baik nelayan maupun kapal untuk bongkar sembako.
* Â Â * Â Â *
[caption id="attachment_162623" align="aligncenter" width="614" caption="Kampung Nelayan Pasar Ikan"]
* Â Â * Â Â *
[caption id="attachment_162624" align="aligncenter" width="614" caption="Jembatan darurat dengan sebatang kayu yang menghubungkan kapal"]
* Â Â * Â Â *
[caption id="attachment_162625" align="aligncenter" width="614" caption="Berfoto di depan kapal"]
* Â Â * Â Â *
[caption id="attachment_162626" align="aligncenter" width="614" caption="Seorang wisatawan sedang membidikan kameranya ke arah rombongan sepeda keluarga"]
* Â Â * Â Â *
[caption id="attachment_162627" align="aligncenter" width="614" caption="Berderet perahu yang bisa disewakan, mulai dari getek, hingga kapal booth"]
* Â Â * Â Â *
[caption id="attachment_162628" align="aligncenter" width="614" caption="Papan penunjuk dari arah Kota, tinggal pilih mana yang ingin kita tuju"]
Lokasinya yang tidak jauh dari Kawasan wisata Kota Tua, membuatnya banyak didatangi oleh pengunjung dengan memakai sepada. Dari Kota tinggal menuju ke arah Utara dan baratnya ada Muara Baru.
* Â Â * Â Â *
[caption id="attachment_162629" align="aligncenter" width="614" caption="Menara Syahabandar yang legendaris dan terkenal miring"]
* Â Â * Â Â *
[caption id="attachment_162630" align="aligncenter" width="614" caption="Berbagai macam mainan perahu mini yang bisa kita beli"]
* Â Â * Â Â *
[caption id="attachment_162631" align="aligncenter" width="614" caption="Lukisan di lantai dua menara yang menerangkan maksud dibangunnya menara Syahbandar"]
* Â Â * Â Â *
[caption id="attachment_162632" align="aligncenter" width="614" caption="Tangga Kayu penghubung ke atas menara"]
Hati-hati di lantai dua menuju lantai tiga, anak tangganya agak rapuh. Lebih baik kalau menaikinya sembari pegangan di kanan dan kiri untuk berjaga-jaga.
* Â Â * Â Â *
[caption id="attachment_162633" align="aligncenter" width="614" caption="Museum Bahari, dengan atap berwarna merah dan pemandangan perkampungan Nelayan Pasar Ikan"]
Dari atas menara dengan melihat ke arah Barat Daya, terdapat Museum Bahari, perkampungan Nelayan dan Masjid Luar Batang.
* Â Â * Â Â *
[caption id="attachment_162634" align="aligncenter" width="614" caption="Galangan VOC dilihat dari kejauhan, tampak bus pariwisata sedang memasukinya"]
Dari atas menara dengan melihat ke arah Barat laut, ada Galangan VOC, kawasan Pecinan dan arah Pluit - Bandengan.
* Â Â * Â Â *
[caption id="attachment_162635" align="aligncenter" width="614" caption="Penjelasan dari menara Syahbandar dengan struktur bangunan"]
* Â Â * Â Â *
Djembatan Lima, 22/o2/2012 - Choirul Huda (CH)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H