Itulah yang acapkali mereka ucapkan kepadaku dan kawan-kawan baruku itu. Setiap aku melangkah ke sebuah warung, ada tatapan aneh dari masyarakat, setiap aku melewati gang-gang, selalu saja ada anak kecil hingga remaja belasan tahun yang meledek dengan gaya yang dibuat-buat. Pernah aku marah kepada mereka semuanya, dengan emosi langsung aku hardik hingga untungnya dipisahkan beberapa kawan.
Setelah itu, balok kayu serta acungan celurit yang kudapat dari sebagian masyarakat karena tidak terima anak-anak mereka dimarahi.
Namun siapa yang perduli ketika aku diledek sedemikian rupa?
Apakah aku memang tidak pantas untuk hidup normal seperti mereka?
Apakah memang aku ini haram, selayaknya yang didengungkan dalam agama?
Atau, itu hanya perasaanku saja?
Entahlah kalau anggapanku ini terlalu pesimistis, dan juga agak melankolis. Namun, bagaimanakah rasanya bila ada salah satu dari kalian kalian, Abang, Mas, Mbak, Kakak dan sebagainya apabila ada yang seperti diriku?
Masihkah mencela, mencaci, menghardik dan merasa jijik?
Atau bagaimana kalau suatu saat kalian menjadi diriku?
Enakkah rasanya menjadi orang yang paling terasing, di dunia yang ramai ini?
Toh, aku yakin di dunia ini tiada yang ingin terlahir sebagai orang yang tidak normal...