Mohon tunggu...
Choirul Huda
Choirul Huda Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasianer sejak 2010

Pencinta wayang, Juventini, Blogger. @roelly87 (www.roelly87.com)

Selanjutnya

Tutup

Money

Dilema Pasar Dadakan, Antara Penopang Perekonomian dan Penyebab Macet

19 Desember 2011   15:06 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:02 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

[caption id="attachment_149883" align="aligncenter" width="614" caption="Suasana pasar dadakan di kawasan Jembatan Lima, Jakarta Barat"][/caption] Pasar dadakan, yang biasanya beroperasi saat sore hari hingga malam, dan di gelar disepanjang jalan raya di beberapa kawasan Ibukota, sungguh menjadi sebuah dilema tersendiri. Sebab banyak uang yang justru mengalir deras dari keberadaan sebuah pasar dadakan. Hampir segala macam kebutuhan masyarakat umum tersedia, mulai dari pakaian sehari-hari, peralatan sekolah, barang elektronik, keperluan rumah tangga, hingga sayur mayur. Semua itu tumplek digelar dengan beralaskan terpal dan ditutupi dengan kayu plastik untuk menghindari hujan, yang ironisnya adalah keberadaan mereka menggelar dagangan dengan memakan bahu jalan hingga setiap sore membuat macet karena jalan menjadi sempit. Biasanya jalan dapat dilalui untuk dua kendaraan roda empat, dengan adanya pasar dadakan, menyebabkan tinggal satu ruas jalan yang tersisa. Apabila ada kendaraan besar seperti Truk, Bus atau Metromini, sontak menjadi terhambat lajunya. Belum lagi apabila ada pembeli yang berkerumun di depan kios, membuat jalan semakin sesak karena dipenuhi banyak orang. Saya sendiri setiap hari, tepatnya sore pukul 17.00 wib saat berangkat kuliah dan malam pukul 21.00 wib ketika pulang, selalu merasakan yang namanya macet di jalan KH. Moch Mansyur, Jembatan Lima. Dari arah Roxy hingga menuju Kota, di sepanjang jalan ramai dipenuhi oleh pedagang kaki lima. Juga saat beberapa hari sekali melewati jalan Kapuk Raya, kawasan di Jakarta Utara itu sungguh bertambah macet saat menjelang maghrib. Pun begitu ketika melintas dari jalan Daan Mogot menuju daerah Pesing, Cengkareng. Kawasan yang selalu macet, menjadi bertambah macet karena banyak pedagang yang menggelar dagangannya. Menjadi sebuah dilematis untuk Pemda dan juga masyarakat, karena disamping salah satu penyebab kemacetan di jalan raya, keberadaan sebuah pasar dadakan sangat penting. Karena dari sanalah salah satu penyumbang roda perekonomian negara, melalui transaksi jual beli yang dilakukan oleh kebanyakan masyarakat bawah. Sebab banyak barang kebutuhan rumah tangga sehari-hari, yang tidak dapat ditemui di tempat lain, justru tersedia melimpah di pasar dadakan. Dan juga menjadi salah satu penopang dari sumber pemasukan masyarakat, karena dari hasil transaksi yang terjadi di beberapa pasar dadakan di seluruh wilayah Ibukota, terbukti dapat menggiatkan aktivitas perekonomian yang sebelumnya lesu dan stagnan. Dan, keberadaannya yang bagai sisi mata uang, seharusnya dapat ditertibkan oleh pemda setempat, minimal diberikan lahan bebas yang tidak mengganggu bahu jalan. Selain di kawasan Jembatan Lima, Kapuk, Roxy, Pesing, Pluit, di Ibukota ini sangat banyak pedagang kaki lima yang beroperasi pada sore hari hingga membentuk pasar dadakan. Ada di Kebayoran, Palmerah, Cililitan, dan sebagian besar wilayah lainnya. Karena banyak masyarakat, termasuk saya sendiri yang seringkali membeli sesuatu dengan berbelanja di pasar dadakan, meski harus rela berdesak-desakan diantara kerumunan orang dan juga macet. Belum lagi harus bersiap siaga menghindari pencopet yang selalu menanti kelengahan orang yang berbelanja. Untuk menghindari kemacetan dari adanya penyebab pasar dadakan itu, paling tidak pengguna jalan harus pintar-pintar untuk mencari celah. Atau menelusuri alternatif lainnya melalui jalan tikus agar tidak terjebak kemacetan lebih jauh lagi.

[caption id="attachment_149885" align="aligncenter" width="614" caption="Saat pedagang mulai menggelar barang dagangannya yang digelar dengan memakan bahu jalan"][/caption]

*    *    *

Djembatan Lima, 19 Desember 2011 (22:00 wib) - Choirul Huda (CH)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun