Ayah, kenapa sih semua orang pada mikirin Lebaran? Teman-teman Imam pada sibuk beli baju baru. Terus juga ada yang kebingungan mau pake sepatu apa. Emangnya kalo Lebaran itu harus memakai pakaian yang (Serba) baru???
[caption id="attachment_126477" align="aligncenter" width="420" caption="Suasana menjelang Lebaran"][/caption] Suara adzan berkumandang di sebuah Musholla dekat perkampungan padat penduduk di ujung barat Jakarta. "Ayo baca doa dulu sebelum buka puasa, jangan lupa minum teh manisnya baru makan nasi" Berkata Ayah Imam kepada anaknya sesaat setelah mendengar suara adzan. "Alhamdullilah, akhirnya Imam kuat juga puasa hari ini. Padahal tadi siang, panasnya minta ampun Yah, mana di jalan banyak orang yang pada ngeselin lagi..." Imam terlihat ceria, setelah meneguk segelas teh manis hangat. "Ya, itukan ujian Mam. Justru itu sebenarnya makna Berpuasa. Yaitu tidak hanya menahan Lapar dan Haus saja, tatapi juga harus kuat menahan Hawa Nafsu, termasuk Amarah..." Jawab sang Bunda menimpali. "Gimana tadi, korannya laku semua ga Mam?" Lanjut Ayah Imam lagi. "Lumayan Pak, cuma sisa sedikit. Oh ya, tadi Imam dikasih uang lima puluh ribu dari Koh Acong, katanya buat beli baju lebaran..." "Wah, berterima kasih sekali kita sama Koh Acong. Ia orang nya baik banget, Beruntung kamu kerja di kios koran beliau" Jawab sang Ayah sembari menyendok nasi. Didalam sebuah rumah petak berdinding kayu di sebuah gang kumuh, terdapat keluarga kecil nan bahagia sedang menikmati saat berbuka puasa. Ridwan sang Ayah sekaligus Kepala rumah tangga yang bekerja sebagai sopir metromini jurusan Pulogadung-Kalideres, nampak dengan lahapnya memakan hidangan berbuka. Disampingnya ada Heni, sang Ibunda Imam yang sehari-hari bekerja sebagai buruh cuci di kompleks perumahan dekat tempat tinggal mereka. Bersama Safwah Adelia, adik Imam yang masih berusia 5 tahun terlihat sedang asyik menyeruput segelas teh. Imam yang sekarang sudah kelas 5 SD memang anak yang rajin, dari kecil sudah membantu orang tuanya. Entah itu dagang Koran, jualan Pempek berkeliling kampung, juga terkadang jualan Petasan. Sungguh Suasana berbuka puasa yang sangat khusyuk, keluarga kecil dengan tempat tinggal yang juga kecil dan lauk berbuka yang sederhana. Hanya ada satu teko teh manis hangat, sebakul nasi, sepiring tempe orek dan beberapa butir korma. Menambah syahdunya waktu berbuka...
*Â *Â *
"Yah..." Ujar Imam membuka pembicaraan. "Kenapa Nak?" Jawab sang Ayah. "Imam bingung banget Yah, waktu di sekolah tadi teman-teman pada rame semua mikirin Lebaran." "Lalu" Jawab sang Ayah pendek. "Iya, Imam bener-bener bingung. Soalnya semua teman pada ribut mikirin buat baju lebaran, ada yang lagi kepusingan buat beli sarung, terus juga ada yang lagi mikirin buat beli baju Koko..." Sang Bunda yang sedang makan, akhirnya menoleh ke arah Imam saat mendengar perkataan yang barusan lewat ini. Tak lama kemudian Imam kembali melanjutkan, "Ayah, kenapa sih semua orang pada sibuk mikirin Lebaran? Teman-teman Imam pada sibuk beli baju baru. Terus juga ada yang kebingungan mau pake sepatu apa. Emang Kalo Lebaran itu harus memakai pakaian yang baru???"
*Â *Â *
"Tidak semuanya itu, Mam..." Jawab sang Ayah, setelah lama termenung mendengarkan keluh kesah anaknya. "Lagian yang terpenting itu bukan Lebaran, tetapi Puasanya dan juga Zakat Fitrah. Percuma kan, kalo Lebaran pake baju baru, namun puasanya bolong-bolong." Ucap sang Ayah menjelaskan. Kemudian sang Ibu pun turut bersuara, "Mam, benar kata Ayahmu itu, Lebaran ga hanya pakaian baru. Tapi Hati yang baru. Kalau kita mampu dan ada rezeki, bolehlah kita beli baju baru. Tapi kalau tidak ada uang, apa yang harus dibeli?. Lagian toh, pakaian kita yang lalu masih pada bagus, dan untuk Sholat Ied cukup saja dengan memakai baju Koko peninggalan tahun kemarin yang masih bersih, tidak harus baru" Jawab sang Bunda panjang lebar. "Tapi, Ayah - Ibu, aneh juga ya. Kan Lebaran cuma sehari. Bahkan hanya 2 jam, dihitung dari jam 7 kita Sholat Ied hingga jam 9 selesai sungkeman keliling kampung, tetapi kenapa ya orang-orang pada sibuk memikirkannya dari bulan-bulan sebelumnya...?" Lanjut Imam dengan pertanyaan khas anak kecil nan polos.
*Â *Â *
Sementara itu, di salah satu Mall terkenal di jantung kota Jakarta. Terlihat kawanan Abg sedang mencoba beberapa pakaian di salah satu butik kelas atas. "Sher, lihat deh gaunnya bagus banget ya? Cocok ne dipake Lebaran buat sungkeman ke rumah Calon mertua" Kata salah seorang gadis remaja kepada kawannya. "Hah, ga salah lo! Itu udah kuno, kaleee! Lagian modelnya, ih... Amit-amit banget, mirip yang dibeli pembokat gw di mangga dua..." Jawab kawannya sambil cengengesan. "Tapi kan, serasi banget sama mukena yang Nyokap gw beliin.Udah gitu, ini lagi diskon 20%..." Gadis Abg yang sedang menjajal pakaian itu terlihat antusias sekali. "Lo lihat deh, harganya. Cuma tiga ratus ribu...! Masak lebaran lo pake baju murahan kayak gitu, yang lebih mentereng dong. Biar bisa dilihat keluarga dan kawan-kawan semua. Lagipula, Lebaran itu Setahun sekali, jadi wajar dong kalo kita terlihat mewah...!"
*Â *Â *
[Telkomsel Ramadhanku] * * * * Choirul Huda * * * * _______________________________________________________________________________ Foto: ilustrasi Kompas.com Note: hanya mewakili sedikit penafsiran, tergantung dari sudut mana membacanya... _______________________________________________________________________________ Serial Ramadhan Lainnya: - Ramadhan, Hukum Rimba di Jakarta menjelang waktu "Berbuka" Puasa... - Ramadhan, Antara Sepinya Lokalisasi dan PSK yang Mudik - 17 Agustus: Hari Kemerdekaan yang Rakyatnya sama sekali Belum Merdeka...! - Geliat Pedagang Nanas menjelang Lebaran (I) - Ramadhan, Metamorfosis Sebelum Bulan Puasa, Saat ini dan Setelah Lebaran... - Ramadhan, Mudik Naik Motor untuk Mengirit atau malah... - Ramadhan, Brakkk. Pergi mencari Gelar: Pulang tinggal Nama… - Antara Lebaran, Leburan dan Liburan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H