Terutama saat menjelang Hari Raya Idul Fitri yang membuat Pantura selalu ramai diberitakan media mengenai perbaikan yang tidak ada kata selesainya. Selalu rusak lalu diperbaik, rusak diperbaiki, rusak diperbaiki hingga rutin. Hanya, setelah mendengar penuturan dari beberapa pejabat teras KemenPU yang menjadi narasumber, saya menjadi paham. Sebab, dalam mengerjakan jalan raya sepanjang 1.300 kilometer itu memang tidak mudah.
Awalnya, saya mengira dengan sekali perbaikan dapat langsung tuntas. Namun, masalahnya tidak seperti itu karena Pantura merupakan jalur vital setiap hari selalu dilewati ribuan kendaraan. Apalagi, jika menjelang Idul Fitri ketika banyak masyarakat melakukan mudik hingga jalan raya yang menghubungkan Merak di Banten hingga Banyuwangi (Jawa Timur) menjadi padat.
Itu diungkapkan Danis Sumadilaga yang mengakui bahwa kerusakan Pantura merupakan tantangan tersendiri bagi mereka (pihak KemenPU) untuk bisa diminimalisir. "Pantura itu setiap hari dilewati kendaraan besar-kecil dengan tonase yang berbeda. Kami sudah berupaya memperbaikinya dengan menutup sebagian ruas, tapi itu sudah membuat macet ratusan meter. Apalagi, setiap mau Lebaran, yang macet hingga puluhan kilometer," tutur Danis.
Kemudian, sosok yang menjabat sebagai Kepala Pusat Komunikasi Publik itu melanjutkan, "Jadi, solusinya untuk mengurai kemacetan hingga tidak membuat Pantura rusak berat apa? Ya, dengan membangun jalan tol dan jalur kereta api. Itu yang menurut kami bisa mengatasi masalah 'proyek abadi' di Pantura berdasarkan kajian yang telah kami lakukan."
* Â Â Â * Â Â Â *
Menjadi menarik diskusi yang terjadi di Gedung KemenPU pekan lalu. Saya sendiri berharap, setelah diskusi, pihak KemenPU mampu menyerap aspirasi dan usul yang diajukan beberapa Kompasianer mengenal pembangunan serta perpustakaan. Serta, tidak hanya sekadar pamer keberhasilan saja seperti, Â "Ini lho, hasil kerja KemenPU selama ini". Melainkan, pihak KemenPu bisa merealisasikan keluhan yang terjadi selama ini. Salah satunya, ya mengenai Pantura.
Toh, jika selama ini mereka mampu membangun beberapa proyek megah seperti Jalan Akses Bandara Kualanamu, Tol Bali Mandara, Ruas Gentong, Waduk Jatigede, hingga Jembatan Kelok 9. Tentu, mereka juga seharusnya bisa menyelesaikan masalah kerusakan di Pantura yang kerap menyebabkan kemacetan luar biasa.
* Â Â Â * Â Â Â *
[caption id="attachment_306025" align="aligncenter" width="490" caption="Danis Sumadilaga, Agoes Widjanarko, dan Iskandar Zulkarnaen"]
* Â Â Â * Â Â Â *
[caption id="attachment_306027" align="aligncenter" width="490" caption="Katalog pembangunan di Indonesia sebelum pra Kemerdekaan"]