Mohon tunggu...
Choirul Huda
Choirul Huda Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasianer sejak 2010

Pencinta wayang, Juventini, Blogger. @roelly87 (www.roelly87.com)

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

Benci dan Rindu antara PT Jakarta Monorail dan Pemprov Jakarta

5 Juni 2014   12:44 Diperbarui: 20 Juni 2015   05:15 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_309763" align="aligncenter" width="491" caption="Beberapa tiang pancang di Jalan Asia Afrika yang masih menunggu sejak tiga tahun lalu (foto: www.kompasiana.com/roelly87)"][/caption]

Ada yang aneh setiap kali melewati jalan Asia Afrika, Jakarta Pusat. Bukan karena suasana jalan yang diapit dua pusat perbelanjaan elite Jakarta. Atau, karena banyaknya razia serta "pak ogah" hampir setiap di tikungan saat saya hendak menuju Stadion Gelora Bung Karno (SGBK). Namun, karena keberadaan beberapa tiang pancang monorel yang kerap mengganggu pikiran saya.

Sebab, sejak saya balik ke Jakarta setelah beberapa tahun tinggal di pedalaman, keberadaan tiang pancang itu tentu seperti menggoda saya untuk bertanya. Apakah memang di ibu kota ini bakal terealisasi pembangunan monorel yang diprakarsai PT Monorail Jakarta? Atau, keberadaan tiang-tiang itu hanya menjadi "pemanis" di sekitar jalan Asia Afrika hingga Kuningan, Jakarta Selatan.

Lantaran, sepenglihatan mata saya memandang, keberadaan tiang-tiang monorel itu ibarat orang jatuh cinta: Diacuhkan, tapi dibutuhkan. Pasalnya, tiang-tiang yang dibangun sejak 2004 itu seperti terbengkalai begitu saja. Di sisi lain, keberadaannya terkadang malah "dipercantik" dengan dijadikan lahan iklan. Mulai dari produk rokok, media, properti, dan acara pameran.

Padahal, sejak akhir 2013 lalu, PT Jakarta Monorail dan pemerintah kota (pemprov) DKI Jakarta sudah berencana untuk melanjutkan proyek tersebut. Tapi, tunggu tinggal tunggu, hingga awal Juni ini, masyarakat kota Jakarta, termasuk saya baru bisa melihat tiang-tiangnya saja. Malah, belakangan ini di media lebih ramai diberitakan adanya ketidak sepakatan untuk pembangunan monorel tersebut.

Khususnya dari pihak pemprov yang diwakili Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama atau biasa disapa dengan Ahok. Alhasil, saya dan jutaan warga Jakarta, mungkin bertanya mengapa proyek bermanfaat ini harus terancam gagal lagi? Padahal, monorel bisa dibilang dapat membantu mengurai kemacetan yang selama ini membelenggu ibu kota. Ada apa dengan PT Jakarta Monorail?

*     *     *

Mengenai masalah monorel antara pihak PT Jakarta Monorail baru saya ketahui langsung pada 24 Mei lalu. Tepatnya, saat saya mengikuti acara Kompasiana Nangkring di Outback Steakhouse, Mall Kuningan City, Jakarta Selatan. Acara yang digagas PT Jakarta Monorail bersama Kompasiana dengan melibatkan 100 Kompasianer -sebutan untuk penulis atau blogger di Kompasiana- ini bisa disebut mengurai titik temu dari permasalahan dua kubu tersebut.

Sebab, dalam Kompasiana Nangkring saat itu, turut hadir beberapa narasumber yang memang kompeten di bidangnya dan mewakili pihak yang bersangkutan. Mulai dari Direktur Umum PT Jakarta Monorail,Jhon Aryananda, Pengamat Transportasi,Dharmaningtyas, Pakar Telekomunikasi Politik Universitas Pelita Harapan,Tjipta Lesmana, Konsultan Bidang Infrastruktur BAPPENAS,Lukas Hutagalung, hingga Editor Megapolitan KOMPAS.com,Laksono Hari Wiwoho.

Meski yang dilakukan kelima orang itu saat berdiskusi bersama Kompasianer belum juga menghasilkan keputusan untuk kelanjutan proyek monorel. Setidaknya kami, para Kompasianer bisa mengetahui "arah angin" mengenai masa depan monorel di Jakarta. Khususnya, saya pribadi yang ingin agar keberadaan monorel segera direalisasi demi mengurai kemacetan serta mempermudah akses saat bepergian.

Kebetulan, kediaman saya dekat dengan rencana rute jalur biru yang melewati Kampung Melayu hingga Taman Anggrek. Hanya, salah satu permasalahan yang menyertai belum terealisasinya monorel justru di jalur biru. Sebab, hingga kini pihak PT Jakarta Monorail dengan Basuki belum juga mencapai titik temu. Yaitu, mengenai lokasi pembangunan depo di Taman Tomang, Jakarta Barat (sumber: KOMPAS.com).

Selain itu, Basuki juga meragukan kemampuan finansial PT Jakarta Monorail untuk membiayai proyek monorel ini. Lantaran, menurut pria asal Bangka Belitung itu, PT Jakarta Monorail selalu menolak memberi jaminan 5 persen dari total proyek kepada pemprov. Basuki juga tak segan menyemprot PT Jakarta Monorail karena tidak transparan saat bisnis.

Bahkan, Basuki juga menantang PT Jakarta Monorail akibat merasa dijelek-jelekkan di media. Termasuk, dengan menyebut PT Jakarta Monorail melakukan manuver politik seperti "membayar" Kompasiana (sumber:Tempo.co). Padahal, dalam Kompasiana Nangkring, Jhon Aryananda secara gamblang menjelaskan bahwa pihaknya memiliki dana yang berasal dari konsorsium.

Itu dipertegas Lukas Hutagalung yang mewakili BAPPENAS, bahwa pemprov DKI Jakarta seharusnya bersyukur. Sebab, PT Jakarta Monorail memang memiliki dana untuk investasi sebanyak 12 triliun. Jadi, lanjut Lukas Hutagalung, pemprov DKI Jakarta seharusnya percaya dengan PT Jakarta Monorail. Sebaliknya, PT Jakarta Monorail pun harus bisa menjaga kepercayaan dari pemprov dalam hal pembangunan agar tidak mangkrak.

*     *     *

Kesimpulan yang bisa saya ambil dari mengikuti Kompasiana Nangkring bertema "Persoalan Infrastruktur atau Politik" ini, hanya kurang koordinasi dari kedua pihak. Teranyar, Basuki kembali menyemprot Komisaris PT Jakarta Monorail, Edward Soerjadjaja di ruangannya, Rabu (4/5). Tapi, ibarat orang pacaran, keduanya masih terlihat malu-malu tapi mau.

Pemprov DKI Jakarta yang diwakili Basuki, ingin keberadaan monorel secepatnya agar bisa disinergikan dengan moda transportasi lainnya demi mengurai kemacetan.  Sementara, dari PT Jakarta Monorail, berharap mendapat kepercayaan dan dukungan penuh dari pemprov DKI Jakarta pada masa pembangunan proyek tersebut.

Nah, sebagai masyarakat awam, saya tentu berharap kedua pihak "kembali akur". Layaknya orang yang berpacaran, setelah benci berubah jadi rindu. Toh, yang diuntungkan selain PT Jakarta Monorail dan Pemprov DKI Jakarta, adalah warga Jakarta juga.

*     *     *

[caption id="attachment_309764" align="aligncenter" width="484" caption="Suasana di balik Kompasiana Nangkring (24/6)"]

14019213081808419776
14019213081808419776
[/caption]

*     *     *

Artikel Terkait:
- Nangkring Bareng KemenPU dan Sorotan "Proyek Abadi" Pantura
- Kisah Inspiratif Dua Kompasianer di Acara Titik balik
- Nangkring Bareng Newmont: Menepis Stigma Negatif Pertambangan
- Jalan Layang, Solusi atau Penyebab Kemacetan
- Waspadai Jalur Maut Sepanjang Jembatan Tiga-Grogol

*     *     *

- Kemayoran, 5 Juni 2014

Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun