[caption id="attachment_342879" align="aligncenter" width="372" caption="Gonzalo Higuain -kedua dari kiri- merayakan gol kemenangan Napoli di Piala Super Italia 2014 (sumber foto: LegaSerieA.it)"][/caption]
PENAMPILAN impresif Juventus sepanjang 2014 tahun kalender ini berakhir antiklimaks. Itu karena skuat asuhan Massimiliano Allegri gagal meraih trofi Piala Super Italia di Stadion Jassim Bin Hamad, Doha, barusan atau Selasa (23/12) dini hari WIB. Juventus dikalahkan Napoli via adu penalti 5-6 setelah dalam 120 menit berlangsung dengan skor 2-2.
Padahal, "Si Nyonya Besar" selalu unggul sebelum mampu dikejar Napoli. Itu terjadi saat Carlos Tevez mencetak gol pada menit ke-5 dan 107. Hanya, rekan setimnya di Argentina yang memperkuat Napoli, Gonzalo Higuain tak mau kalah dengan mengemas dua gol pada menit ke- 68 dan 118. Namun, giliran tos-tosan, eksekusi Tevez membentur tiang gawang yang membuatnya from hero to zero. Sementara, Higuain sukses mengecoh Gianluigi Buffon yang tampil fantastis dengan menggagalkan tiga eksekusi pemain Napoli lainnya.
Alhasil, sepanjang 2014 ini Juventus harus puas meraih satu gelar, yaitu Seri A. Padahal, Andrea Pirlo dan kawan-kawan baru saja mencatat rekor sejarah di Italia sebagai klub yang meraih poin tertinggi (95) dalam satu tahun kalender di Seri A. Dari 37 pertandingan sejak 6 Januari hingga Kamis (18/12), Juventus sukses meraih 30 kemenangan. Itu belum termasuk keberhasilan mereka sebagai satu-satunya wakil Italia yang lolos ke babak 16 besar Liga Champions 2014/15.
Sebagai Juventini -julukan untuk fan Juventus- jelas saya kecewa. Sebab, meski trofi Piala Super Italia tidak terlalu penting. Alias kastanya hanya di bawah dua kompetisi domestik seperti Seri A dan Piala Italia. Namun, tetap saja terdapat nilai prestise. Khususnya karena lawan yang dihadapi adalah Napoli yang merupakan musuh bebuyutan Juventus dalam tiga musim terakhir.
Meski begitu, sebagai tifosi alias pendukung Juventus, tentu saya harus menerima kekalahan tersebut dengan lapang dada. Apalagi, mereka sudah berjuang sepenuh tenaga dalam duel yang memakan waktu nyaris tiga jam ini. Selain saling kejar mengejar gol, juga karena permainan kedua tim -Juventus dan Napoli- yang tampil memikat. Terutama dua kiper yang sukses menyuguhkan aksi terbaik di bawah mistar gawang: Buffon dan Rafael Cabral.
Ya, selamat untuk Napoli yang meraih Piala Super Italia kedua sejak 1990. Kalian memang tampil mengesankan dengan determinasi tinggi yang tak gentar menghadapi jawara Seri A tiga musim beruntun. Acungan dua jempol saya sematkan untuk sang pelatih, Rafael Benitez. Lantaran, pria asal Spanyol itu mampu membuktikan sebagai allenatore "spesialis juara". Yaitu, Benitez selalu mampu memberikan minimal satu gelar kepada tim yang ditanganinya sejak 2001.
Bukan Akhir Segalanya
Di sisi lain, bagi penggawa Juventus, kekalahan dari Napoli bukanlah akhir dari segalanya. Justru, kegagalan ini harus memotivasi mereka agar tidak boleh terjadi lagi pada 2015. Maklum, tahun depan mereka bakal bermain di tiga kompetisi berbeda yang sudah pasti ketat, yaitu Seri A, Piala Italia, dan Liga Champions. Bahkan, pasukan Allegri ini tidak boleh merayakan libur Natal terlalu lama.
Sebab, mereka harus mempersiapkan diri untuk menghadapi duel penting melawan rival tradisional, FC Internazionale di Juventus Stadium, Rabu (6/1). Setelah itu, baru deh para pemain Juventus melampiaskan kegagalan di Piala Super Italia dalam bentrokan melawan Napoli di San Paolo (11/1). Jadi, tiada gunanya meratapi kekalahan ini. Sebab, bukankah kegagalan merupakan kesuksesan yang tertunda. Meski tersungkur di Piala Super Italia, saya berharap Juventus mampu menyapu bersih tiga kompetisi tersebut. Semoga...
Referensi: SerieA.it, Juventus.com
Prestasi Bentiez sejak 2001: