Mohon tunggu...
Rudi Salam
Rudi Salam Mohon Tunggu... wiraswasta -

Bukan Artis. Pemuda biasa asal Makassar. Pertama kali menghirup udara bumi pada 9 Nop 1984. Seorang penikmat kopi, rokok, dan tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Jebakan Putih; Sebuah Introspeksi Diri

27 Mei 2011   11:36 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:08 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="288" caption="Jebakan"][/caption]

Semalam, setelah dijebak kakak untuk sebuah pertemuan di salah satu ruko di kawasan maccini*. Pertemuan itu tanpa sengaja, tanpa rencana.

Sebagian besar pesertanya adalah alumni sebuah lembaga pendidikan non formal yang berbasis bisnis. Sayapun mencoba menyimak sang master mind (master mind, ini cuma hiperbola saya saja) memaparkan berbagai konsep bisnis. Diskusi itu berjalan 2 arah, jadi bukan searah layaknya seorang dosen memberi matakuliah bagi mahasiswanya. Ini diskusi, benar-benar diskusi.

Seseorang bergantian menceritakan pengalaman bisnisnya. Pengalaman mendapatkan laba yang besar, sukacita membangun bisnis, hingga pengalaman tertipu puluhan juta rupiah. Saya tercengang. Lebih lagi ketika dengan cepat sang master mind mampu menemukan solusi dari setiap permasalahan bisnis peserta. Sangat cepat, hanya dalam waktu hitungan detik. Saya seperti terhipnotis. Kemudian satu arus frekwensi menyadarkan saya. Betapa jauhnya saya tertinggal selama ini. Betapa angkuhnya saya dengan kemampuan otak yang biasa-biasa ini. Dulu, teman-teman menjuluki saya (maaf) sang inspirator, si Penerobos Gelap. Bahkan ada yang berani menyebut saya sebagai "The King of Rhythm". Kau tahu kawan, kepala ini membesar. Seketika seolah-olah tumbuh sayap di bahu saya dan siap terbang bebas. Terbang untuk menegaskan semua julukan itu. It's me, world! Ini kesombongan paling bodoh yang pernah kulakukan. Ini keangkuhan paling tangguh yang pernah kumiliki. Kawan, melemparkan kesombongan kelangit adalah layaknya boomerang. Dan hari ini, boomerang itu kembali pada saya. Meski saya melemparnya selama lebih dari 10 tahun lalu. Saya menyimak dengan baik diskusi itu. Dan saya duduk di sana dengan perasaan berkecamuk. Informasi bisnis yang saya dapatkan malah berespon pada sisi spiritual saya.

[caption id="" align="aligncenter" width="352" caption="Introspeksi"][/caption] Ini beberapa pelajaran yang dapat saya ambil dari diskusi panjang itu, menurut persepsi saya :

  1. Jangan pernah mengabaikan Tuhan dalam setiap kegiatan apapun. Libatkanlah Dia di setiap aktifitas.
  2. Membangun bisnis demi Kebebasan Financial adalah kesalahan BESAR! Bisnis hanyalah alat. Kebebasan financial adalah bonus dari ketekunan berbisnis. Ingat!
  3. Tetapkan niat yang jelas dan putih sebelum bertindak.
  4. Kesombongan akan mendatangi anda kembali, sejauh waktu berapa lamapun terakhir kali kita bertemu.
  5. Jangan bermain-main dengan waktu. Jangan lalai. Kita akan kehilangan momen paling hebat. Meski momen selalu berseliweran di sekitar kita, tapi kita akan kehilangan atmosfer tepat saat itu!
  6. Semoga postingan ini bermanfaat.

(*sebuah kawasan di makassar) Gambar 1 pinjam dari sini. Gambar 2 dari sini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun