Mohon tunggu...
Celoteh Roedi
Celoteh Roedi Mohon Tunggu... Wiraswasta -

Darah ku merah, tulang ku putih, nyawa ku Indonesia!

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Mempertanyakan Rasa Nasionalisme Kompasioner yang Tidak Mengenal Usman-Harun

15 Februari 2014   14:35 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:48 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1392424028609433395

Miris rasanya ada kompasioner yang mempertanyakan kepahlawanan Usman-Harun dan berpikir terlalu jauh akan terjadinya perang antara Indonesia dengan Singapore dan Australia. Bahkan sampai mengkaitkan dengan Al Qaeda dan Jemaah Islamiyah! Bagi penulis ini mirip judul lagunya Peterpan Khayalan Tingkat Tinggi.

Kemungkinan perang antara Indonesia dan Singapore atau Australia sangatlah kecil bahkan mungkin tidak akan pernah terjadi. Karena pasti banyak faktor yang harus diperhitungkan sebelum perang dimulai. Selain itu masih banyak jalan diplomasi yang dapat ditempuh untuk mendapatkan win-win solution. Masa iya sih hanya gara-gara nama kapal sampai perang?

Tapi beda jika menegakkan kewibawaan Indonesia, itu sama pentingnya dengan menjunjung harga diri kita sendiri. Inilah yang dilakukan oleh Usman Harun, mereka mengemban tugas negara merelakan nyawa mereka demi kejayaan negeri yang mereka cintai.

Saat mereka menerima perintah menyusup ke Singapore, mereka sudah tahu apa konsekuensi yang mereka emban, nyawa mereka jadi taruhannya! Tapi itulah sumpah prajurit sejati, tidak perlu menanyakan apa tujuan misinya. Jika negara yang meminta, nyawapun mereka berikan. Dan seharusnya masalah ini tidak perlu diperpanjang, cukup saat Lee Kwan yew menaburkan bunga di pusara kedua pahlawan ini masalah dengan Singapore dianggap selesai.

Tidak seperti kompasioner yang mempertanyakan kepahlawanan mereka, mungkin kompasioner ini disuruh berkorban harta saja demi Indonesia bakalan tidak mau, apa lagi disuruh mengorbankan nyawanya. Bahkan mungkin dia merasa tidak berpijak di tanah Indonesia, dia lebih mencintai Singapore dan Australia yang mungkin telah membesarkannya, memberi dia makan, rumah dan kehidupan yang nyaman. Sedikitpun dia tidak menghargai pengorbanan Usman Harun yang begitu tegar dan rela menghadapi tiang gantungan demi negaranya!

Bisa jadi sang kompasioner ini adalah saudara atau penikmat dana BLBI yang dirampok dari rakyat senilai Rp.934 triliun  yang notabene perampoknya sebagian besar sampai sekarang hidup enak  dan dilindungi oleh negara Singapore. Sementara rakyat Indonesia harus membayarnya di tahun 2043 sebesar Rp.60.000 triliun.

Jadi wajar dipertanyakan rasa nasionalisme sang kompasioner ini, apakah memang masih bangga menjadi warga negara Indonesia yang babak belur ini dan selalu dilecehkan oleh tetangganya. Atau silahkan mengikuti jejak para pengemplang BLBI, menjadikan Singapore sebagai tanah airnya?

Saya berharap sang kompasioner masih memahami ucapan John F Kennedy:
"Jangan tanyakan apa yang negara berikan kepadamu, tapi tanyakan apa yang kamu berikan kepada negaramu!"

Sumber gambar: Tribun news.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun