Sekali ini izinkan saya menyampaikan uneg-uneg yang sudah berkarat di hati, just my opinion. Opini sebagai orang awam yang tidak berkecimpung di dunia politik dan intelektual, hanya persfektif rakyat jelata yang melihat dari buah karya dan kerja nyata para tokoh-tokoh Indonesia. Seorang rakyat jelata yang tidak silau dengan pencitraan dan manuver politik. Untuk kesekian kalinya bangsa ini menghujat habis-habisan tokoh intelektual Indonesia yang sudah berkarya dan banyak memberikan sumbangsih pikirannya demi kemajuan bangsa ini. Sepertinya Indonesia tidak akan memberi ampun bagi seorang intelektual untuk bertahan jika sekali saja mereka membuat kesalahan, pilihannya hanya 2: dikucilkan atau dibuang. Tapi Indonesia akan selalu memberikan kesempatan lagi dan lagi bagi bandit-bandit narkoba, mafia dan koruptor. Semasih mereka bisa bermanuver dan bersilat lidah, maka bangsa  ini akan bisa menerimanya kembali. Memang ada 2 tipe manusia di dunia ini, yaitu yang culas (licik) dan yang pintar (smart). Biasanya manusia culas (licik) cendrung bisa survive dalam kondisi apa pun. Karena mereka pintar mengeksploitasi dan memanfaatkan keadaan ditambah kemampuannya berbohong. Sedangkan orang-orang pintar memiliki kecendrungan selalu dimanfaatkan dan menjadi tameng bagi orang culas (licik) karena mereka cendrung memiliki sifat pasrah, lugu dan jujur dengan keadaan (apa adanya). Bahkan hukum alam sudah membuktikan sejak manusia pertama kali ada di bumi, orang yang licik dan culas mampu bertahan, contohnya kisah anak nabi Adam, Habil dan Qabil. Dimana Qabil yang licik dapat survive dengan membunuh Habil yang soleh dan bertakwa. Qabil berhasil mengelabui ayahnya nabi Adam dengan berbohong akan kematian Habil demi memperebutkan adiknya yang cantik Iqlima. Lalu apa sangkut pautnya dengan kondisi Indonesia sekarang? Jelas ada dan sangat kontras di mata kita, terutama bagi mata orang-orang yang mau berpikir, apa arti fenomena ini? Fenomena dimana orang-orang pintar selalu tersingkir di negeri ini dan orang-orang culas selalu bertahan! Bahkan saya sempat berpikir negatif apakah ada konspirasi terstruktur dan sistematis yang bertujuan menyingkirkan orang-orang pintar dari Indonesia ini agar bangsa ini tetap dalam kebodohan dan dapat dijajah oleh orang-orang culas dari bangsanya yang bertujuan mencari kekayaan dan kekuasaan? Wallahu a'lam bishshawabi. Sejauh pengetahuan penulis, 2 orang pintar yang terusir dari negerinya sendiri seperti pak BJ. Habibie dan bu Sri Mulyani adalah karena faktor kepentingan politik. Jasa-jasa dan prestasi mereka selama ini seakan-akan sirna dan musnah karena hanya kesalahan mereka sekali  saja dalam mengambil keputusan. Bukan karena mengkorupsi uang rakyat atau berusaha mendapatkan kekuasaan! Tapi mereka dihujat melebihi koruptor dan terusir dari negeri ini, sungguh menyedihkan. Yang lebih unik lagi adalah keberadaan orang-orang jenius dan pintar yang lebih betah berada di luar negeri dari pada kembali ke negerinya sendiri! Sebut saja antara lain Prof. Nelson Tansu pakar teknologi nano di AS, Muhammad Arif Budiman ilmuwan bioteknologi di AS, Prof. Dr Khorul Anwar ilmuwan Electrical di Jepang, Prof. Dr. Ken Kawan Soetanto yang memiliki 31 hak paten di Jepang & AS, March Boedihardjo, Johny Setiawan Ph.D dan banyak lagi jika disebutkan satu persatu. Kenapa mereka lebih betah di luar negeri dari pada di Indonesia? Karena memang Indonesia tidak kondusif untuk orang-orang pintar. Indonesia tidak punya anggaran untuk memfasilitasi mereka, karena uang negara sudah habis dimakan oleh orang-orang seperti Wawan, Nazaruddin, Gayus, Akil Muchtar dan banyak lagi. Percayalah, memfasilitasi mereka semua tidak sebanyak biaya 38 mobil mewah milik wawan yang di sita KPK dan harta para koruptor lainnya. Tapi investasi yang akan didapatkan Indonesia adalah investasi jangka panjang, investasi seumur hidup mereka. Karya-karya mereka dapat dimanfaatkan negeri ini jauh lebih menguntungkan dari pada memelihara koruptor dan gembong narkoba! Indonesia harus bergerak maju! Bangsa ini harus belajar menghargai orang pintar dan mempertahankannya. Bukan hanya bisa menghujat karena satu kesalahan yang mereka buat! Sumber foto:  pelitaonline.com, liniberita.com, tempo.co.id.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H