[caption id="attachment_410304" align="aligncenter" width="444" caption="sumber:lintasme"][/caption]
Malam minggu lalu (11/4/15), kembali saya disuguhi pertengkaran muda-mudi. Pas melintas di pertigaan arah gedung waskita karya dari fly over cawang. Sempat terekam di mataku, lelakinya menarik tangan perempuan, si perempuan tidak mau sembari mengatakan sesuatu dengan mimik marah.
Di lain hari, di depan sebuah kampus perguruan tinggi, seorang perempuan muda menendang-nendang kakinya ke arah lelakinya yang sedang duduk memperhatikannya. Ketika aku lewat, terekam selintas di telingaku, lelaki itu berkata, "Sudah gak usah dibahas lagi masalah itu!"
Di kesempatan lain, seorang teman di Bandung update status facebooknya, menyaksikan pertengkaran hebat suami istri di atas motor yang sedang melaju di jalan buah batu. Si istri berteriak memaki suaminya dan sang suami berusaha meredam kemarahan istrinya. "Pa e, bu e, mbok menepi dulu biar bisa kita tonton :)" begitu komentar temanku diakhir update statusnya.
Di sebuah tayangan televisi, kebetulan mungkin pas dipergoki awak media; seorang istri dan anak ditinggalkan begitu saja suaminya. Di tayangan itu salah satu warga melihat di jalan ada pertengkaran suami istri langsung bereaksi memukul helm yang dipakai lelaki itu.
Dalam tayangan tersebut salah satu warga yang sempat diwawancarai mengatakan merasa tidak tega melihat seorang perempuan dan anaknya diperlakukan sedemikian rupa oleh suaminya di jalanan yang ramai.
Di kolom pembaca pikiran rakyat, seorang suami mengeluhkan istrinya yang ditonjok sampai berdarah ketika motornya pas berhenti di lampu mereh. Si suami menceritakan di kolom pembaca itu sesuai yang diceritakan istrinya, bermula dari membunyikan klakson motor berkali-kali, karena sang istri sedang buru-buru.
Dan mungkin masih banyak lagi yang pernah kita saksikan ketika kita sedang di jalan. Anda mungkin merasa terganggu atau pun tidak peduli sama sekali. Kenapa mereka mudah sekali mengumbar kemarahan di jalanan, ini mungkin yang menjadi pertanyaan di benak kita.
Ada beberapa sebab emosi begitu mudah meledak, di antaranya adalah Stres, tekanan kehidupan sehari-hari. Bisa dipicu pekerjaan kita di kantor, masalah kesulitan ekonomi dan ketidakcocokan pandangan terhadap pasangan kita terus menerus. Kurang tidur juga bisa menimbulkan emosi mudah meledak karena capek dan lelah. Sifat emosional kita, pengaruh obat dan gen juga bisa memicu emosi kita mudah meledak.(detikhealth)
Dan tentu ini menjadi pr masyarakat dan pemangku kebijakan bahwa di masyarakat kita sedang ada gejala penyakit yang harus segera dicari solusi penyembuhannya. Bila ini dibiarkan, tentu tidak baik bagi masyarakat yang masih sehat dan waras.****(pcatepsp150415)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H