Modul 3.2 Pendidikan Guru Penggerak tentang Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya telah saya pelajari selama 2 minggu mulai 23 Oktober 2024. Â Alur belajar merdeka telah sampai pada tahapan Koneksi Antar Materi. Â Dalam tahapan ini CGP diminta menghubungkan materi modul ini dengan modul-modul yang didapatkan sebelumnya. Membuat kesimpulan dan mengoneksikan materi yang ada di dalam modul ini dengan materi lainnya selama mengikuti Pendidikan Guru Penggerak. Â Sebelum mengaitkan dengan materi modul lain, saya akan mengulas kembali secara singkat materi modul 3.2.
Sekolah Sebagai Ekosistem
Ekosistem merupakan sebuah tata interaksi antara makhluk hidup dan unsur yang tidak hidup dalam sebuah lingkungan. Â Jika diibaratkan sebagai sebuah ekosistem, sekolah adalah sebuah bentuk interaksi antara faktor biotik (unsur yang hidup) dan abiotik (unsur yang tidak hidup). Â Kedua unsur ini saling berinteraksi satu sama lainnya sehingga mampu menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis.
Satuan Pendidikan Sebagai Komunitas
Sebagai sebuah komunitas, satuan Pendidikan terdiri dari faktor biotik dan abiotik yang saling terkait. Â Kedua komponen utama ekosistem satuan pendidikan haruslah dikelola dengan baik. Â Hak mengatur, melaksanakan, dan mengawasi kegiatan Pendidikan, mutlak dimiliki oleh satuan pendidikan. Tujuannya agar efisiensi dan efektivitas sehingga penyelenggara pendidikan dapat tercapai seperti yang diisyaratkan dalam standar pengelolaan pendidikan. Untuk dapat menyelenggarakan pendidikan secara efektif dan efisien, tentu membutuhkan peran seluruh warga sekolah melalui pendekatan komunitas berbasis aset.
Pendekatan ABCD (Asset-Based Community Development)
Asset-Based Community Development (ABCD) atau Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) adalah suatu pendekatan menekankan pada nilai, prinsip, cara berpikir mengenai dunia, memberikan nilai lebih pada kapasitas, kemampuan, pengetahuan, jaringan, dan potensi yang dimiliki oleh komunitas. Menekankan dan mendorong komunitas untuk dapat memberdayakan aset yang dimilikinya serta membangun keterkaitan dari aset-aset tersebut agar menjadi lebih berdaya guna.
Buatlah kesimpulan tentang apa yang dimaksud dengan ‘Pemimpin Pembelajaran dalam Pengelolaan Sumber Daya’ dan bagaimana Anda bisa mengimplementasikannya di dalam kelas, sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah.
Sebagai sebuah ekosistem, sumber daya yang ada di sekolah saling berhubungan/ interaksi atau hubungan timbal balik atau saling ketergantungan antara komponen dalam ekosistem, yaitu dalam hal ini adalah faktor biotik (unsur yang hidup) dan abiotik (unsur yang tidak hidup). Â Keduanya saling berinteraksi satu sama lainnya sehingga mampu menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis.
Pemimpin pembelajaran harus dapat mengelola kekuatan atau potensi sumber daya yang ada di sekolah dengan mengimpelementasikan konsep 7 modal utama yang terdapat di sekolah, yakni 1) modal manusia, 2) modal fisik, 3) modal sosial, 4) modal finansial, 5) modal politik, 6) modal lingkungan/alam, 7) modal agama dan budaya.
Pengelolaan 7 modal utama oleh pemimpin pembelajaran sebagai aset/kekuatan sekolah dapat dilakukan dengan 2 pendekatan. Â Pertama, Pendekatan Berbasis Kekurangan/Masalah (Deficit-Based Thinking) akan melihat dengan cara pandang negatif. memusatkan perhatian kita pada apa yang mengganggu, apa yang kurang, dan apa yang tidak bekerja. Â Kedua, Pendekatan Berbasis Aset (Asset-Based Thinking) adalah memusatkan pikiran pada kekuatan positif, pada apa yang bekerja, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif.
Pengelolaan sumber daya oleh seorang pemimpin pembelajaran akan efektif dan efisien jika menggunakan pendekatan berbasis aset/kekuatan dalam mengidentifikasi asset. Mengoptimalkan sumber daya yang tersedia untuk diidentifikasi dan dikembangkan potensinya yang mendukung proses pembelajaran.
Cara mengiplementasikan di kelas dengan cara mengoptimalkan kolaborasi guru dan murid dalam berkegiatan, menggunakan sarana prasarana yang tersedia secara efektif dan efisien, dan mendorong murid untuk menggali kreatifitasnya dengan asset yang ada di sekitar.
Implementasi di Sekolah dapat dilakukan dengan cara berkolaborasi dengan semua anggota sekolah untuk mencapai visi. memanfaatkan sarana prasarana sekolah secara efektif dan efisien, menggunakan sumber daya finansial secara efektif dan efisien untuk menunjang kegiatan sekolah.
Sedangkan implementasi di masyarakat / lingkungan dapat dilakukan dengan berkolaborasi dengan dengan berbagai unsur masyarakat, lembaga masyarakat, instansi pemerintah untuk membangun hubungan dengan komunitas sekitar sekolah. Â Selain itu sekolah juga dapat berpartisipasi aktif dalam pengembangan budaya lokal.
Jelaskan dan berikan contoh bagaimana hubungan pengelolaan sumber daya yang tepat akan membantu proses pembelajaran murid menjadi lebih berkualitas
Pengelolaan sumber daya yang tepat akan membantu proses pembelajaran murid menjadi lebih berkualitas. Â Aset utama adalah Modal manusia berupa sumber daya manusia, yaitu guru dan tenaga kependidikan sebagai salah satu modal yang berkorelasi langsung pada peningkatan pembelajaran yang berkualitas. Guru perlu selalu dimotivasi untuk mengikuti kegiatan pengembangan diri melalui bimtek, diklat, workshop dan kegiatan lain yang mendukung kompetensi diri kekinian. Â Modal sosial masih terkait erat dengan pengembangan modal manusia. Â Sebagai contoh, melalui kerjasama dengan MGMP sekolah maupun MGMP antar sekolah untuk meningkatkan kompetensi guru. Kerjasama dengan Puskesmas dapat meningkatkan mutu kesehatan di sekolah. Â
Pengelolaan modal fisik dapat diselaraskan dengan modal lingkungan untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang ideal. Â Modal fisik adalah bangunan dan sarana prasarana yang dapat dimanfaatkkan sesuai dengan bentuk dan pemanfaatanya, misalnya gedung utama, sarana prasarana pendukung di sekolah. Modal lingkungan / alam yang ada disekitar sekolah adalah sumber daya menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, seperti memanfaatkan lingkungan menjadi area apotik hidup, green house dan tempa sumber belajar tentang obat dan pemanfaatannya. Lingkungan sekolah yang kondusif dari segi sosial maupun politik akan menciptakan pembelajaran yang nyaman, menyenangkan dan berpihak pada murid.
Modal finansial sangat diperlukan dalam pengembangan keempat modal yang sudah diuraikan diatas. Â Dalam membuat rencana kerja anggaran sekolah (RKAS), modal finansial perlu dikelola sesuai prioritas dan kebutuhan sekolah sehingga mendukung untuk keberlangsungan proses pembelajaran manjadi lebih berkulitas.
Modal Politik berupa kerjasama antar pihak sekolah dan pihak dinas pendidikan dalam mengadakan pelatihan dan workshop memiliki dampak pada peningkatan kualitas pengajaran. Selain itu, Modal Agama dan Budaya berupa aktivitas pembiasaan di sekolah seperti berdoa, sholat berjamaah dan membaca kitab suci serta perayaan hari besar keagamaan. Â Penguatan nilai gotong royong dan lainnya, memiliki potensi untuk mengubah perilaku murid menjadi lebih berakhlak, yang kemudian dapat memudahkan dalam penyampaian materi pembelajaran. Kedua modal tersebut jika dikelola dengan baik, maka hal ini akan mendukung pelaksanaan kegiatan belajar, yang pada akhirnya akan meningkatkan mutu pembelajaran.
Tugas seorang pemimpin adalah membangun ekosistem yang dapat merangsang kreativitas untuk menunjang keberhasilan tujuan pendidikan. Â Pemimpin yang baik akan memandang semua yang dimiliki adalah suatu kekuatan, tidak akan berfokus pada kekurangan tapi berupaya pada pemanfaatan aset atau sumber daya yang dimiliki. Dengan kata lain, pemimpin harus bisa memberdayakan sumber daya yang ada di sekolahnya untuk mengembangkan dan memajukan sekolah sehingga dapat mencapai visi dan misi sekolahnya.
Berikan beberapa contoh bagaimana materi ini juga berhubungan/keterkaitan dengan modul lainnya/sebelumnya selama mengikuti Pendidikan Guru Penggerak.
Keterkaitan Modul 3.2 dengan Modul 1.1: Refleksi Filosofi Pendidikan Nasional – Ki Hadjar Dewantara sangat erat.  Modul 1.1 menjelaskan arti pendidikan menurut filosofi Ki Hadjar Dewantara adalah kegiatan menuntun segala kekuatan kodrat yang pada anak-anak agar mereka mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setingi-tingginya baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat.  Guru dapat berperan sebagai pemimpin yang menuntun segala kodrat murid dengan mengembangkan segala potensi yang dimiliki murid. Guru sebagai aset manusia harus menjadi pemimpin pembelajaran dengan melakukan proses pembelajaran yang menyenangkan, dan berpihak pada murid, karena murid bukanlah kertas kosong namun setiap murid memiliki potensi yang berbeda-beda.  Tugas kita sebagai guru hanya menuntun dan menebalkan potensi yang sudah mereka miliki.
Keterkaitan Modul 3.2 dengan Modul 1.2 Nilai dan Peran Guru Penggerak adalah guru sebagai salah satu aset manusia di sekolah berperan sebagai pemimpin pembelajaran. Â Karena peran guru sangat penting dalam pembelajaran di kelas maka nilai-nilai mandiri, kolaboratif, reflektif, inovatif dan berpihak pada murid harus dijadikan landasan dalam terciptanya pembelajar yang sesuai dengan profil pelajar pancasila. Guru berperan dalam membangun sinergi di lingkungan sekolah sebagai pemimpin pembelajaran, menggerakkan komunitas praktisi, menjadi coach bagi guru lain, mendorong kolaborasi antar guru, serta mewujudkan kepemimpinan murid, dengan nilai dan peran guru secara aktif, maka akan menciptakan generasi unggu dengan memanfaatan modal utama untuk menggali potensi murid-muridnya. Â Sebagai pemimpin pembelajaran, guru dapat mengembangkan keterampilan yang dimilikinya untuk meningkatkan pembelajaran yang berpihak pada murid.
Keterkaiatan Modul 3.2 dengan Modul 1.3 Visi Guru Penggerak adalah seorang pemimpin harus memiliki visi ke depan untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik dengan berpikir berbasis kekuatan atau aset. Untuk mewujudkan visi, Â guru penggerak yang berbasis IA (Inkuiri Apresiatif) melalui alur BAGJA. Pada konsep terebut dapat juga digunakan sebagai pengelolaan sumber daya yang ada disekolah. Inkuiri Apresiatif adalah landasan berpikir yang berfokus pada upaya kolaboratif menemukan hal positif dalam diri seseorang, organisasi, dan dunia sekitarnya, baik dari masa lalu, masa kini, maupun masa depan.
Keterkaiatan Modul 3.2 dengan Modul 1.4 Budaya Positif bermula pada salah satu aset yang dimiliki sekolah adalah modal agama dan budaya. Budaya positif di lingkungan sekolah merupakan budaya yang mendukung segala bentuk perkembangan murid dengan tujuan memanusikan manusia dengan menerapkan disiplin positif, motivasi perilaku manusia (hukuman dan penghargaan), posisi kontrol restitusi, keyakinan sekolah/kelas, sehingga akan menghasilkan produk murid yang memiliki karakter kuat di masa depan. Misalnya dengan melakukan langkah-langkah resitusi dalam menyelesaikan masalah pada murid sehingga menciptakan murid yang memiliki karakter positif di masa depannya. Budaya positif diperlukan dalam menumbuhkan akhlak yang baik sebagai aset dalam modal budaya agar tercipta suasana pembelajaran yang nyaman.