Mohon tunggu...
Rodif Bosid
Rodif Bosid Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Sedang menempuh pendidikan tinggi di salah satu PTN Tanah Air. Ingin mencintai Tanah Air ini dengan sepenuh hati.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Entahlah, Wahai Indonesia!

8 Juni 2013   02:20 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:22 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meradang bagai menelan api
Kau bakar setiap yang hidup
Kau bantai setiap napas yang ada
Membabi buta tiada ampun
Becek darah yang tak terlihat pun tertumpah
Tangis bukan lagi ritual namun keniscayaan

Kejam!
Miskin tiada harta kian sengsara
Lapar tiada pangan dianggap gurauan
Buta tiada cahaya dibikin tawa
Sapi potong tak bisa mengisi perut yang kosong
Ilmu tak bisa memberi ide layaknya cerutu

Negeriku tak lagi negeriku
Yang di atas lahir dari bawah
Yang di atas lupa yang di bawah
Yang di atas hanya bisa serakah
Yang di bawah saling menumpahkan darah

Negeriku tak lagi negeriku
Yang di atas kompromi tipu-tipu
Yang di atas sudah tak punya malu
Yang di atas berbuat curang tiada ragu
Yang di bawah hanya dianggap benalu

Katanya demokrasi tanpa tirani
Katanya sejahtera tanpa sengsara
Katanya aman tanpa ketakutan
Katanya adil tanpa harus memakai bedil
Katanya, katanya, dan katanya

Kelabu
Padang hijau menjadi kelabu
Hutan yang hijau menjadi kelabu
Laut yang biru menjadi kelabu
Semuanya serba kelabu, sendu

Burung tak lagi dapat berkicau
Katak tak lagi dapat bernyanyi
Angsa tak lagi dapat menari
Badak tak tahu lagi nasibnya
Dan aku sudah susah untuk bersiul

Yang kini jujur kelak tak lagi jujur
Yang kini belajar kelak akan kurang ajar
Yang kini berbicara kelak akan lupa
Yang kini diam kelak akan makin kelam
Begitu seterusnya kata mereka

Karut marut
Betapa nestapa
Betapa sengsara
Betapa penuh dusta
Doa diganti dosa

Bersandar pada dinding rapuh
Memandang eloknya langit yang begitu sempurna
Penuh bintang meskipun gelapnya kini tak lagi jujur
Mencoba menghirup selintas udara yang melintas
Ternyata masih ada udara optimis di negeri ini
Walaupun hanya selintas saja

Aku ingin semua kembali
Menatap Dia yang Maha segalanya
Tunduk untuk sebuah pengakuan
Meratapi setiap kesalahan
Mencuci setiap dosa
Menggantinya dengan pahala

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun