Mohon tunggu...
Rodif Bosid
Rodif Bosid Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Sedang menempuh pendidikan tinggi di salah satu PTN Tanah Air. Ingin mencintai Tanah Air ini dengan sepenuh hati.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Yang Kini Hilang

11 Juni 2013   02:00 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:14 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Teguh, betapa teguh
Luntur bagai debu yang didesir angin
Hilang, kelam digerus roda
Semua tunduk dalam kefanaan
Tak ada lagi teguh
Yang ada hanya kompromi

Dunia yang begitu kelam
Diri yang kian lemah
Kuat hanyalah rasa
Putih kian menghitam
Hitam kian mengental

Merpati tak bersayap
Akhirnya tunduk pada harimau buas
Hingga penggembala menjadi buta arah
Domba pun kian tersesat
Tersesat dalam hidup yang kian menyesatkan

Ada satu tapi tak bisa menyatu
Pecah berbelah-belah
Api menyulut kedengkian
Kedengkian menyulut api
Semua terbakar lagi menjadi satu

Tiada lagi rasa hormat
Tiada lagi rasa malu
Tiada lagi rasa cahaya yang menerangi
Semuanya menjadi gelap dan menyesatkan
Dan yang ada hanya kedustaan

Ah, tapi ini sebuah proses, katamu?
Proses yang tanpa berujung
Yang seakan tak kan ada lentera
Yang nanti akan kujumpai
Proses yang membodohkan namanya

Ah, sudahlah
Percaya saja
Nanti semua akan kembali
Ia sudah mengatur semua
Mungkin yang telah kotor pun akan menjadi suci kembali

Berharaplah terus!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun