Mohon tunggu...
R Jannah
R Jannah Mohon Tunggu... Jurnalis - Pembelajar

Menuliskan apa yang terpikirkan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tilam

13 April 2022   15:12 Diperbarui: 13 April 2022   15:18 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Memotret kenangan di atas tilam yang usang

Dari dulu hingga sekarang wangi khasnya masih menguar pada ingatan

Dewangga yang dulu memikat netra

Kini lapuk tak berdaya

Bukan sebab usia tapi karena ditinggalkan pemiliknya

Tilam yang sekarang menjadi kenangan

Dulu pernah menjadi tempat untuk merebahkan kegundahan

Sekadar bercengkerama melepas penat yang sempat tersekat

Dipan kokohnya pun mulai runtuh sebab tidak pernah disentuh

Satu persatu ingatan muncul di permukaan

Usangnya tilam menjadi saksi sebuah perpisahan

Lempengannya adalah gerimis kesedihan

Selimutnya adalah kehangatan yang tak terselamatkan

Sedangkan petromaks awal mula pesakitan diciptakan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun