Acara Nangkring Parenting Mentari Anakku yang dilaksanakan oleh Kompasiana beberapa minggu yang lalu sukses memberikan pengalaman baru pada saya. Iya, sebagai seorang ibu dan berada hampir 24 jam bersama anak, maka saya adalah orang pertama dan terdekat yang paling paham perkembangan anak saya sendiri.
Awalnya memang sulit membayangkan bagaimana mungkin batita mempelajari bahasa asing. Namun kalau kita lihat dari perkembangan zaman maka itu menjadi hal yang wajar dilakukan. Mengajarkan batita berbahasa asing memang dilakukan oleh sebagian masyarakat Indonesia. Jelas karena ada maksud dan tujuannya. Tidak mungkin sembarangan mengajarkannya pada batita.
Menurut penjelasan psikolog anak Mbak Eta dalam memaparkan perlukan batita belajar bahasa asing, pihak yang paling pertama kali dan besar peranannya dalam mengenalkan bahasa asing pada anak jelas orangtuanya sendiri. Dengan kata lain lingkungan sangat mempengaruhi kebiasaan anak dalam berbahasa asing.
[caption id="attachment_387437" align="aligncenter" width="576" caption="Semua peserta sedang serius mendengarkan pemaparan mbak Eta (Firesta Farizal, M.Psi) (Dok.Kompasiana)"]
Beberapa hal yang menjadi kendala dalam mengajarkan bahasa asing pada batita adalah :
1. Kurangnya koordinasi antara ayah dan ibu
Koordinasi, itulah yang seharusnya kedua orangtua lakukan saat memutuskan untuk mengenalkan bahasa asing sejak batita. Karena jika tidak ada koordinasi, akan sulit mendapatkan hasil yang maksimal. Koordinasi disini contohnya adalah ayah akan mengajar khusus bahasa asing misalnya bahasa Inggris, lalu ibu akan mengajar bahasa Indonesia.
2.Inkonsistensi dalam mengajarkan bahasa asing pada batita
Sejak ada kesepakatan antara kedua orangtua akan mengenalkan bahasa asing pada anak, maka perlu yang namanya konsisten. Konsisten disini berarti sejak mulai mengenalkan teruslah mempraktikkan bahasa asing tersebut dalam keadaan apapun agar anak benar-benar melekat dengan bahasa asing tersebut.
3.Kesalahan dalam menyampaikan bahasa tersebut
Sebaiknya tidak mengajarkan anak bahasa asing campur dengan bahasa Indonesia. Misal : drink your milk sampai habis, oke?. Sebaiknya gunakan bahasa asing yang benar dalam ejaan dan bacaannya ketika mengajari batita bahasa asing.
Lalu kapan sih sebenarnya tepatnya batita bisa diajarkan bahasa asing?
Menurut beliau, jawabannya adalah ketika anak yang sudah lancar dan paham menggunakan bahasa Indonesia sebagai mother tongue-nya. Barulah kemudian dikenalkan pada bahasa asing. Kenapa? Karena kita tinggal di Indonesia maka bahasa Indonesia adalah bahasa wajib yang utama diajarkan pada anak.
Jadi sebenarnya perlukah batita diajarkan bahasa asing?
Jawabannya tergantung. Ya, tergantung tujuannya. Untuk apa sebenarnya kita melakukan itu pada anak. Jika memang sang anak hidup dalam 2 perbedaan budaya di keluarga, sudah pasti bahasa asing menjadi perlu diajarkan atau jika keluarga akan pindah ke luar negeri maka wajib memang mengajarkan anak bahasa asing dimana tempat tinggal baru itu dituju. Sebaliknya, jika akan tinggal di Indonesia, maka prioritas bahasa yang diajarkan adalah bahasa Indonesia. Tujuannya agar anak dapat berkomunikasi dengan baik dan dapat bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya.
Oleh karena itu, semuanya kembali lagi kepada tujuan orangtuanya masing-masing. Se-urgent apa bahasa asing itu dalam kehidupan keseharian sang anak. Jika memang hidup dalam lingkungan yang sehari-harinya menggunakan bahasa asing maka wajibnya anak sejak batita sudah diajarkan bahasa asing dengan syarat orangtua harus konsisten dalam menggunakan bahasa asing tersebut dan tidak mencampurkan bahasa yang satu dengan yang lainnya.
Jika memang tinggalnya di Indonesia, anak harus paham dan lancar dulu bahasa Indonesia barulah dikenalkan bahasa asing untuk menghindarkan anak dari kebingungan dalam mengenal bahasa. Anak saat batita termasuk dalam tahap golden age karenanya dia adalah sang peniru ulung. Jadi penting memperhatikan tata cara dan pengucapkan bahasa yang benar. Jangan mengucapkan susu menjadi 'cucu' atau minum menjadi 'mik, mim' dan sebagainya. Tujuannya adalah agar anak tidak bingung.
Bayangkan jika suatu saat dia bertemu orang lain yang berbicara dalam bahasa Indonesia yang benar . Selama ini dia diajarkan bahasa Indonesia yang tidak benar, dia akan bingung. Mana yang benar? kenapa bisa berbeda? apa yang harus diucapkan sebenarnya? mungkin seperti itulah bentuk kebingungannya. Nah, suatu saat kalau anak protes karena tidak boleh bilang ini dan itu, sangat wajar. Orangtua tidak boleh marah atau kesal. Itulah kenapa sejak batita, orangtua perlu mengajarkan bahasa dengan pengucapan yang benar.
Banyak sekali ilmu yang diperoleh dari acara Nangkring Parenting Mentari Anakku dari Kompasiana. Semoga dengan sharing berbagai ilmu parenting tersebut, saya dan orangtua di Indonesia jadi memahami kapan dan bagaimana cara mengenalkan bahasa asing pada batita. Yang jelas jika ingin mengenalkan bahasa asing pada batita. Ajarkanlah dengan cara yang 'fun' alias menyenangkan. Tujuannya agar batita tidak tertekan dan stres dalam belajarnya.
[caption id="attachment_387439" align="aligncenter" width="576" caption="Seluruh peserta nangkring, narasumber dan panitia (Dok. Kompasiana)"]
Acara tersebut juga akan ditayangkan di Kompas TV pada 19 Januari 2015 mendatang. Buat yang belum bisa hadir, boleh sempatkan waktu untuk menonton ya, dijamin temanya menarik dan acaranya juga asyik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H