"Berita tentang Aceng F rupanya masih ramai saja ya. Sekarang malah berkembang kemana-mana."
"Tapi dibalik semua hujatan itu, kita semua juga harus menyadari bahwa semua orang juga bisa menjadi seperti aceng itu, termasuk juga aku dan kamu."
"Lho, maksudnya?"
"Semua orang yang mengalami kehidupan seperti si aceng, yang berada dalam situasi dan kondisi seperti si aceng, maka kemungkinan besar juga akan melakukan perbuatan yang sama."
"Maksudmu apa nih? Apakah berarti perbuatan si aceng itu benar atau biasa saja gitu? Bisa dimaklumi dan dibiarkan saja gitu?"
"Bukan gitu. Justru sebaliknya. Kalau semua orang bisa berperilaku seperti aceng, maka sistemlah yang harus membatasi agar orang-orang seperti aceng ini tidak bisa menduduki posisi penting di negara ini. Ini menunjukkan bahwa ada yang salah dengan sistem kenegaraan kita. Seharusnya, hukuman terhadap pelanggaran itu diperberat dan ditegakkan, dan sistem penyaringan harus diperketat. Nggak seperti sekarang ini, sistem penyaringannya sangat longgar dan banyak lobang, sehingga segala macam orang yang nggak jelas bisa masuk."
"Iya. Kabarnya orang-orang seperti aceng ini banyak bertebaran di sistem kenegaraan kita, baik eksekutif, yudikatif, maupun legislatifnya. Bahkan si Lumut Sitompel pernah mengatakan bahwa si aceng ini lagi sial saja, dan kalau semua aceng ditangkap maka penjara akan penuh. Dan dia mengatakan itu dengan enteng saja seolah-olah itu adalah hal yang biasa, seolah-olah tidak ada yang perlu diperbaiki."
"Parah memang orang satu itu. Tapi omongan dia memang ada benarnya juga. Cuman ya itu tadi, nggak ada itikat baik untuk memperbaiki sistem yang amburadul ini."
"Lha kalau sistem kenegaraan dipenuhi orang-orang seperti aceng, terus bagaimana mungkin mereka mau memperbaiki sistem yang ada?"
"Ya itulah. Nggak tau juga. Mungkin kita hanya bisa berdoa saja, agar orang-orang seperti aceng ini cepat sadar, atau kalau tidak ya cepat tersingkir digantikan oleh orang-orang berjiwa patriot yang benar-benar ingin memperbaiki sistem kenegaraan kita, dan membangun negara ini agar nggak semakin ketinggalan dari negara lain."
"Amin. By the way, dari tadi kamu ngomong aceng terus, padahal jauh lebih banyak aceng yang baik lho dibanding yang buruk. Kesannya jadi rusak susu sebelanga, gara-gara nila setitik."