Aqidah tanpa akhlak adalah seumpama sebatang pohon yang tidak dapat dijadikan tempat berlindung disaat kepanasan dan tidak pula ada buahnya yang dapat dipetik. Sebaliknya akhlak tanpa aqidah hanya merupakan layang-layang bagi benda yang tidak tetap, yang selalu bergerak. Oleh karena itu Islam memberikan perhatian yang serius terhadap pendidikan akhlak. Rasulullah SAW menegaskan bahwa kesempurnaan iman seseorang terletak pada kesempurnaan dan kebaikan akhlaknya.Â
Sabda beliau: "Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah mereka yang paling bagus akhlaknya". (HR. Muslim) Dengan demikian,  kuat atau lemahnya keimanan dapat diketahui melalui  perilaku (akhlak) seseorang, karena perilaku tersebut merupakan wujud keimanan yang ada di dalam hati orang tersebut. Jika perbuatannya baik, itu tandanya ia mempunyai keyakinan yang kuat; dan jika berbuat buruk maka dapat dikatakan orang tersebut lemah imannya. Dengan kata lain , iman yang kuat menghasilkan akhlak yang baik dan mulia, sedangkan iman yang lemah menghasilkan akhlak yang buruk dan jahat.
Nabi Muhammad SAW  menjelaskan bahwa iman yang kuat menimbulkan akhlak yang mulia dan kemerosotan akhlak dilandasi oleh lemahnya iman. Nabi bersabda, orang yang berperilaku buruk adalah orang yang kehilangan keimanannya. Beliau bersabda: "Rasa malu dan keyakinan berjalan beriringan, jika salah satu hilang  maka  lainnya juga hilang." (HR. Hakim) Jika melihat hadits di atas, jelas bahwa rasa malu sangat erat kaitannya dengan keimanan sehingga dapat dikatakan bahwa setiap mukmin pasti memiliki rasa malu; dan jika dia tidak malu berarti dia tidak beriman atau lemah imannya. Aqidah dikaitkan dengan akhlak. Aqidah merupakan landasan dan landasan dari segala tindakan. Kebajikan adalah segala perbuatan baik  seorang mukalaf, baik itu menyangkut hubungannya dengan Tuhan, sesama manusia, maupun lingkungannya. Berbagai amalan tersebut akan mempunyai nilai ibadah dan akan terhindar dari berbagai penyimpangan apabila diimbangi dengan keyakinan  yang kuat terhadap aqidah. Oleh karena itu, keduanya tidak dapat dipisahkan, seperti halnya antara tubuh dan jiwa.
Hal ini ditegaskan dalam Al-Quran oleh Allah SWT  yang menyatakan bahwa orang beriman yang melakukan berbagai amal shaleh akan mendapat  pahala dari-Nya. Dia akan dimasukkan ke  surga surgawi. Penegasan ini tertuang dalam firman Allah SWT. sebagai berikut: "Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, bagi mereka  surga sebagai tempat tinggalnya, mereka kekal di sana selama-lamanya,  mereka  tidak mau meninggalkannya" (QS. Al-Kahfi: 107 -108). Ayat di atas menunjukkan betapa pentingnya aqidah dan akhlak, dengan perpaduan keduanya  seseorang akan mendapat pahala yang besar dari Allah dengan jaminan surga Firdaus. Hubungan antara aqidah dan akhlak  tercermin dalam sabda Nabi Muhammad SAW  dari Abu Hurairah yang artinya: "Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah SAW. berkata: "Orang yang beriman sempurna mempunyai Dasar pendidikan akhlak bagi seorang muslim adalah keimanan yang benar, karena akhlak bersumber dari keimanan dan bersumber dari dirinya sendiri. Oleh karena itu, jika seseorang meyakini kebenaran , maka akhlaknya juga akan benar, baik dan lurus.Â
Sebaliknya jika keyakinan salah maka moralitas juga salah. Dengan akhlak yang baik maka seseorang akan mampu memperkuat Aqidah dan menunaikan ibadah  dengan baik dan benar, sehingga mampu menunaikan tauhid  dengan  akhlak yang mulia (akhlaqul karimah). Hubungan manusia dengan Allah SWT dan perilakunya terhadap Allah SWT ditentukan dengan mengikuti nilai-nilai aqidah yang telah ditetapkan. Karena siapapun yang mengetahui secara pasti tentang Sang Pencipta pasti akan dengan mudah bertindak sesuai perintah Tuhan . Oleh karena itu, tidak mungkin kita bisa menjauhi atau bahkan meninggalkan amalan yang telah ditetapkan-Nya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H