Pada tanggal 14 Desember 2023, layar bioskop di seluruh Indonesia menyambut kedatangan film yang begitu dinantikan, Siksa Neraka. Sebuah karya film yang mengadaptasi komik legendaris berjudul sama, yang pada zamannya, tepatnya tiga dekade lalu, berhasil meraih popularitas yang luar biasa. MB Rahimsyah, sang kreator komik, membawa karyanya yang klasik ke dalam dimensi baru lewat layar perak.
Di balik layar, sutradara berbakat, Anggi Umbara, memegang kendali penuh dalam menggarap film ini. Naskah cerita dikerjakan oleh Lele Laila dan sang kreator komik, MB Rahimsyah sendiri, menjanjikan bahwa esensi dan kekuatan cerita asli akan tetap terjaga dalam versi filmnya. Film ini tidak hanya menjadi karya visual yang memukau, tetapi juga berusaha memberikan penghormatan yang setinggi-tingginya pada materi sumbernya.
Dalam membentuk karakter-karakter utama yang kuat, film ini menampilkan akting memukau dari Safira Ratu Sofya, Kiesha Alvaro, dan Ariyo Wahab. Ketiganya membawa kehidupan pada karakter-karakter yang menjadi tulang punggung cerita, membawa penonton masuk ke dalam alur yang kompleks dan penuh ketegangan.
Safira Ratu Sofya, dengan kepiawaiannya, berhasil membawa nuansa emosional yang mendalam pada karakter yang diperankannya. Kehadirannya di layar membawa penonton terlibat secara emosional dengan perjalanan karakternya, membawa mereka melalui kisah yang gelap dan penuh misteri.
Kiesha Alvaro, sebagai salah satu pemeran utama, memberikan warna tersendiri pada narasi. Dengan penampilan yang penuh karisma, ia sukses menciptakan karakter yang memiliki keunikan dan daya tarik tersendiri. Kemampuannya membawa dialog-dialog kritis dengan begitu natural menambahkan lapisan ke dalam kecerdasan karakternya.
Ariyo Wahab, sebagai salah satu elemen kunci dalam film ini, menunjukkan keterampilan aktingnya yang luar biasa. Kemampuannya membawakan karakter dengan kepribadian yang kompleks, terutama dalam menghadirkan lapisan emosional yang kompleks, menjadi salah satu sorotan utama film ini.
Lebih dari sekadar sekuel, Siksa Neraka menjadi bukti bahwa adaptasi dari materi sumber yang kuat dapat menjadi sebuah karya seni baru yang memukau. Sutradara dan penulis skenario dengan cermat memilih elemen-elemen yang essensial dari komik, dan mereka berhasil menghadirkan nuansa yang sama kuatnya di layar lebar. Keberhasilan mereka tidak hanya terletak pada efek visual dan akting yang memukau, tetapi juga pada kemampuan mereka menggali kedalaman cerita dan karakter.
Film ini juga menjadi kesempatan untuk mengenang dan menghormati karya MB Rahimsyah yang telah menginspirasi banyak orang pada masanya. Dengan memasukkan sang kreator dalam proses penulisan naskah, film ini menjaga integritas cerita orisinal dan memberikan sentuhan autentisitas yang dirasakan oleh para penggemar komik.
Saat Siksa Neraka merajai layar bioskop, penonton tidak hanya disuguhkan oleh visual yang memukau dan akting yang brilian, tetapi juga sebuah pengalaman mendalam yang membangkitkan kembali kenangan era komik yang mempesona. Film ini menjadi suatu bentuk apresiasi terhadap karya-karya lama yang tetap relevan dan memberikan gebrakan baru di dunia perfilman Indonesia. Dengan antusiasme yang tinggi, penonton diajak untuk menyelami ke dalam dunia yang penuh misteri, ketegangan, dan kekuatan karakter yang tiada duanya.
Empat sosok kakak beradik, Saleh, Fajar, Tyas, dan Azizah, membentuk inti dari sebuah keluarga yang kental dengan nilai-nilai keagamaan. Sejak kecil, mereka terpapar dengan cerita-cerita surga dan neraka, menjadi bagian tak terpisahkan dari pendidikan dan pengajaran orang tua mereka. Ayah mereka, seorang ustaz terpandang di desa, menjadi penjelmaan nilai-nilai keagamaan yang harus diikuti.
Dalam lingkungan yang penuh dengan kisah kebaikan dan peringatan dosa, keempat kakak beradik tumbuh dengan harapan bahwa perbuatan baik akan membawa mereka ke surga, sementara dosa-dosa akan membawa mereka ke neraka. Kesadaran moral ini menjadi landasan utama dalam kehidupan mereka sehari-hari.