Salatiga (12/10/2022) - Bertolak belakang dengan kehidupan kota yang padat dan penuh hingar bingar, terdapat segelintir cerita dari pelosok kaki Gunung Merbabu, Jawa Tengah.Â
Bu Suminah (74 tahun) menghabiskan sebagian besar hidupnya tinggal di salah satu dusun di kaki Gunung Merbabu.Â
Bagi warga lokal, selain beternak sapi untuk diperah susunya, bertani sayur juga menjadi mata pencaharian utama mereka.Â
Bu Suminah memulai hari di pagi-pagi buta. Sekitar pukul 5 pagi beliau bangun untuk menyiapkan keperluan di rumah.Â
Biasanya Bu Suminah pergi ke ladang sekitar pukul 8 pagi. Bersama anaknya, mereka mulai melakukan pekerjaan sebagai petani sayur. Menabur benih, menyiangi benih, menyiram, memberi pupuk, sudah menjadi kegiatan sehari-harinya.Â
Pukul 11 siang, biasanya Bu Suminah akan pulang ke rumah untuk makan siang dan istirahat sejenak sambil menunggu matahari tidak terlalu terik. Sekitar pukul 3 sore ia kembali melanjutkan pekerjaannya di ladang.
Masih luasnya lahan pertanian dan daerah yang mendukung membuat bercocok tanam menjadi pilihan utama untuk dijadikan profesi demi menyambung hidup. Sudah menjadi hal yang biasa jika dalam beberapa waktu satu ladang dapat ditanami tanaman yang berbeda-beda. Beberapa tanaman yang ditanam ialah cabai, kol, sawi, jagung, tembakau, dan labu siam.Â
Tantangan yang terjadi
Karena tanaman yang ditanam berbeda, perawatan yang diberikan juga berbeda-beda. Ada beberapa tanaman juga yang rawan penyakit sehingga butuh perhatian ekstra.Â
"Cabe gampang kena penyakit patek dan pohonnya bule," ucap Bu Suminah waktu di wawancarai (11/10/22).
Penyakit patek pada cabai disebabkan karena kelembaban udara tinggi yang menyebabkan munculnya jamur dan menyerang tanaman cabai. Biasanya ditandai dengan muncul kehitaman pada cabai yang kelihatan seperti membusuk dan tentunya akan sangat mengurangi harga jual cabai bahkan kemungkinan besar tidak akan laku.Â