Apakah Nokia Lumia, BB, Android, dll Produk Gagal?
“Apakah Nokia Lumia, BB, Android, dll adalah produk gagal?” Itu adalah pertanyaan yang paling banyak diajukan bahkan dijadikan judul artikel di blog-blog tertentu.
Entah tulisan-tulisan tersebut memiliki tendensi tertentu, bagian dari “black campaign” atau sekedar menarik traffic ke blognya dengan membuat judul yang kontroversial.
Perlu dipahami bahwa ada banyak indikator yang perlu dipakai dalam menentukan sebuah produk berhasil atau gagal. Keberhasilan atau kegagalan sebuah produk juga tidak mutlak di setiap pasar.
Untuk pasar Indonesia sendiri, sebagian besar konsumen Indonesia bukan merupakan tipe early adpoters. Mereka cenderung mengikuti apa yang menjadi tren sebelum pada akhirnya mengadopsi teknologi atau gaya tertentu setelah banyak orang mengadopsinya terlebih dahulu.
Dalam kasus ponsel, ambil contoh saja ketika awal-awal munculnya BlackBerry belum banyak yang melirik. Ketika pasar lain mulai mengadopsi BB konsumen Indonesia masih asyik dengan sistem operasi Symbian yang kala itu menjadi andalan Nokia. Fitur-fitur seperti layar berwarna, resolusi tinggi, mengatur nada dering sendiri dan sebagainya lebih menjadi perhatian.
Lalu lambat laun bersamaan dengan menurunnya popularitas Nokia (dengan OS Symbian) dan semakin banyaknya pengguna BB di luar negeri (termasuk product placement BB di film-film asing) konsumen Indonesia mulai mengadopsi BB hingga akhirnya menjadi tren.
Sama halnya kondisi ketika Nokia menjadi “ponsel sejuta umat”, BB pun pada akhirnya menjadi “ponsel sejuta umat”. Begitu fanatiknya konsumen Indonesia terhadap BB sampai-sampai bersama dengan India, Indonesia menjadi pangsa pasar utama produk BlackBerry pada saat penjualannya di negara lain merosot.
Tak mengherankan jika pada awal munculnya ponsel-ponsel dengan sistem operasi Android tak banyak konsumen Indonesia melirik atau bahkan pernah mendengar namanya.
Ketika cukup terlambat, baru pada akhirnya perlahan-lahan beralih ke ponsel Android dan mulai muncul fenomena “fanatik terhadap Android”.
Bagaimana dengan iPhone dan iOS nya? Setali tiga uang, alias tak jauh berbeda nasibnya. Tengok saja antrian pembeli ketika iPhone 5 di-launching. Padahal kala itu pasar iPhone di luar Indonesia mulai decline.
Konsumen lain sudah lama “bermain” iPhone ketika konsumen Indonesia masih asyik dengan BB nya.
“Pengguna iPhone merosot? Siapa bilang? Dari data yang saya baca iPhone masih mengalahkan penjualan Android tuh?”