Dalam filsafat, pertanyaan tentang keberadaan benda dan alam semesta telah lama menjadi perdebatan antara berbagai aliran pemikiran. Salah satu pandangan utama adalah bahwa segala sesuatu yang ada pasti memiliki sebab atau pencipta. Argumen ini sering dikenal sebagai argumen kosmologis, yang menyatakan bahwa karena alam semesta ada, pasti ada sesuatu yang menciptakannya, dan pencipta itu adalah Tuhan. Pandangan ini didukung oleh pemikir seperti Thomas Aquinas, yang berargumen bahwa setiap efek memiliki sebab, dan tidak mungkin ada rantai sebab-akibat yang tak terhingga; maka harus ada Pencipta Pertama yang memulai segala sesuatu.
Namun, pandangan ini ditantang oleh teori evolusi dan konsep alam semesta yang hadir secara alamiah. Filsafat materialisme atau naturalisme berargumen bahwa alam semesta ada bukan karena penciptaan, melainkan karena proses alami yang bisa dijelaskan tanpa memerlukan keberadaan entitas supranatural. Teori evolusi Darwin adalah contoh utama dari pemikiran ini, yang menunjukkan bahwa spesies berkembang secara bertahap melalui seleksi alam tanpa perlu campur tangan pencipta ilahi. Dalam konteks kosmologi, Teori Big Bang berargumen bahwa alam semesta muncul dari ledakan besar energi, dan proses fisika yang kompleks membentuk bintang, planet, dan kehidupan di Bumi tanpa memerlukan pencipta eksternal.
Sebagai contoh di kehidupan sehari-hari, mari kita lihat pertumbuhan sebuah pohon. Dari biji yang kecil, pohon tumbuh menjadi besar dan kuat. Seseorang yang mempercayai penciptaan akan mengatakan bahwa Tuhanlah yang menumbuhkan pohon itu, memberi kehidupan, dan mengatur setiap prosesnya. Namun, dari perspektif evolusi dan ilmu alam, pertumbuhan pohon bisa dijelaskan melalui proses biologis seperti fotosintesis, pembelahan sel, dan respon terhadap lingkungan. Segala sesuatu terjadi melalui hukum-hukum alam yang sudah ada, tanpa perlu intervensi ilahi.
Dalam filsafat, pandangan bahwa alam semesta muncul "sendiri" ini tidak berarti bahwa ia muncul tanpa aturan, melainkan bahwa segala sesuatu mengikuti hukum-hukum fisika yang mendasari alam semesta. Hukum ini bekerja dengan cara yang bisa dipelajari dan dijelaskan oleh ilmu pengetahuan. Sebagai contoh, ketika seseorang membangun rumah, mereka tidak selalu melihat pencipta di balik prosesnya, karena rumah itu dibangun secara bertahap oleh para pekerja. Dalam konteks alam semesta, evolusi dan proses-proses alami berfungsi sebagai "pekerja" yang membentuk alam tanpa keharusan adanya pencipta eksternal.
Kesimpulannya, filsafat menawarkan dua pandangan utama tentang keberadaan alam semesta: satu yang menganggap bahwa ada pencipta atau sebab pertama, dan satu lagi yang percaya bahwa alam semesta dan kehidupan adalah hasil dari proses alami yang berjalan tanpa intervensi pencipta. Pandangan ini mencerminkan perdebatan antara keyakinan religius dan pendekatan ilmiah dalam memahami realitas.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI