Kedatangan Paus Fransiskus ke Indonesia memberikan kesan mendalam bagi banyak orang, tak hanya umat Katolik, tetapi juga masyarakat luas. Dengan segala kekuasaan dan kedudukan yang ia miliki sebagai pemimpin Gereja Katolik, Paus Fransiskus justru tampil dengan kesederhanaan yang mencolok.Â
Di tengah hiruk-pikuk tokoh agama lain yang lebih memilih akomodasi mewah, Paus Fransiskus menolak pesawat jet pribadi, memilih mobil biasa, dan tinggal di Kedutaan Besar Vatikan alih-alih hotel mewah selama kunjungannya.
Kesederhanaannya bukanlah sekadar citra. Paus Fransiskus telah lama dikenal menolak segala bentuk kemewahan. Sejak terpilih menjadi Paus, ia memilih untuk tinggal di apartemen sederhana di Wisma Domus Santa Marta di Vatikan, bukan di Istana Apostolik yang megah. Pilihan ini mencerminkan pesan yang konsisten: ia ingin mendekatkan dirinya kepada orang-orang biasa, hidup di antara mereka, dan menjauhkan diri dari simbol-simbol kekayaan dan kemewahan yang kerap melekat pada jabatan-jabatan tinggi.
Dalam kunjungannya ke Indonesia, keputusannya untuk menghindari fasilitas mewah memberikan teladan yang kuat bagi pemimpin agama lainnya. Paus Fransiskus menunjukkan bahwa seorang tokoh agama seharusnya menjadi panutan, bukan hanya dalam kata-kata, tetapi juga dalam tindakan. Menolak gaya hidup mewah dan lebih memilih kesederhanaan, ia mengingatkan kita bahwa spiritualitas sejati tidak diukur dari kekayaan materi, melainkan dari kedekatan dengan sesama dan Tuhan.
Di zaman di mana banyak tokoh agama menampilkan gaya hidup yang jauh dari sederhana, Paus Fransiskus berdiri sebagai simbol perlawanan terhadap kemewahan yang berlebihan. Dengan gaya hidupnya, ia menginspirasi banyak orang untuk melihat kembali makna spiritualitas yang sejati---yakni hidup dengan rendah hati, sederhana, dan selalu dekat dengan orang-orang yang membutuhkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H