Mohon tunggu...
Roby Martin
Roby Martin Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis di sini dan saat ini

Penulis Buku Sepi-Ritual, Galau Inside dan Ngerasa Paling Hijrah dan Suka Nyebelin | robymartin.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kader Partai Politik yang Kalah Pamor dengan Popularitas dan Modal Besar

11 Juli 2024   14:14 Diperbarui: 11 Juli 2024   14:27 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di balik gegap gempita Pemilihan Kepala Daerah, ada cerita getir tentang seorang kader partai yang gagal meraih posisi kepala daerah. Sejak awal, dia mengikuti jenjang kaderisasi dengan semangat membara. Berangkat dari sekolah partai, merambah ke dunia kampus, dan akhirnya mendalami politik secara serius. Namun, kenyataan politik seringkali tak seindah teori di buku-buku pelajaran.

Kader ini, meski berpengalaman dan berdedikasi, kalah pamor dari para calon yang lebih populer dan punya modal amunisi politik yang lebih besar. Ironisnya, lawan-lawan politiknya lebih dikenal sebagai selebritas dan figur publik yang sering muncul di layar kaca. Popularitas mereka mengalahkan segala bentuk pengalaman dan kompetensi yang telah dibangun dengan susah payah oleh sang kader.

Selain itu, politik adalah soal kedekatan dengan para elite partai. Tanpa dukungan kuat dari atas, kader ini seolah berjalan di jalan terjal tanpa sandaran. Para elite lebih memilih mendukung figur yang bisa menaikkan citra partai secara instan, bukan mereka yang telah setia mengabdikan diri dalam waktu yang lama.

Begitulah politik di Pemilihan Kepala Daerah yang maju bukanlah kader partai yang telah ditempa dalam proses panjang, tetapi mereka yang punya nama besar dan modal kuat. Ini adalah realitas pahit yang harus dihadapi oleh mereka yang benar-benar ingin membangun daerah dengan dasar kompetensi dan integritas.

Sebenarnya, partai politik seharusnya lebih memperhatikan kaderisasi yang matang. Kader yang telah melalui proses panjang dan teruji harusnya mendapat kesempatan lebih besar untuk maju dalam Pilkada. Namun, kenyataannya sering berbeda. Dalam arena politik, uang dan popularitas masih menjadi raja.

Kader itu mungkin kalah kali ini, tapi cerita ini adalah pengingat bahwa sistem politik kita butuh perubahan. Mungkin saatnya bagi partai untuk benar-benar memberikan ruang bagi mereka yang telah berjuang dari bawah, bukan sekadar mendukung mereka yang bisa tampil sebagai badut politik di panggung pemilihan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun