Kini, setiap malam ada saja yang datang dengan berbagai perhiasan, meminta "pengecekan khodam." Aku telah menjadi "ahli khodam" dadakan dengan hanya bermodal nalar dan humor. Gelang, kalung, bahkan jam tangan rusak, semuanya datang untuk "diperiksa."
Dalam kebingungan ini, kampung kami menjadi lebih hidup. Setiap orang sibuk dengan cerita tentang "khodam" yang membawa kebahagiaan. Obrolan di warung kopi berubah dari harga bahan pokok yang melambung ke batu akik yang konon bisa memanggil hujan.
Pak Kumis, dengan penuh kebanggaan, akhirnya menjual batu akiknya ke seorang kolektor dengan harga tinggi. Beliau menggunakan uang itu untuk membeli sepeda motor baru. "Khodam memang sakti, bukan?" katanya padaku sambil tersenyum lebar, meyakini bahwa keberhasilannya adalah berkah dari khodam, bukan dari kemampuannya membumbui cerita.
Melihat Pak Kumis melaju dengan motor barunya, aku tak bisa menahan tawa. Tidak heran dengan viralnya cek khodam yang ditayangkan secara live di tiktok, sampai-sampai backsound cek khodam menjadi bahan parodi komedi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H