Mohon tunggu...
Roby Irzal Maulana
Roby Irzal Maulana Mohon Tunggu... Petani - Penulis

Follow My Instagram @ Roby_Irzal_Maulana

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenali Ciri-Ciri Psikopat

17 April 2023   13:30 Diperbarui: 25 April 2023   07:57 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Psikopat adalah kondisi gangguan mental yang ditandai dengan adanya kecenderungan perilaku antisosial, kurangnya empati dan rasa bersalah, kecenderungan manipulatif, impulsif, dan keengganan untuk mengikuti norma sosial dan hukum.

Psikopat sering kali menunjukkan kecenderungan untuk berperilaku manipulatif, seperti memanipulasi orang lain untuk kepentingan pribadi mereka dan tidak memperdulikan perasaan orang lain. Mereka juga sering menunjukkan kecenderungan untuk melakukan tindakan kriminal seperti kekerasan fisik, kejahatan seksual, dan penipuan.

Meskipun kebanyakan psikopat dapat menyembunyikan sifat-sifat mereka yang menyimpang, tetapi pada kasus yang lebih parah, perilaku psikopat dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain. Psikopat biasanya tidak dapat diubah dengan sendirinya dan memerlukan intervensi dari profesional kesehatan mental untuk membantu mengendalikan perilaku mereka.

Dalam diagnosa kejiwaan, psikopat digolongkan sebagai gangguan kepribadian antisosial (antisocial personality disorder) yang didiagnosis oleh ahli psikiatri dan psikolog dengan menggunakan kriteria yang diatur dalam DSM-5 (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Edisi ke-5) atau ICD-10 (International Classification of Diseases, Edisi ke-10).

Penyebab pasti terjadinya gangguan kepribadian antisosial atau psikopat belum sepenuhnya dipahami oleh para ahli, namun diketahui bahwa terdapat faktor-faktor yang berperan dalam kemungkinan terjadinya kondisi tersebut. Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya psikopati, antara lain:

  1. Faktor Genetik: Kecenderungan untuk mengalami psikopati dapat diturunkan dalam keluarga. Penelitian menunjukkan bahwa orang dengan riwayat keluarga yang mengalami gangguan psikopatik memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkan kondisi serupa.

  2. Pengalaman masa kecil: Pengalaman traumatis, seperti pengabaian, kekerasan, atau pelecehan seksual pada masa kanak-kanak dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami psikopati di kemudian hari. Kurangnya perhatian dan kasih sayang dari orang tua juga dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian anak.

  3. Faktor Lingkungan: Lingkungan sosial yang tidak stabil, keluarga yang tidak harmonis, dan pengaruh teman sebaya yang negatif dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian dan perilaku seseorang.

  4. Gangguan Kesehatan Mental: Beberapa gangguan kesehatan mental seperti gangguan bipolar, gangguan depresi, dan skizofrenia juga dapat meningkatkan risiko terjadinya psikopati.

  5. Faktor Biologis: Terdapat bukti bahwa adanya gangguan dalam fungsi otak dan neurokimia dapat berkontribusi pada terjadinya psikopati.

Namun, tidak semua orang yang memiliki faktor risiko ini pasti akan mengalami psikopati. Ada juga individu yang memiliki faktor risiko rendah namun dapat mengalami psikopati. Selain itu, faktor lingkungan dan pengalaman masa kecil juga dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian dan perilaku seseorang. Oleh karena itu, untuk mencegah terjadinya psikopati, diperlukan perhatian dan dukungan yang memadai dari keluarga, lingkungan, dan profesional kesehatan mental.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun