Keberadaan oposisi dalam sistem demokrasi seperti di Indonesia sangat penting dan diperlukan. Untuk itu, Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto, beserta seluruh jajarannya lebih baik berada di luar pemerintahan, alias menjadi oposisi.
Hal itu disampaikan oleh pendiri sekaligus Peneliti Research Consulting (SMRC), Saiful Mujani. Menurutnya, lebih beradab kalau Prabowo berada di luar pemerintahan atau menjadi oposisi saja.
Karena oposisi adalah sebuah keniscayaan di sebuah negara demokrasi. Dan, jika dua kubu ini bergabung, maka demokrasi kita tercederai.
Peneliti utama SMRC itu menilai akan ada sisi positif jika Gerindra tetap berada di luar pemerintahan. Apalagi Gerindra adalah satu-satunya parpol peserta pemilu yang bisa hampir menyaingi parpol pemenang pemilu 2019, yakni PDI Perjuangan.
Selain itu, Gerindra juga dinilai memiliki kesamaan konsep dengan PDIP maupun Golkar. Sehingga, jika menjadi oposisi bakal terjadi diskusi untuk mencari jalan keluar. Berbeda dengan beroposisi dengan pihak yang tidak sejalan.
Berbeda bila yang menjadi oposisi itu adalah HTI. Maka akan tak ada diskusi di dalamnya, kecuali hanya propaganda penuh kebencian untuk saling menjatuhkan.
Bagaimanapun, keberadaan oposisi masih dibutuhkan di Indonesia, sehingga jika Prabowo memaksakan bergabung ke koalisi pemerintah akan menciderai demokrasi.
Menjadi oposisi adalah sebuah keniscayaan dan adab dalam sebuah pesta demokrasi jika pihak yang kalah tetap berada di luar pemerintahan dan mengakui Pemilu telah usai.
Kita ingin demokrasi bisa berjalan sehat ke depannya. Maka karena itu, kita sangat mendukung Prabowo dan Gerindra menjadi oposisi, setuju?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H