Ustaz Abdul Somad (UAS) akhirnya bertemu dengan Capres Prabowo Subianto. Pertemuan itu direkam dalam sebuah video hingga menjadi viral.
Melalui pertemuan itu, UAS akhirnya menjatuhkan pilihan politiknya. Ia mengaku butuh perjalanan panjang untuk menyampaikan pilihan politiknya dengan mendukung Prabowo.
Kemungkinan besar pernyataan UAS di menit-menit akhir kampanye itu untuk mendongkrak suara Prabowo. Tetapi seperti apa dampaknya?
Bila dilihat dari segi timing dan efeknya saat ini, dukungan UAS itu bisa dikatakan sangat kecil dan terlambat. Sehingga diprediksi tak akan mempengaruhi elektabilitas calon presiden nomor urut 02 itu.
Mengapa demikian? Sebelum menjawab itu, kita harus pahami fakta sosiologis pemilih muslim di Indonesia.
Harus diakui, pengaruh ulama terhadap individu untuk kehidupan beragama di Indonesia sangatlah besar. Tapi pengaruh ulama untuk mengarahkan pilihan politik individu dalam pemilu, baik untuk memilih partai ataupun memilih capres, sangatlah kecil.
Bukti konkretnya, meski pemilih muslim menempati angka 85-87 persen, tetapi partai Islam tak pernah menjadi pemenang di Indonesia. Partai mana yang menjadi papan atas? Itu partai yang acapkali disebut partai nasionalis, atau partai terbuka, PDIP, Golkar, Demokrat.
Itu sebabnya pengaruh dukungan Ustaz Somad kepada Prabowo jika hitungannya efek elektoral, "terlalu kecil dan terlambat".
Dikatakan sangat terlambat karena situasi sudah terbentuk, terpola. Masyarakat sudah menentukan pilihannya setelah masa kampanye yang panjang. Dukungan UAS di menit terakhir tak banyak menggeser keyakinan politik masyarakat.
Apalagi bagi undecided voters dan kelompok yang secara idiologis sudah memutuskan untuk Golput. Kelompok ini dikenal sebagai pemilih rasional yang tidak terikat berdasarkan paham ideologis, agama, dan budaya, tetapi lebih mengedepankan nalar warasnya yang kritis, yaitu melihat "track record", prestasi dan program yang akan dikerjakan kandidat Capres.