Tragedi yang mengejutkan terjadi di MTS Ponggok, Blitar, ketika seorang siswa ditemukan meninggal dunia setelah diduga dilempari kayu berpaku oleh salah satu guru. Kejadian ini mengguncang komunitas sekola dan menarik perhatian masyarakat luas. Apa yang sebenarnya terjadi di balik insiden yang menyedihkan ini?
Seorang siswa kelas 8 MTS di Kecamatan Ponggok, Kabupaten Blitar, meninggal dunia setelah diduga dilempar kayu berpaku oleh gurunya. Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Blitar menyatakan bahwa insiden ini tidak mengandung unsur kesengajaan.
Syaikul Munib, Plt. Kasi Pendidikan Madrasah di Kantor Kemenag Kabupaten Blitar, mengkonfirmasi bahwa seorang siswa MTS di Ponggok meninggal setelah diduga dilempar kayu berpaku oleh salah satu gurunya. Kejadian ini berlangsung pada Minggu, 15 September, sekitar pukul 6 pagi.
Menurut informasi yang diperoleh Kemenag, lokasi kejadian berada di pondok yang terletak dalam satu area dengan MTS dan di luar jam pelajaran. Saat itu, siswa-siswa sedang mempersiapkan diri untuk mengaji dan melaksanakan sholat dhuha, namun korban masih asyik bermain, sehingga diduga membuat gurunya emosi dan melempar kayu yang mengenai korban.
Dari penjelasan pihak guru, tindakan melempar kayu tersebut tidak disengaja, dan guru tidak menyadari bahwa terdapat paku yang menancap di kayu yang dilempar. Akibatnya, korban mengalami luka di kepala dan akhirnya meninggal dunia setelah mendapatkan perawatan di rumah sakit.
Pihak kepolisian segera turun tangan untuk menyelidiki insiden tersebut. Mereka telah memanggil saksi-saksi, termasuk siswa lain yang berada di lokasi kejadian. Selain itu, pihak sekolah juga diminta memberikan klarifikasi dan menjelaskan prosedur pengawasan yang diterapkan. Masyarakat berharap agar kasus ini ditangani dengan serius agar pelaku mendapat sanksi yang setimpal.
Dalam konteks ini, penting untuk menyoroti bahwa stres dan tekanan dalam lingkungan sekolah dapat mempengaruhi perilaku baik siswa maupun guru. Dosen psikologi pendidikan, Dr. Budi Santoso, menyatakan, "Kekerasan di sekolah seringkali merupakan cerminan dari masalah yang lebih dalam, baik itu tekanan dari atasan, masalah pribadi, atau kurangnya pelatihan dalam manajemen emosi."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H