Mohon tunggu...
Robithoh Hafia
Robithoh Hafia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi : menyanyi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengapa Perundungan Terjadi? Memahami Psikologi di Balik Tindakan Kejam

16 September 2024   05:26 Diperbarui: 16 September 2024   08:11 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Tahukah anda bahwa hampir 1dari 5 siswa di Indonesia pernah mengalami perundungan? Mari kita bahas. Cerita pendek ini menjelaskan ataupun menceritakan sebuah bullying di sekolah tidak hanya dapat hanya menghibur pembaca tapi bisa menjadi inspirasi bagi semua kalangan agar dampak bullying bisa di atasai dengan cara yang nanti di bawah akan di bahas, dan juga untuk mengajak mereka untuk memahami dampak negatif dari perilaku bullying dan pentingnnya menciptakan lingkungan yang aman, dan menghargai perbedaan.

Kata bullying atau perundungan, adalah sebuah fenomena yang terjadi di sosial yang sering  telah lama terjadi, fenomena tersebut yang telah lama menjadi trending topik di dalam lingkungan, terutama lingkungan sekolah. Fenomena ini tidak hanya sekedar konflik antarindividu, tetapi merupakan perilaku agresif yabf berulang, disengaja, dan bertujuab untuk merendahkan, menyakiti, atau mendominasi orang lain secra emosional, termasuk dalam hal fisik, dan mental. Bullying bisa di ambil dari faktor ejekan verbal, Tindakan visik, hingga saat ini ank sudah memegang hp bisa jadi kasus bullying dari faktor intimidasi secara online.

Di berbagai Negara termasuk negara Indonesia, kasus bullying di Indonesia menurut Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Aris Adi Leksono menyatakan, data pengaduan KPAI menunjukkan kekerasan anak pada awal 2024 sudah mencapai 141 kasus. Dari seluruh aduan itu, 35 persen di antaranya terjadi di lingkungan sekolah atau satuan pendidikan. Dan Indonesia menduduki peringkat Dari 78 negara yang disurvei, Indonesia menduduki peringkat kelima dengan jumlah kasus bullying yang paling tinggi di antara murid-muridnya. Menurut Ketua Dewan Pakar Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), Retno Listyarti, pihaknya telah mencatat minimal 12 kasus bullying sejak Januari hingga Mei 2023. Anak anak dan remaja sering menjadi korban dari perilaku perundungan ini. Dampaknya tidak hanya disarankan secara individual, tetapi juga berpotensi mempengaruhi iklim keseluruhan di lingkungan sekolah.

Pentingnya mengingat bahwa bullying bukan sebagai kasus yanf bisa dianggap remeh cara agar mengingat bahwa bullying dapt mengacu dampak negatif seperti  Bullying dapat menyebabkan dampak psikologis yang mendalam, termasuk kecemasan, depresi, dan gangguan stres pasca-trauma. Korban mungkin merasa tidak aman dan kehilangan rasa percaya diri, yang dapat memengaruhi kesehatan mental mereka dalam jangka panjang. Uapaya pencegahan bullying perlu dilakukan secara serius oleh semua pihak terkait, termasuk sekolah, guru, orang tua, dam Masyarakat sekitar secara luas.

Salah satu cara untuk menyampaikan kasus bullying kepada semua orang agar bisa menghentikan kasus tersebut dengn cara edukasi dan kesadaran seperti pelatiahan di sekolah ataupun di tempat umum agar semua bisa mengetehui edukasi dan kesadaran dalam pelatihan yang di gelarkan. atau lebih tepatnya mengadakan workshop dan pelatihan tentang bullying, dampaknya, dan cara menghadapinya. Ini bisa melibatkan siswa, guru, staf, dan orang tua.

Melalui cara menyampaikan kasus bullying di sekolah ataupun di tempat umum, kita dapat mengambil sebuah materi yang positif dari acara yang sudah di gelar tersebut. Dengan demikian, diharapkan akan semakian banyak orang yang sadar akan bahayanya bullying dan bersedia mengambil langkah-langkah kontret dalam mencegahnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun