Mohon tunggu...
Robit Irawan
Robit Irawan Mohon Tunggu... -

Saya seorang rakyat sudra di negeri ini

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Benering Bener (Kebenaran Sejati)

3 Desember 2011   18:05 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:52 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap ada perdebatan pasti ada yang diperebutkan, yakni "kebenaran". Semua bentuk pertikaian fisik/non fisik semuanya bermuara pada perbedaan konsep tentang kebenaran. Kebenaran sering kali dikaitkan dengan hukum tertulis maupun tidak tertulis. Ketika seseorang lahir dan dibesarkan dengan agama tertentu, suku tertentu, adad istiadad tertentu, maka orang tadi mempunyai kecenderungan memiliki konsep kebenaran yang bersifat dogmatis, dan maaf... ini belum tentu menjadi kebenaran yang hakiki. Uni dan Muni Uni (bahasa Jawa) artinya bunyi, dan muni artinya adalah sesuatu yang berbunyi. Uni itu setingkat dengan kabar. Uni tidak selalu menjadi pernyataan dari kebenaran. Konsep kebenaran yang ditulis manusia tidak selalu benar adanya. Uni adalah konsep kebenaran yang perlu diuji. Dengan apa mengujinya? Jawabnya adalah: Dengan rasa (bahasa Jawa) dengan indikasi "tentrem" atau "ora tentrem".  Contoh: Membunuh orang dengan dalih berjoang demi kebenaran. Rasa (perasaan sejati) akan menimbang: apapun alasannya membunuh itu berdosa. Siapapun itu sama, baik aku dengan dia (orang yang akan dibunuh) adalah makhluk ciptaan Tuhan yang indah. Saya dengan dia sama-sama memiliki keluarga, dilahirkan dan dibesarkan dengan kasih sayang yang sama dari Tuhan. Setiap sel yang ada di tubuh saya itu digerakkan oleh kuasa Tuhan, demikian juga dengan dia. Betapa ajaibnya keberadaanku, sistem kerja otakku yang tidak sama dengan binatang. Saya adalah disain yang sempurna dari sesuatu yang secara sengaja membuat aku sedemikian hebatnya, demikian juga dengan dia. Muni (suber bunyi) itu dipasang oleh Tuhan pada hati nurani kita. Muni adalah kebenaran yang sejati (benering bener, jatining bebener). Kebenaran sejati ini bersifat mutlak, baik yang bersifat fisik (2+2=4) atau yang bersifat konsep hidup (membunuh=berdosa). Manusia secara kodrati mengenal kebenaran sejati. Kebenaran sejati itu hanya milik TUHAN. Kita ini adalah kediaman kebenaran TUHAN, walau sering kali kita tidak menempatkan ROH TUHAN itu sebagai sumber kebenaran (sebagai guru sejati). Kebenaran yang dikonsepkan manusia itu bermuara di otak. Otak kita doprogramkan untuk memenuhi kebutuhan dan melindungi jasmani kita. Kebenaran yang dikonsepkan banyak yang menyimpang dari kebenaran sejati, karena lebih banyak dipengaruhi oleh kebutuhan hasrat tubuh. Kebenaran sejati selalu berpedoman "tresna hanresnani sapadha-padhane titah" (cinta mencintai sesama). Kebenaran sejati itu bersifat bersih, tak bernoda seperti gambaran kesatria di pewayangan. Musuh sejati manusia itu bukan sesamanya, tetapi roh-roh kebatilan yang digambarkan peperangan antara arjuna dengan cakil (perang kembang).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun